“Apakah kalau aku mengorbankan sayapku, Burbur dapat hidup kembali?”
Pembawa Kabar menggeleng tegas, “Dalam syarat reinkarnasi, burung yang telah dihidupkan kembali akan kehilangan seluruh daya magis sayapnya dan hanya menjadi burung yang bisa terbang dan bercicit.”
Rindang mendesah, lalu pergi ke langit dengan membawa mayat Burbur. Pembawa Kabar mengikutinya dengan kepakan sayap lemas. Ia berkali-kali mengingatkan kepada dirinya sendiri kalau kehilangan sahabat adalah hal yang tidak mengapa, tapi, berkali-kali ia mencoba melupakan, berkali-kali juga ia tak mampu.
Mereka berdua akan mencoba kembali membangun apa yang masih sanggup dibangun dan mempertahankan apa yang masih bisa dipertahankan. Bersama dengan kawanan burung-burung lain yang masih tersisa. Mungkin jumlahnya hanya tinggal satuan, mereka berdua akan terus menerus menjaga mimpi pendahulu mereka, dimana bangsa burung dengan bebas bernyanyi pagi dan sore hari.
Lalu diantara pagi dan sore hari, mereka akan bebas beterbangan di langit biru.
Pada tahun 2683, hutan terakhir di Kalimantan habis dibabat. Dan hal ini sudah mencapai batas kesabaranku.
(Cerita Bumi Tahun 2683 oleh Aesna)
Penggalan cerita di atas memang hanya cerita fiksi satir yang mengingatkan kita akan kondisi hutan di Indonesia. Jika saat ini adalah tahun 2021, maka enam ratus tahun lagi bukan tidak mungkin semua spesies burung yang menjadi kebanggaan Indonesia punah tak bersisa. Tentu saja bukan hanya burung, tapi juga semua spesies penghuni hutan.
Surat untuk Bumiku
Sejak revolusi industri tahun 1760 aku tahu kamu tidak baik-baik saja. Kami memang hidup makmur tanpa kurang suatu apa.
Bahkan di tanahku, tongkat yang dilempar pun akan menjadi pohon kayu. Kau hadiahkan surga dunia di tanah air kami. Tak perlu susah-susah pergi jauh ke negeri seberang untuk menghangatkan diri di musim penghujan. Rempah-rempah yang kami punya bahkan menjadi daya tarik tersendiri hingga negeri ini dijajah delapan puluh tahun silam.
Banyak sekali yang kau berikan pada kami. Sementara itu kami tak tahu diri.
Berapa banyak lahan hutan yang kami jadikan industri?
Berapa banyak kebotakan yang telah kami buat untukmu hingga panas matahari pun tak lagi ramah untuk kami.
Kau tahu bumiku, bencana demi bencana telah mengingatkan kami. Namun sayangnya hanya bertahan satu atau dua hari.
Hari berikutnya serasa seperti mimpi buruk dan membuat kami bangkit lagi. Bekerja dan kembali merusak bumi.
Entah kapan kami akan betul-betul sadar bahwa kehidupan kami sudah di ujung tanduk. Hari Bumi hanya sekadar selebrasi tanpa arti.
Mereka berkata mari lestarikan bumi namun yang mereka lakukan hanya duduk-duduk membawa tropi. Kau tahu Bumi, tropi apa itu? Penghargaan bahwa tulisan mereka sangat menginspirasi. Kiranya tulisan itu bisa menggerakkan nurani banyak hati untuk selalu menyayangi bumi. Inilah kebanggaan kami, kepintaran dari otak yang diberikan Tuhan untuk membedakan manusia dan makhluk lainnya. Namun apa yang terjadi?
Ya, hanya sekadar selebrasi dan hari bumi pun kembali terlewati.
Hutan masih gundul, bahkan bertambah. Laut masih penuh sampah. Air jernih tak lagi bisa kami temui di beberapa lokasi. Iklim berubah, musim tak karuan berganti-ganti. Kini yang ada di buku Geografi hanya teori. Iklim tak tentu arah, karena ulah manusia yang bikin jengah.
Apakah kata maaf itu cukup untukmu, Bumiku?
Apa kabar dirimu saat ini? Mudah-mudahan harapan kami agar engkau lestari dapat terjadi.
Orang bilang kau akan berubah di tahun ini, lima puluh tahun setelah surat ini ditulis. Mudah-mudahan perubahan yang terjadi adalah perubahan yang baik. Perubahan yang dapat membawa keselamatan umat manusia dan makhluk hidup lainnya.
Mudah-mudahan banyak orang yang sadar bahwa engkaulah satu-satunya pijakan kami di galaksi ini. Jika kau hancur lebur tak menyisakan ruang untuk kami, maka kemana lagi kami akan memijakkan kaki? Kami masih punya anak cucu, kami masih ingin lestari. Bumiku, tolong kabari aku bagaimana keadaanmu.
Jika aku masih hidup di atas permukaanmu, mudah-mudahan aku tetap berdiri untuk membelamu.
Jika aku sudah menjadi tulang belulang yang terkubur di dalammu, mudah-mudahan aku masih bisa menyaksikan kebahagiaan anak cucu kami yang menginjakkan kaki di tanahmu.
Kami letakkan harapan di pundak anak cucu. Mungkin saja mereka akan lebih menyayangi dan merawatmu. Kelak di usiaku yang ke delapan puluh, aku ingin membuka kembali surat ini dan membuktikannya padamu. Betapa kami menyayangimu.
Kuharap surat ini tak terlalu panjang, kuharap kau tak tergesa menutup tulisanku. Lihat bagaimana aku berusaha untukmu, bumiku.
Usaha untuk Bumiku, Sesuai Janji dalam Suratku. Alam Sehat Lestari Impianku
Indonesia mengalami deforestasi yang paling banyak dibanding negara Asia lainnya tahun lalu. Nyatanya deforestasi dan hilangnya banyak spesies burung bukanlah dongeng belaka.
Betapa kalimat, “Hutan Kalimantan adalah paru-paru dunia” benar adanya. Meski Cerita Bumi Tahun 2683 mengatakan bahwa Mars sudah terbangun oleh peradaban, kapal induk luar angkasa sudah menjadi rumah yang lebih layak, wisata bumi-bulan sudah menjadi hal biasa dan populasi ruang angkasa semakin bertambah pesat setiap tahunnya.
Makhluk lain seperti burung cenderawasih, Albatros, gajah, harimau, dan banyak makhluk lain di dalam hutan petak sudah mulai ditinggalkan. Semakin dihinakan. Burung-burung yang sedang dibicarakan itu, jumlahnya tidak lebih dari lima ratus ekor. Kini tidak lebih lebih ketakutan pada kehidupan yang serba canggih. Mereka mengeluh,
“Kami akan mati!”
“Kami akan punah!”
Mata mereka sudah jadi bengis dan sayap mereka semakin buluk karena sudah lama tidak mandi air hujan. Ketakutan yang mereka alami sebenarnya sedikit teratasi karena mitos-mitos dan pekerjaan yang selalu mereka lakukan tiap hari untuk mencari keberadaan hutan baru di alam semesta ini tidak ada habisnya.
Tanah hijau berubah menjadi coklat dan gersang dibakar apa yang semena-mena. Di atasnya, peradaban yang baru tengah dimulai.
Oleh karena itu, sesuai janji untuk menjaga bumi untuk anak cucu, berbagi kegelisahan sekaligus menawarkan solusi mungkin masih menjadi apa yang saya pikirkan saat ini. Usaha untuk bumi, melalui adopsi pohon adalah salah satunya. Kita masih punya kesempatan untuk menyelamatkan bumi. Perkara menyelamatkan bumi tentu tidak kita inginkan hanya sekadar selebrasi, tapi juga perkara keselamatan makhluk hidup lainnya.
Berikut aksi nyata yang bisa kita lakukan, agar alam sehat lestari.
Adopsi Bibit Pohon untuk Al Isya agar Alam Sehat Lestari
Membaca time capsule pada paragraf sebelumnya saya jadi membayangkan bagaimana Isya hidup sepuluh atau dua puluh tahun mendatang. Tahun-tahun ia beranjak dewasa dan menjadi pemuda matang siap menghadapi dunia. Saya takut jika saat itu sudah tiada dan tidak meninggalkan apapun kecuali harta.
Sepertinya, akan menjadi kesan indah untuknya jika adopsi bibit pohon ini saya hadiahkan untuknya. Sehingga jika suatu saat Isya menemukan surat saya untuk bumi di tahun-tahun yang akan datang, saya tidak malu karena hanya berbicara. Semata saya lakukan sebagai contoh untuk anak-anak, untuk generasi muda mendatang. Betapa berartinya pohon-pohon itu untuk kita semua.
Hanya dengan Rp 75.000,- kita bisa memulai sebuah proyek kebaikan. Adopsi bibit pohon yang tidak seberapa jika dibandingkan harga pulsa. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
- Buka laman Alam Sehat Lestari dan carilah menu “adopsi bibit pohon” pada bagian widgetnya. Atau mudahnya, tinggal klik saja kalimat sebelum ini ya.
- Klik “Form Adopsi Bibit Pohon”, lalu teman-teman akan menemui form seperti di bawah ini. Tinggal isikan nama donatur dan jenis pohon apa yang ingin diadopsi. Mudah kan ya 🙂
- Lalu klik confirm setelah mengisi data adopter. Akan muncul laman seperti ini. Jika sudah sampai halaman ini, teman-teman bisa memilih jenis transaksi apa yang digunakan untuk adopsi bibit pohon. Beruntungnya, ASRI menyediakan berbagai macam jenis pembayaran. Jadi ngga perlu bingung kalaupun kita tak punya ATM sekalipun.
Meski hanya tujuh puluh lima ribu rupiah, jika dikerjakan bersama-sama dan banyak orang yang peduli akan hal ini, insya Allah saya yakin bumi akan menjadi hunian lebih baik di masa mendatang bagi setiap makhluk hidup.
Dengan banyaknya bibit pohon yang ditebar, kita mengharapkan agar hutan yang terdegradasi bisa kembali hijau dan memberikan manfaat kepada kita, satwa dan planet ini.
Adopsi bibit ini bisa menjadi cara mewariskan jejak hijaumu di muka bumi, atau cara memberikan kado yang sangat indah untuk orang yang kamu sayangi.
Sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan untuk bumi akan berarti besar bagi anak cucu kita kelak. Yuk, bareng-bareng jaga bumi, jaga anak cucu agar Alam Sehat Lestari 🙂
Tulisan ini semata untuk warisan bagi anak cucu bahwa harapan kami, bumi akan tetap menjadi pijakan kita lima puluh atau bahkan ribuan tahun mendatang. Juga mengingatkannya akan sebuah harapan.
Masyaallah, tulisan yang menarik, inspiratif, faktanya hutan kita hari ini memang menghilang karena keserakahan manusia, 😔
Kak Jihan, dirimu luar biasaaa banget!
Surat ini insyaALLAH bisa memantik kesadaran kita semua
bahwa kita kudu berkontribusi demi alam yg sehat lestari
Aku bacanya merinding mbak. Sungguh, nggak kebayang 50 tahun lagi alam ini akan seperti apa. Menarik juga program adopsi bibitnya. Aku mau juga ah, 75ribu nggak ada apa2nya dibanding dg kecintaanku sm alam. Semoga makin banyak orng2 di luar sana yg berkontribusi ya mbak.
aamiin. bener banget mbaa, rasanya menyisihkan 75-100rb untuk setahun ngga masalah yaaa
jangankan 50 tahun, membayangkan 15 tahun ke depan saja rasanya sudah membuat hati ini was-was akan keadaan bumi ini. gerakan mengenai alam dan lingkungan ini, semoga selanjutnya menjadi bagian dari lifestyle sehingga berkelanjutan.
menabung dari sekarang untuk bumi dengan adopsi pohon, rasanya bisa menjadi hal yang sangat mungkin dilakukan ketika tak bisa menjejak langsung ya, nominalnya tak memberatkan. jadi, nanti kita bisa meninggalkan harapan di pohon2 tersebut di bumi tercinta ini
Terharu bacanya..
Saya semangat ikutan adopsi bibit pohon..
Terimakasih sudah menulis dengan indah
Aku dulu pernah mau sempat kerja di tempat lembaga nirlaba yang mengelola penanaman pohon gitu, tapi pengelolanya bule. Eh, ternyata ada yang asli lokal ya… mau juga ah ikut adopsi bibit pohonnya biar anak2 bisa merasakan hidup di bumi yang lebih sehat.
Awal artikel bikin saya jleb…beneran jika kita tidak segera bergerak menyelamatkan bumi apa jadinya nanti. Sungguh dangan hanya tujuh puluh lima ribu rupiah,, nominal yang tak banyak sebenarnya , jika banyak orang yang peduli akan hal ini, bumi akan menjadi hunian lebih baik di masa mendatang bagi setiap makhluk-Nya
75rb-100rb setahun ini sepertinya lebih sedikit banget daripada kita yang tanpa sadar membuat bumi rusak, huhhuu tulisannya keren banget mba jihaaan…
Wah trnyata bisa donasi juga ya untuk bumi ini. Keren juga programnya. Kalau bukan kita siapa lagi yang peduli ya kak
mbak lagi ikutan lomba ASRI ya hehe semoga menang <3 faktanya keadaan bumi memang semakin memburuk, apalagi di masa lebaran banyak paket2 dikirim ke sana ke mari, emisinya tinggi, sampah plastik juga semakin banyak huhu
Merinding ya kalau beberapa puluh tahun ke depan bumi yang kita pijak ini sudah mulai menampakkan keroposnya. Hutang ilang, udara bersih susah. Duh, semoga itu tidak teejady
Suratnya bikin meleleh kak Jihan…
Ternyata 75rb yang terlihat kecil bisa membawa dampak besar bila dilakukan bersama ya kak.
Teringat film kartun nih.. yang karena keinginan membuat fashion dari pohon jadinya mereka gak punya pohon sama sekali. Begitulah kita manusia ya kak.. gak ada puasnya.
Ah, 50 tahun lagi kita memang tak sepenuhnya dapat menebak bagaimana kondisi bumi. Hanya sebuah gambaran dengan kondisi saat ini, di mana bumi semakin sekarat. Perluasan lahan untuk industri misalnya, menyebabkan kebakarqn, banjir dan kekeringan. Memang perlu banget sejak sekarang untuk mengembalikan fungsi hutan, tanam kembali dengan pohon-pohon agar 50 tahun ke depan anak-cucu tetap berpijak di bumi yang lestari.
janji dlama suratnya sudah hampir semuanya tepenuhi, kecuali yang adopsi bibit pohon, saya belum rajin menanam untuk kelestarian lingkungan, pernah nanam kalau ikut dalam penanaman pohon aja, sesekali. wajib dicoba ah buat ikut rajin juga nanam di sekitar rumah
Wah luar biasa mbak. Ini bener2 bisa jadi reminder bagi diri sendiri bahwa memang kita harus melestarikan alam dan menjaga isinya.
Masyaallah komitmen sekalu postingan mbak. Gembi gembor peduli lingkungan harus terdengar sampai kemana kemana ya, maklum bumi sudah tidak sehat karena terjamah manusia
Apa jadinya ya kalau defitedtasi ini makin nggak terhentikan. Rasanya bukan hanya Kalimantan saja yang dalam ancaman habisnya hutan, tapi merambah pula ke Papua.
Wah jadi pengen ikutan adopsi bibit juga. Nanfi pertumbuhan si pohon yang dipilih ini, bisa dipantau juga nggak sih Kak?
Dengan mengadopsi bibit pohon 75k per pohonnya Kita sudah bisa ikutan berkontribusi ya mbak. Mau ikutan juga ah
Sangat inspiratif mba, baik tulisan maupun program nya.
Ramadhan baru-baru ini tepatnya di hari Bumi aku dan teman-teman juga melaksanakan program penyerahan bibit tanaman di kecamatan tempat kami berdomisili
Semoga bumi cepat pulih ya
Adopsi bibit pohon ini lumayan bikin terenyuh. Jadi memang benar2 bibitnya ini harus dirawat sebaik mungkin sampai dia besar ya. Dan bisa menyumbang oksigen untuk bumi.
Saya support ini Mbak, semoga makin banyak masyarakat yang sadar untuk menjaga lingkungan ya. Masalah sampah, polusi juga penghijuan semoga semakin diperhatikan dan menjadi usaha bersama untuk mengurangi pemanasan global.
Harusnya begini ya setiap penduduk Bumi punya kepedulian untuk melestarikannya dengan mengadopsi bibit pohon di hutan, bukan hanya memetik manfaatnya. Rp100 ribu per tahun sungguh terjangkau dibanding manfaatnya yang sangat besar. Alam terjaga, kehidupan pun terpelihara. Semoga makin banyak yang sadar untuk melestarikan alam dengan betul-betul menyayanginya.