Banyak banget pertanyaan dari teman-teman terdekat, saudara, bahkan followers yang baru saya kenal tentang alasan mendaftarkan anak ke Kumon.
Orang-orang mungkin tahunya setelah Clash of Champions mulai booming dan tenar, sehingga dikiranya saya “ikut-ikutan” para orangtua ambis untuk mendaftarkan anak les berhitung. Padahal ya engga wkwkw. Berikut cerita lengkapnya agar teman-teman tahu alasan yang sebenarnya dan manfaat apa saja yang saya dapatkan dari mendaftarkan anak ke Kumon.
Perjalanan Ketika Mendaftarkan Anak Ke Kumon
Awalnya saat Isya masuk ke liburan kenaikan kelas, kami gabut banget wkwkw. Setiap hari hampir di rumah terus, mau keluar paling ya yang dekat-dekat saja. Mau liburan agak panjang tapi Bapaknya sedang tidak bisa mengajukan cuti karena sedang banyak-banyaknya pekerjaan di kantornya.
Jadilah saya mendaftarkan anak saya ke salah satu les. Awalnya saya mendaftarkan Isya untuk les ngaji di Albata (nanti saya ulas juga ya pengalaman ngaji di Albata). Albata ini semacam TPQ online gitu, dan pertemuannya dilakukan secara virtual dengan apllikasi tertentu yang menarik banget.
Namun sayangnya ngajinya tidak setiap hari, hanya dua kali dalam seminggu dengan durasi maksimal 40 menit.
Nah sejak les ngaji itu Isya jadi “ketagihan” katanya ingin belajar lebih banyak lagi. Saya mencoba mencari-cari alternatif les ngaji yang serupa dan bisa dijangkau dengan mudah dan tentu saja dengan harga yang tidak mencekik ya. Apalagi Isya libur 2 mingguan, jadi ya memang ini saatnya mengisi waktunya dengan kegiatan positif.
Awalnya saya mau memasukkan Isya ke les Bahasa Inggris, tapi saat saya mengontak narahubung yang tertera, tidak kunjung mendapat balasan. Jadi saya lupakan dan mencoba alternatif lain.
Lalu di tengah pencarian tersebut saya teringat dengan salah satu sepupu yang pernah les di Kumon. Saya inget banget bagaimana ia bisa berprestasi dan punya habit belajar yang baik. Siang itu juga saya langsung menuju ke Kumon Tangkuban Perahu (di Malang kota, dan kebetulan dekat dengan rumah orangtua saya).
Bersama Isya awalnya saya hanya ingin bertanya lebih lengkap bagaimana cara belajar di Kumon? Berapa biayanya? Tapi ternyata di 26 Juni 2024 tersebut Isya langsung ditawari placement test. Isya yang lagi nganggur tentu saja mau-mau aja wkwkw.
Ketika Isya sedang ikut placement test, salah satu instruktur Kumon menjelaskan saya perihal metode belajar di Kumon, levelnya apa saja dan berapa lama minimal anak-anak mengikuti Les Kumon agar bisa merasakan perubahan dalam diri anak tentang kebiasaan belajar dan insyaAllah akan ada hasilnya juga.
Akhirnya Isya Jadi “Anak Kumon”!
Tak butuh waktu lama untuk menunggu Isya selesai. Hari itu juga Isya dinilai menempati level paling dasar, yaitu level 5A dan juga ada tambahan lembar kerja “Zun-Zun” untuk Isya agar motorik halusnya lebih tajam dan melatih ketangkasannya juga ketika menuliskan huruf atau angka di atas kertas.
Saat itu juga saya langsung mantap mendaftarkan Isya di Kumon, tepatnya di tanggal 26 Juni. Bahkan saat itu episode pertama clash of Champions belum tayang dan saya sama sekali ngga tertarik untuk menontonnya hingga di pertengahan bulan Juli. Oh pantes orang-orang pada bilang saya FOMO tanpa tahu kebenaran yang terjadi hehehe.. gapapa sih, namanya juga netizen kan.
Nah untuk teman-teman yang kepo tentang nominal biaya pendaftaran di Kumon nih:
Berapa Sih Biaya Pendaftaran di Kumon?
Sebelumnya saya mengira biaya lesnya mirip-mirip English First lah ya, tapi ternyata ngga hahaha dan menurut saya jauh lebih terjangkau dibanding ekspektasi awal saya.
Untuk biaya pendaftaran awal (sudah termasuk tes penempatan kelas, dapat tas juga) sekitar 300ribuan (saya lupa tepatnya berapa, mungkin 310-320ribu rupiah). Isya juga waktu itu beli pensil khusus untuk mempertajam motorik halusnya. Pensilnya harganya dua belas ribuan hehehe..
Berapa Biaya Les Kumon Perbulan?
Nah untuk biaya les per bulan di levelnya Isya (level dasar 5A) adalah 440ribu rupiah per subyek. Menurut saya itu murah yaa karena setiap hari Isya diberi lembar kerja dengan gambar berwarna warni. Satu paket lembar kerja ada sekitar 10 halaman dan satu paket lagi untuk mengasah kemampuan menulisnya (paket Zun Zun) juga sebanyak 10 halaman setiap hari.
Jadi kalau ditotal ada 30-31 paket lembar kerja yang kita dapatkan. Coba aja dikalkulasi deh berapa biaya cetaknya? Berapa biaya untuk tutornya? Apalagi di level Isya ini selalu mendapatkan bimbingan dari tutornya (karena belum bisa mandiri aka belum bisa membaca perintah soal). Jadi menurut saya worth it banget sih.
Saat itu saya ingin mendaftarkan Isya di dua subyek, jadi bayarnya harusnya 440ribu x 2. Namun salah satu tutor menyampaikan pada saya agar Isya mencoba terlebih dahulu selama beberapa bulan untuk satu subyek utama (yaitu Matematika). Karena takutnya anak udah jenuh duluan sebelum mencapai finish yang kita harapkan. Jadi saya setuju untuk mengambil satu subyek dulu.
Bagaimana Metode Belajar Kumon?
Sebagai orangtua saya cocok banget dengan metode belajar yang diterapkan di Kumon. Ini pernah diterapkan di tahun-tahun ketika Oom dan tante saya sedang belajar di salah satu SMA di Malang. Namanya SMA PPSP. Jadi belajarnya mereka tuh belajar mandiri dengan paket.
Misalnya saya bisa menyelesaikan satu paket pelajaran dalam waktu 3 bulan, maka setelah itu baru boleh mengambil paket berikutnya. Jadi anak berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Sayangnya ketika saya memasuki SMA tersebut sudah tidak diterapkan lagi metode tersebut, padahal menurut saya bagus banget lho.
Nah di Kumon sendiri, metode belajarnya juga belajar mandiri guys. Jadi begitu anak datang itu harus dalam kondisi siap belajar. Sudah kenyang dan tidak mengantuk. For your information, tidak boleh membawa makanan maupun minuman ke dalam kelas. Lho? Kenapa?
Yes, semua itu untuk menjaga konsentrasi anak dan menjaga habitnya ketika belajar. Duduk sikap sempurna, tegak, memegang pensil dengan benar, tidak disambi makan dan minum, pokoknya saat belajar anak harus fokus.
Jauh banget dengan kebiasaan Isya ketika belajar sambil ngemil, emaknya juga sih. Ternyata metode ini efektif banget huhu saya bersyukur bisa bertemu dan punya kesempatan untuk memasukkan Isya ke Kumon. Karena akhirnya kebiasaan belajar Isya ini bisa terbentuk dengan baik, begitu juga dengan daya tahannya saat belajar.
Isya jadi mudah berkonsentrasi saat belajar dan juga perlahan mengerjakan satu lembar kerja kurang dari 10 menit. Tentu saja progres ini melalui perjalanan yang tidak mudah.
Jujur, tempat les Kumon-nya Isya ini sekitar 9km dari rumah kami. Namun jaraknya dari sekolah ke les Kumon hanya sekitar 3 km saja. Kok milih tempat yang jauh sih? Karena sekalian sepulang sekolah langsung les Kumon, lalu lanjut beristirahat di rumah Yangti-nya (jarak 3 km juga) sampai Bapaknya pulang kerja.
Isya juga harus melawan rasa tidak nyamannya ketika harus masuk ke tempat les sendiri, tidak boleh diantar sampai ke dalam, mencoba mengumpulkan PRnya ke Kakak-kakak Kumon sendiri, mengambil PR sendiri, dan tentu saja berlatih untuk bertanya jika ada hal-hal yang tidak ia mengerti. Ini adalah salah satu hal yang sangat saya syukuri, karena Isya anaknya pemalu buangeeeeet.
Selain itu, anak-anak juga harus mengerjakan PR dari Kumon setiap hari. Tanpa satu hari pun terlewat. Ini yang saya sukai. Membentuk “habit” tidak semudah itu, tapi saya bersyukur tiga bulan belakangan Isya bisa melaluinya dengan baik tanpa drama.
Ada sih satu momen dia mogok tidak mau masuk ke Kumon. Katanya sih ngantuk kwkwkw, dan Isya memang mengambil hari Senin dan Sabtu (jamnya bebas pokoknya sebelum Kumon tutup), dan saat itu kami berangkat kesiangan, jadi sepertinya Isya ngga moodnya karena jadwal Kumon-nya bentrok dengan jadwal main :p
Terus kenapa sih harus mengerjakan PR setiap hari? Jawabannya seperti yang ada pada buku pantauan akademik milik Isya dari Kumon bahwa:
Mengerjakan PR setiap hari semata untuk memperkuat pondasi akademik setelah kebiasaan belajar dan kedisiplinannya terbentuk.
Dalam metode Kumon, sangatlah penting bagi siswa untuk menyelesaikan lembar kerja setiap hari secara mandiri. Seperti dalam olahraga atau musik, untuk membentuk pondasi yang kuat diperlukan latihan setiap hari. Setelah kebiasaan belajar di rumah dan di kelas terbentuk dengan baik, siswa akan ammpu meningkatkan kemampuan akademiknya.
Benar saja, tanpa diminta akhir-akhir ini setiap hari Isya justru minta mengerjakan PR Kumon. Sudah tumbuh kebiasaan dalam dirinya dan itu semua terjadi secara sukarela, tanpa saya paksa.
Oh iya, saat belajar, anak-anak juga diberi waktu ya teman-teman. Untuk Isya ini memang ditarget untuk satu paket lembar kerja yang 10 halaman itu maksimal 10 menit. Biasanya Isya bisa menyelesaikannya dalam waktu 6-7 menit. Bahkan juga pernah dalam waktu 5 menit saja. Alhamdulillah.
Kakak-kakak di Kumon juga menyarankan pada orangtua untuk menentukan Kumon Time di rumah. Misalnya setelah salat maghrib atau setelah mandi sore. Sehingga anak-anak akan jadi terbiasa dan secara alami menjadi rutinitasnya yang sayang untuk dilewatkan.
Ternyata kebiasaan belajar yang dibentuk oleh Kumon melalui metode belajarnya ini diaminkan oleh kakak saya yang sedang studi di Jepang dan membawa anak-anaknya juga. Mirip banget! Ya gimana engga, Kumon kan memang dari Jepang hehe..
Bahkan saat musim panas yang liburnya sekitar 40 hari pun anak-anak harus mengerjakan PRnya setiap hari wkwkwk. Lega deh akhirnya ada yang satu frekuensi perihal pembentukan habit belajar.
Pernahkah Anak Bosan Belajar?
Tentu saja ada rasa bosan ketika Isya mengerjakan PR Kumon setiap harinya. Apalagi Isya memulainya dari dasar banget, berhitung dari angka 1-20 dan sekarang Isya sudah bisa berhitung 1-50 alhamdulillah, progres yang menurut saya tidak bisa saya lakukan sendirian tanpa bantuan Kumon dan atas izin Allah tentu saja.
Saat bosan, Isya pernah berkata seperti ini:
Buk kok aku ngerjakan ini terus? Ngga ada tambah-tambahan?
Karena beberapa temannya memang sudah bisa tambah-tambahan wkwkwk (ini usia TK ya, dan sekolahnya tidak mengajarkan calistung secara intensif, sesuai kurikulum lah ya), tapi banyak Ibu-Ibu yang mengajarkan anaknya calistung di usia-usia seperti Isya, jadinya mungkin dia ketrigger juga wkwkwk.
Lalu saya jawab :
“Nak, kalau diulang terus bukan berarti Isya ngga bisa, tapi biar Isya ingetnya lebih lama. Nempel di otak, nanti pas tambah-tambahan Isya jadi lebih paham caranya Nak. Ndakpapa yang sekarang memang bikin bosen, tapi coba deh Isya lihat nanti, pasti Isya jadi lebih pinter.”
Alhamdulillah Isya mendengarkan saya dan mau melanjutkan lagi untuk mengerjakan PRnya. Ya begitulah, ada saat-saat dimana anak pasti merasa bosan dan jenuh. Kalau saya sih ngga memaksa anak harus kerjakan PR saat itu juga meskipun dia bosan. Tapi biasanya saya beri jeda, saya bolehkan bermain handphone selama 15 menit misalnya. Lalu setelahnya, Isya sudah fresh dan mau mengerjakan PRnya meskipun seharian main di luar wkwkw.
Saya kumpulkan beberapa lembar kerja yang dikembalikan oleh tutor Kumon, kira-kira segini nih PR yang sudah dikerjakan Isya selama kurang lebih 10 minggu ini :
Jadi anak benar-benar dibuat untuk memahami terlebih dahulu sebelum pindah ke konsep berikutnya. Kalau di sekolah kan ngga, paham ngga paham ya lanjut ke konsep berikutnya. Ini yang menurut saya masih menjadi kelemahan sistem pendidikan di Indonesia.
Padahal anak butuh pemahaman mendasar yang kuat sebelum bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya agar tidak kesulitan di kemudian hari.
Doakan Isya istikamah yaa teman-teman dan jadi kompleter Matematika Kumon sebelum lulus SD. Harapannya sih nantinya Isya mau menambah subyek Bahasa Indonesia (karena jujur saya sendiri ngga sanggup harus ngajarin Isya baca, yang ada bertengkar terus wkwkwk), dan Isya sudah memberi isyarat lampu hijau pada saya wkwk.
Setelah uji coba gratis subyek Bahasa Indonesia dua minggu ini, semoga Isya bisa baca dan ngga ngerepotin gurunya di SD nanti wkwkw.
Semangat Bun! Saya sendiri salut banget dengan Ibu-Ibu yang bisa membersamai anaknya ketika belajar, mengajari dan mendidiknya dengan baik. Karena saya sendiri ngga bisa ngajarin Isya dengan baik, oleh karena itu saya membutuhkan bantuan orang lain. Bersyukurnya bisa ketemu Kumon dan bisa mendaftarkan anak ke Kumon kemarin.
Saya sendiri sih ngga pernah eman-eman dengan biaya pendidikan untuk anak. Karena menurut saya pendidikan adalah warisan termahal dari orangtua untuk anak-anaknya.
Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa menjawab pertanyaan dari teman-teman ya!
Alhamdulillah ketemu jawabannya….semoga ada rezeki antar Ara berkumon ❤️