Buku Amor Fati kali ini yang saya baca adalah novel karya anak bangsa. Kali ini tulisan fiksi hasil karya Syahid Muhammad dan Stevani Bella ya. Bukan Amor Fati impor dari Korea karya Rando Kim meskipun judul keduanya sama. Novel ini adalah sekuel kedua dari Novel berjudul KALA.
Kita adalah sepasang salah, yang menolak pasrah. Amor Fati.
Awal membaca kalimat itu di bagian cover buku, langsung mellow. Entah saat itu lagi galau-galaunya atau memang saya-nya yang baperan. Sempat menunda untuk membaca novel ini. Tapi setelah novel di tangan, kemudian mulai membacanya dan.. Ah, beneran brilliant banget penulisnya.
Saya yang notabene tidak terlalu suka dengan puisi, terpaksa membacanya karena penasaran dengan tiap prosa dan puisi yang dituliskan oleh tokoh utama dalam cerita. Sebenarnya ini alurnya bagaimana?
Tapi setelah melalui bab pertama, novel ini semakin jadi candu. Menuntut untuk segera saya selesaikan agar tahu bagaimana ending nya.
Saya sempat pernah membaca novel dengan dua isi kepala seperti ini, tapi lupa apa judul nya. Novel Amor Fati ini beda, seakan-akan tokoh di dalamnya hadir dalam diri saya.
Betapa Allah itu Maha Pengatur dan Maha Baik sebaik-baik Pengatur dan Penguasa, begitulah rasanya kalau sedang dalam posisi Lara di sana. Saya terpaksa ikutan memikirkan masalah-masalah yang muncul. Pusing gak sih? Iya dong, haha. Gemes rasanya ingin ikutan terjun dalam novel dan hadir disana.
Amor Fati sebelumnya yang saya baca adalah buku self improvement karangan Rando Kim, buku terjemahan yang isinya memang untuk memotivasi diri yang sedang beranjak dewasa, atau yang tengah menjalani sebuah kedewasaan. Sebuah kebetulan yang manis karena kedua buku ini ternyata ngga jauh beda bahasannya. Meskipun yang satu dalam bentuk novel dan satunya lagi nonfiksi.
Amor Fati yang ini, novel penggugah yang menyadarkan saya bahwa takdir Allah itu bisa diusahakan. Takdir Allah baik dan buruk yang harusnya tetap kita syukuri dan kita cintai. Bagaimanapun kita menolak takdir, jika itu adalah kehendak Allah, maka itulah yang terjadi. Tidak ada satu pun yang bisa menghalanginya.
Membaca novel ini juga membuat saya belajar untuk mengakui sebuah kesalahan, belajar mengikhlaskan serta pentingnya impian. Suatu waktu senyum-senyum sendiri membacanya. Tapi suatu waktu, entah berapa kali air mata saya menetes. Bagi teman-teman yang belum membaca KALA, ada baiknya membaca KALA dulu sebelum Amor Fati. Karena di sini konfliknya masih seputar Saka dan Lara. Dua insan yang dipermainkan oleh takdir, kalau boleh saya bilang. Dipisahkan oleh takdir dan dipersatukan oleh takdir pula. Novel kali ini lebih berwarna karena hadirnya dua tokoh tambahan, Rio dan Riana. Ngga usah ditanyakan bagaimana keempat tokoh ini akhirnya memberikan suguhan adegan demi adegan yang bikin emosi kita sebagai pembaca naik turun. Baca saja bagaimana kelanjutan hubungan Saka dan Lara di sini.
“Kita pernah menjadi sebuah ketentuan pada pertemuan yang saling mengisi hingga saling meniadakan. Namun pada langkah yang saling menjauhi, ketentuan terasa seperti sebuah perjudian antara waktu dengan detaknya sendiri. Karena pada detik ke sekian kita sadar bahwa penerimaan akan membuat kita merasa utuh jika sudah sepenuhnya.” -AMOR FATI-
Satu hal yang menjadikan Amor Fati lebih “meledak” (menurut saya) dibanding sekuel sebelumnya. Saya merasa bahwa Amor Fati lebih banyak mengupas perihal rahasia hidup yang tidak bisa diperkirakan oleh siapapun kecuali bagi Sang Pemilik Kehidupan. Bahwa takdir Allah yang menjadi rahasia itu memang selalu menarik untuk dibicarakan.
Amor Fati Oleh Syahid Muhammad dan Stefani Bella
Penerbit Gradien Media Tama, Cetakan Pertama November 2017, 440 halaman.
Rate : 4/5
Amor Fati, Updated June 14th, 2020
Jadi pengen baca
Hayukk, dibaca. Bagus beneran 😂😂