Mungkin terlambat ya jika saya baru menyelesaikan novel Semua Ikan di Langit karya Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie saat ini. Ah, tapi pelajarannya abadi kok. Istilahnya kalau konten di blog tuh, konten yang evergreen alias cocok dibaca dan dibahas kapanpun. Karena permasalahan sosial memang akan terus ada. Sejak zaman Nabi sampai sekarang, manusia ya begitu itu sifatnya.
Dalam buku ini kita akan bisa melihat bagaimana manusia dari waktu ke waktu adalah makhluk yang indah sekaligus menjijikkan. Bagaimana bisa dua predikat yang saling berlawanan tersebut disematkan dalam waktu yang sama? Yuk kita kupas buku ini dari sudut pandang jeyjingga.
Mengapa Semua Ikan di Langit
Saya juga punya pertanyaan yang sama ketika melihat judul buku ini. Semua Ikan di Langit? Bukankah ikan hanya ada di air? Apakah di langit ada air? Dimana saya bisa melihat ikan di langit?
Namun ternyata ikan di langit tidak secara nyata sebagai ikan terbang layaknya ikon salah satu stasiun televisi swasta. Tokoh utama yang masih kecil saat itu melihat ikan terbang, melintasi langit dengan cahaya yang kemilau. Oh ternyata itu adalah bintang. Membaca Semua Ikan di Langit seperti kembali berimajinasi seperti seorang anak di buku berjudul Le Petit Prince.
Tidak heran Semua Ikan di Langit menjadi pemenang pertama di Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2016 lalu.
Semua Ikan di Langit ditulis dengan keterampilan bahasa yang berada di atas rata-rata para peserta Sayembara kali ini. Novel ini mampu merekahkan miris dan manis pada saat bersamaan. Lalu, perbedaan mutu yang tajam antara Pemenang Pertama dan naskah-naskah lainnya membuat dewan juri tidak memilih pemenang-pemenang di bawahnya. -Laporan pertanggungjawaban Dewan Juri Sayembara Novel DKI 2016-
Analisis Novel Semua Ikan di Langit
Lalu pada akhirnya saya pun menyetujui mengapa dewan juri memilih novel ini sebagai juara pertama dan satu-satunya juara. Meski narasinya padat dan nyaris tak ada konflik besar yang membuat hati berdebar, namun rasa penasaran saya terus dituntun sampai ke dalam. Halaman demi halaman hingga saya tak bisa lagi keluar dari dunia Ziggy.
Buku ini memiliki alegori dari hubungan manusia dan PenciptaNya. Bagaimana dunia yang fana ini terbentuk dan berakhir serta memulai lagi dari awal. Serta refleksi bagi manusia yang tak lain adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling lemah sekaligus sombong. Namun menjadi kuat ketika ia mengandalkan Tuhannya, memelihara hubungan sesamanya, serta memiliki belas kasih pada yang papa.
Karakter yang ada di dalam buku ini pun unik-unik. Tokoh saya adalah bus damri. Lalu ada tokoh kecoa Rusia yang ditemukan saat diajak ke luar angkasa dan dipanggil Nad. Sedangkan tokoh Beliau adalah anak lelaki yang memakai jubah kebesaran, jalannya mengambang, dan gemar menciptakan banyak hal. Melalui amarahnya, rasa senangnya, dan sedihnya kemudian banyak hal terjadi di sekitarnya.
Beberapa bab awal saya memang masih bingung. Karena cerita berjalan seperti tanpa tujuan, juga tanpa emosi. Namun setelah melewati hampir setengah dari isi buku, saya benar-benar terhanyut dan beginilah dunia terbentuk. Seperti itulah asal mula bintang-bintang di langit. Seperti itulah sifat-sifat Tuhan dan segala maksud dibalik tindakanNya yang kadang membuat kita tak bisa menemukan hikmahnya karena amarah.
Teman bloger akan menikmati perjalanan si Bus Damri bersama sosok yang dipanggil Beliau, ikan julung, serta si kecoa Nad yang pada akhirnya dilenyapkan oleh Beliau karena kesombongannya. Sayangnya dalam novel ini, Tuhan didefinisikan dalam arti yang cukup sempit, dan saya pikir akan berbahaya jika kita tidak memiliki pengetahuan soal Tuhan sebelumnya.
Ada beberapa kisah yang menurut saya mirip dengan kisahnya kaum Nabi Luth, kebangkitan Dajjal, serta Lauh Mahfuzh. Hingga tiba di akhir cerita buku ini akan semakin menunjukkan kekuatan tokoh Beliau itu sendiri. Semakin nampak juga hubungan antar sesama manusia di sini. Apa yang akan terjadi pada Beliau jika sesama manusia saling berperang. Apa yang akan terjadi pada Beliau ketika ada seorang anak yang berani menampar orangtuanya sendiri. Begitulah, hubungan interpersonal pun tak ketinggalan.
Meskipun alurnya maju-mundur sehingga terkadang saya bingung, mana kepingan puzzle yang harus saya susun agar nyambung? namun endingnya menarik sih. Bagi saya penulis amatir yang menyukai ending yang pasti, saya cukup puas dengan Ziggy. Konflik ceritanya memang minim namun ada banyak hal yang bisa kita petik dari dalam Semua Ikan di Langit.
Apalagi ketika memikirkan anak-anak, bagaimana mereka membayangkan Tuhan, malaikat, serta benda-benda alam semesta lainnya, kisah dalam buku ini mendekap erat imajinasi mereka. Kita seolah diajak berdarma wisata bersama tokoh Bus dan Beliau ke bumi, angkasa, lautan, bahkan ke Auschwitz, Jerman tahun 1944. Bahkan tokoh Beliau pun memakai topi nazi ketika menaiki Bus.
Pembaca dibiarkan berimajinasi seliar mungkin, sebebas-bebasnya untuk menilai serta mengira-ngira konflik yang terjadi dalam novel ini. Sejujurnya dibalik beberapa hal yang menurut saya menjadi kekurangan dari novel Semua Ikan di Langit, ia mampu membawa saya menikmati perjalanan si Bus bersama Beliau dengan segenap ikan julung-julungnya melintasi ruang dan waktu. Lalu mengambil pelajaran bermakna dalam setiap perjalanan tersebut. Semua Ikan di Langit mengajak kita merenungkan banyak hal.
Teman bloger bisa membaca buku Ziggy ini melalui Google Play Books. Jangan download novel Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, yang juga penulis Jakarta Sebelum Pagi secara ilegal ya. Yuk kita hargai penulisnya. Sebagaimana kita juga ingin dihargai sebagai penulis sekaligus bloger.
Semua Ikan di Langit oleh Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
ISBN : 9786023758067
Cetakan Pertama Februari 2017, Penerbit Kompas Gramedia
Baca juga artikel lain di sini.