Kumon Indonesia

Konsistensi Adalah Kunci! Liburan Produktif Bersama Kumon

No Comments

Photo of author

By jeyjingga

Beberapa orangtua yang tetap harus bekerja di waktu-waktu liburan anak sekolah seperti saya akhirnya kebingungan dengan aktivitas anak di rumah. Sebab orangtua tidak bisa jauh dari handphone karena tuntutan pekerjaan, maka ketika melarang anak agar tidak sering main handphone pun akhirnya banyak mentalnya, alias ngga ampuh lagi.

“Lha gimana mau melarang kalau kita sendiri saja masih tidak bisa jauh dari handphone?”

Namanya juga anak-anak, pasti meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Sedangkan di era seperti ini, penggunaan gawai bagi orangtua juga menjadi salah satu cara mereka untuk mendapatkan nafkah, menjaga mental tetap stabil untuk bisa keep in touch dengan orang-orang di luar sana, dan tentu untuk urusan sekolah yang apapun infonya bisa diakses melalui gawai.

Jadi ya ketika anak-anak akrab dan suka dengan gawai, itu bukan salah mereka sepenuhnya. Sudah menjadi tuntutan zaman bahwa handphone adalah tantangan kita sebagai orangtua saat ini. Tugas kita hanya menjaganya agar tidak sampai menjadi candu bagi anak-anak. Tugas kita adalah mengarahkan anak-anak untuk berkegiatan positif dan produktif.

Cara Saya Menjauhkan Anak-Anak dari Gawai di Musim Liburan

Sejak kecil, Isya memang sudah terpapar handphone, apalagi ia tumbuh menjadi bayi dua tahun yang menggemaskan di masa-masa pandemi. Jadi kalau urusan gawai, anak saya sudah khatam, tidak ada lagi yang bisa ia explore kecuali game. Sedangkan saya sangat membatasinya ketika bermain game.

Kalau waktunya sekolah sih, tak masalah, paling satu hari hanya bisa berkesempatan bermain satu jam, atau maksimal dua jam. Karena waktunya sudah habis di sekolah, bermain bersama teman-temannya sepulang sekolah, les Kumon, les Coding, mengaji, sampai akhirnya ia hanya punya kesempatan untuk bermain gawai tidak lebih dari satu jam sebelum waktunya untuk beristirahat.

Kalau liburan? Wah jangan ditanya, saya yakin semua orangtua mengalami masa-masa pening karena anak jadi terlalu banyak main handphone karena di rumah seharian. Sedangkan Ayahnya harus bekerja, lalu Ibunya bertanggungjawab atas pekerjaan rumah yang seolah tiada habisnya. Bagaimana dengan anak? Ya main handphone.

Berikut adalah beberapa cara saya untuk menjaga anak saya agar tidak terlalu lama bermain gawai :

1. Buat Jadwal Sesuai Kesepakatan dengan Anak

kursus membaca

Saya sengaja membuat jadwal sama seperti di sekolah. Bangun pagi, sarapan, bermain kucing di halaman atau membantu Ibu untuk membereskan tempat tidur, meja belajar, dan juga lemari mainan. Jadwal saya susun hingga ia baru bisa menggunakan handphone setelah kewajibannya di rumah selesai.

Anak-anak memang harus dibuat “sibuk” agar waktunya terarah dan tidak kecanduan handphone.

Hingga jadwal dia bangun sampai tidur pun saya isi bersama-sama dengan Isya. Jadwal yang katanya padat sejak bangun tidur hingga mau tidur lagi ini, mampu membentuk kebiasaannya untuk berubah jadi anak yang produktif. Meskipun sesekali ada drama ya. Tapi menurut saya its okay, karena membentuk kebiasaan baik itu butuh proses yang panjang dan kompleks.

2. Sibukkan dengan Hal-Hal Bermanfaat

Waktu luang saat ini seperti “momok” dalam kehidupan kami sehari-hari. Karena kalau waktu luang tidak diisi, sudah pasti akan dimanfaatkan dengan gadget deh. Apalagi anak-anak kan belum bisa mengatur waktunya sendiri, jadi kita sebagai orangtua yang harus mengatur jadwalnya agar tidak digunakan dengan hal yang sia-sia.

Hal-hal bermanfat yang saya maksud bisa dilakukan sesuai dengan minat dan bakat anak-anak. Kalau suka menggambar, manfaatkan waktu luang dengan keterampilan menggambarnya. Kalau suka bermain musik, maka maksimalkan waktu luang untuk berlatih musik, dan lain sebagainya.

Tak jarang juga lho anak-anak yang memang hobinya belajar, hehehe.. termasuk journaling yang menjadi hobi anak saya. Menulis perasaannya dalam buku jurnal lalu menghiasnya dengan berbagai macam pernak-pernik seperti stiker, karakter yang diprint, digunting lalu ditempel, juga menghiasnya dengan lukisan berwarna-warni.

Intinya bagaimana caranya agar waktu luang anak tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik untuk mengembangkan kemampuan otak kiri dan otak kanannya. Kalau hal ini dilakukan secara konsisten, anak tidak akan lagi tertarik dengan gadgetnya di rumah. Karena sudah tahu apa yang mereka suka dan mau.

3. Buat Jadwal Yang Harus Dipatuhi

kursus membaca anak

Jika sudah tahu apa yang anak sukai, sekarang saatnya mengatur jadwal anak mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.

Jadwal akan lebih baik jika dibuat bersama-sama dengan anak. Jadi anak ikut terlibat dan secara tidak langsung akan merasa ikut bertanggungjawab dengan jadwal yang dibuat bersama. Pasti ada bedanya deh antara jadwal yang dibuat bersama-sama dengan jadwal yang dibuat sendiri.

Anak juga lebih kreatif dan mampu mengutarakan keinginannya, belajar mengkomunikasikan perasaannya, juga sudah tahu apa yang ia mau sejak awal.

Produktif di Masa Muda? Kenapa Ngga?

Kumon Indonesia

Dalam rangka menjaga usaha “konsistensinya” dalam belajar, juga agar tetap mengingat apa yang sudah ia pelajari, Kumon adalah bimbingan belajar yang saya pilih untuk menemaninya sepanjang satu tahun belakangan ini. Saat sibuk-sibuknya sekolah, juga di saat liburan panjang seperti kemarin. Tak bisa dipungkiri saya sangat terbantu dengan adanya Kumon.

Ada perkataan dari Imam Al Ghazali terkait dengan proses belajar yang terus saya ingat sejak jadi siswa hingga sekarang bisa menyekolahkan anak:

Jika kamu tidak tahan lelahnya belajar maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan

kumon Indonesia

Kata orang, proses belajar pada anak adalah suatu hal yang tidak boleh dipaksakan. Namun apa jadinya jika anak tidak dipaksa belajar? Apalagi untuk anak-anak yang lahir sudah ditemani internet sejak kecil.

Oleh karena itu proses belajar yang mungkin awalnya tidak disukai anak, ada baiknya “dipaksakan” terlebih dahulu hingga akhirnya anak menjadi terbiasa. Lalu dari terbiasa akan menjadi luar biasa karena konsistensinya.

Inilah yang saya sukai dari Kumon. Karena saya sadar kesuksesan bukan hanya karena kepintaran yang dimiliki, tapi juga karena konsistensi seseorang ketika berlatih dan bertahan sampai akhir. Anak-anak tidak akan menjadi kuat jika tidak kita paksakan untuk belajar di masa kecil. Karena kalau tidak belajar di masa kecil, apa hasil yang bisa dituai saat mereka dewasa?

Saya pernah membahas beberapa alasan mengapa saya memasukkan anak ke Kumon, teman-teman bisa membacanya di artikel berikut ini.

Kumon memberikan PR setiap hari sebagaimana yang dilakukan oleh murid-murid Jepang karena tahu bahwa keberhasilan tidak hanya berasal dari hasilnya, tapi juga prosesnya. Ketika anak sudah memiliki habit yang baik untuk belajar, maka ke depannya saat ia remaja maupun dewasa tidak sulit untuk bisa menerima tantangan di lingkungan sekitarnya.

 

 

Leave a Comment