Namanya lebaran, natalan, atau hari raya apapun itu pastinya orang-orang lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarga di satu kesempatan yang tidak datang dua kali dalam satu tahun. Oleh karena itu mudik sudah menjadi tradisi bagi mereka yang mencari penghidupan jauh dari kampung halaman, jauh dari keluarga, sanak saudara, dan mungkin orang-orang terdekatnya. Rasanya sulit untuk menghalangi mereka untuk tidak mudik. Ya namanya juga tradisi kan.
Namun tahun ini pastinya berbeda. Bahkan saya selalu mendengar di perempatan jalan himbauan wali kota untuk keikhlasan keluarga untuk melarang anggota keluarganya yg lain mudik atau pulang kampung. Perasaan saya masih sama seperti sebelumnya, seakan semua ini hanya mimpi. Mimpi buruk yang ingin sekali buyar secepatnya. Sayangnya fakta yang kita hadapi saat ini adalah kenyataan yang tak bisa kita elakkan. Maka penting memang memelihara keikhlasan kita untuk tidak mudik/pulang kampung hingga keadaaan sudah membaik.
Rasanya hampir-hampir saya tidak percaya pada diri sendiri bahwa saya bisa melalui ini semua hingga sejauh ini. Mungkin hari ini sudah genap dua bulan saya tidak keluar rumah sama sekali kecuali hanya beberapa blok dari rumah untuk berjalan-jalan barang sebentar saja menghirup udara segar, mengusir kebosanan di rumah, atau hanya sekedar membeli kebutuhan pokok sehari-hari yang sangat mendesak.
Jika negara lain pulih dalam tiga hingga empat bulan, nampaknya saya bisa menaruh harapan bahwa usai hari raya insya Allah kita sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Meskipun tidak tahu kapan pastinya pandemi ini akan berakhir. Namun boleh kan kalau saya memelihara harapan itu. Harapan bahwa tahun ini kami pasti bisa mudik. Bisa melewati ini semua dengan baik.
Jika saja semua orang patuh dan legawa untuk menunda mudik atau pulang kampung, maka persebaran akan lebih cepat dihentikan. Namun saya pun tidak bisa melarang mereka yang terpaksa mudik atau pulang kampung karena jika harus bertahan di tanah rantau, mereka tak akan pernah bisa bertahan hidup. Apalagi kebijakan Pemerintah yang terkesan plin-plan membuat orang-orang bingung. Sebenarnya boleh tidak sih mudik atau pulang kampung itu? Ah, saya pun tak bisa menghakimi mereka yang mudik atau pulang kampung itu (bagi saya mudik, pulang kampung, atau apapun itu esensinya sama).
“Kalau saya ngga pulang, saya ngga bisa makan. Di kampung halaman saya bisa menanam apa saja. Di sini, mana bisa?” Ujar salah satu orang yang terpaksa harus mudik atau pulang kampung.
Maka perbandingan antara saya yang memilih untuk tidak mudik dan mereka yang terpaksa harus mudik atau pulang kampung bukanlah bandingan yang pas. Jika ditanya lebih baik mudik atau tidak? Saya hanya bisa menjawab tidak tahu. Pemerintah tidak akan bisa menjamin warganya bisa terpenuhi pangannya jika tidak mudik, maka ya kami tidak bisa menahannya. Manusia mana yang tega membiarkan orang-orang di sekelilingnya mati kelaparan?
Mudik Yes or No? Maybe Yes or Maybe Not.
#RWCODOP #OneDayOnePost #MudikVsPulangkampung #RWCDay28 #Ramadhan2020
😭😭😭😭
Lha kenapa dirimu Gus
Iling2 adik q ra iso mudik.. tp untung sek iso nakam normal..
Lha trus pie nasib e wong2 sing ga iso nakam ngene iki ?
Semoga pandemi ini segera berakhir. Aamiin.
Semoga keadaan segera membaik aamiin