Novel anak ini bukan novel biasa. Kisah dalam novel ini dimulai dari Suku Abui, Alor yang mewariskan banyak budaya pada anak cucunya. Termasuk nyanyian duka, nyanyian Telimbai.

Telimbai telimbai apu teelimbai

Telimbai telimbai apu teelimbai

Malau lai malau lai desi malau lai

Vania membaca syair lagu itu, keras, sehingga Juan segera menghentikannya. 

“Tidak baik berulang-ulang kau membacakan syair itu. Membuat bulu kudukku berdiri,” wajah Juan ketakutan.

Tanpa disadari sepasang mata kemerahan mengawasi mereka. 

Syair lagu Telimbai itu segera mengantar mereka ke dunia para leluhur

novel anak kisah suku abui

Segenggam Kenari dari Nina Saingo

Kisah Misteri Telimbai yang ditulis oleh Nina Saingo ini lahir dari sejumlah cerita turun-temurun yang ada di tanah kelahiran beliau, Alor, Nusa Tenggara Timur. Telimbai merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Suku Abui yang ada di Alor. Nina Saingo berpikir bahwa warisan kebudayaan ini tidak boleh hilang tertelan zaman. Maka ia pun menuliskannya dalam bentuk novel anak yang diberi judul Misteri Nyanyian Telimbai dengan harapan anak-anak akan mengingatnya sampai dewasa.

Telimbai sendiri adalah sebuah ritual yang dilakukan setelah upacara pemakaman orang mati di Alor. Ritual ini dikemas menjadi sebuah cerita misteri petualangan anak yang menurut saya sangat menarik. Bahkan saya sebagai orang dewasa ikut merasakan keseruan yang diciptakan oleh penulis. Teka-teki yang dihadirkan terasa nyata dan tak sabar ingin ikut ke dalam dunia Rudolf, Vania dan Juan sebagai tokoh utama dalam novel ini.

Teka-Teki dari Alor

Saya selalu tertarik dengan kisah yang berlatar belakang sejarah atau yang biasa disebut dengan historical fiction. Begitupun dengan tulisan Kak Nina kali ini, saya pun bertekad untuk membeli dan membacanya karena novel ini ditulis berdasarkan kebudayaan orang Alor. Menariknya, Kak Nina menyuguhkan kisah yang sederhana namun penuh pelajaran dan inspirasi lewat imajinasi yang ditanamkan pada pembacanya. Saya yakin, siapapun akan sulit untuk berhenti mengikuti kisahnya.

Tokoh utama dalam novel ini adalah Rudolf, Juan dan Vania. Rudolf digambarkan sebagai anak kesayangan kakeknya serta bocah yang cerdas. Ia beserta kedua sepupunya tengah berduka karena kepergian Kakek Melki, kakek kesayangan mereka. Sesuai dengan adat budaya yang dilakukan oleh Suku Abui di Alor, mereka bertiga pun akhirnya berkumpul untuk mengadakan upcara kematian kakeknya. Bersama dengan orangtua mereka masing-masing, Rudolf, Juan dan Vania memberikan penghormatan terakhir pada kakeknya.

Namun siapa sangka Rudolf menemukan secarik kertas berisi sajak-sajak nyanyian Telimbai. Kertas yang ditemukan Rudolf di kamar gudang milik kakeknya, ternyata bukan kertas berisi tulisan biasa. Namun ada hal aneh yang terjadi pada Rudolf saat itu. Dunia seketika berhenti. Sepupunya, ayah ibunya, serta saudara-saudaranya yang lain mendadak seperti patung dan tidak merespon apapun yang dilakukan Rudolf pada mereka. Rudolf seperti berada di dunia lain dan menyaksikan keluarga besarnya tiba-tiba menjadi kaku seperti patung. Mereka tidak bergerak bahkan tidak bernapas. Rudolf bingung dengan apa yang terjadi.

Tak lama kemudian, semua kembali seperti dunianya yang semula. Orang-orang sibuk mempersiapkan upacara pemakaman kakeknya. Rudolf pun memutuskan untuk memberi tahu kedua sepupunya itu tentang apa yang ia alami. Rudolf merasa ada hal aneh yang terjadi dan harus ia cari tahu penyebabnya. Sebelum mendapatkan jawabannya, Rudolf dan keluarga besarnya mendapatkan penyambutan mengerikan dari para leluhur mereka.

Para leluhur ternyata ingin memberi teka-teki pada anak turunannya dan menuntut agar teka teki itu bisa dipecahkan sehingga mereka bisa hidup aman dan bahagia selamanya. Namun pemecahan tidak semudah itu. Rudolf berbekal kertas dengan lirik nyanyian Telimbai dari peninggalan kakeknya ingin memecahkan misteri tersebut bersama-sama dengan kedua sepupu dan juga ayahnya. Disinilah petualangan Rudolf dimulai. Akankah Rudolf bisa memecahkan teka-teki tersebut? Akankah Rudolf bisa menyelematkan warga desa dari amukan arwah para leluhur?

Rahasia Kisah Suku Abui dan Pelajarannya

Ada banyak warisan leluhur yang masih sering dilakukan oleh Suku Abui di Alor. Salah satunya yaitu upacara Telimbai.

Telimbai dilakukan sebagai bentuk penghargaan pada yang sudah meninggal. Ada semacam isi hati yang dikeluarkan oleh orang-orang yang masih hidup pada orang yang sudah meninggal. Jika hal ini dilakukan dengan baik, orang yang sudah meninggal akan tenang dan tetap menjaga dan mengawasi yang masih hidup. Tetapi jika tidak dilakukan maka roh-roh orang yang sudah mati menjadi tidak tenang dan berubah menjadi roh yang jahat. Tentu pembaca tahu, jika roh jahat ada maka akan semakin banyak tumbal yang diminta sebagai makanan mereka.

Tentu saja kisah semacam itu tidak hanya dimiliki oleh Suku Abui saja. Namun yang membuat istimewa adalah kisah suku Abui ini menjadi diketahui banyak orang karena dituliskan dalam bentuk novel anak oleh Kak Nina Saingo. Saya jadi tahu bagaimana budaya di sana, apa yang diperbolehkan dan mana yang tidak. Saya jadi tahu mengapa harus ada upacara kematian, dan seterusnya.

Membaca novel anak ini membawa imajinasi saya pada suku Abui yang berada di Alor. Betapa masih banyak kebudayaan yang tidak saya ketahui di Indonesia ini. Membaca Misteri Nyanyian Telimbai mengingatkan saya pada sebuah novel anak Lima Sekawan yang terkenal itu. Alurnya mudah diikuti namun selalu penuh teka-teki dan kejutan untuk pembaca. Saya sendiri merasakan imajinasi yang timbul dari membaca novel ini. Sangat indah, kompleks dan menghibur. Kak Nina pintar sekali membuat alur cerita yang mudah dipahami namun sarat isi. Wah, saya harus menyimpan novel ini hingga kelak anak saya bisa menikmatinya. Terimakasih Kak Nina sudah menulis novel anak seindah ini!

Childhood has its secrets and its mysteries. But who can tell or who can explain them –Max Muller

 

Misteri Nyanyian Telimbai, oleh Nina Saingo

ISBN : 978-623-78070-8-7

Penerbit : Caraka Publishing, Cetakan Pertama Mei 2020, 229 halaman

3/5

Baca juga : Disambut Anak Kecil di Hotel Bintang Lima