Jika kau bukan anak ulama atau anak Raja, maka menulislah
(Imam Ghazali)
Mahfudhat tersebut saya dapatkan ketika masih SMP. Karena itulah sejak SMP saya sudah mulai menulis hingga jatuh cinta padanya.
Ada satu novel yang saya tulis saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama di tahun 2001 kala itu. Saya tulis menggunakan ballpoint di atas kertas yang terhimpun dalam sebuah buku tulis. Tebalnya sampai sekitar 5-6 buku yang masing-masing terdiri dari 58 halaman.
Meskipun saat itu novel fantasinya tidak sampai tamat, tapi saya cukup puas bisa menulis dan mengabadikan pikiran ke dalamnya.
Tahun 2014 ketika divonis secara medis tidak akan punya anak, hidup saya tentu tidak baik-baik saja. Sudahlah bukan anak ulama, apalagi anak Raja, ngga bisa punya anak lagi! Desperate dong! Saya pun berpikir keras, apa yang bisa saya lakukan? Apa yang bisa saya tonjolkan kalau saya punya kekurangan seperti itu?
Sampailah pada satu keputusan untuk terus melanjutkan menulis.
Satu Tahun Blogging, Satu Tahun Tanpa Penghasilan
Kalau bukan karena ngeblog, mungkin saya ngga akan pernah ketemu orang-orang hebat di dunia perbloggingan.
Kalau bukan karena ngeblog, mungkin saya akan terus berada di zona nyaman dan tidak akan menemukan nilai-nilai hidup seperti sekarang.
Kalau bukan karena ngeblog, saya jelas ngga akan tahu rasanya gagal dan nikmatnya bangkit dari kegagalan.
Kalau bukan karena ngeblog, saya hanyalah seorang Ibu-Ibu setengah muda setengah tua yang biasa saja. Tidak ada istimewanya.
Menulis blogging journey kali ini lebih seperti menulis untuk diri sendiri, mengingatkan bagaimana perjalanan empat tahun silam. Mengingatkan tentang bagaimana kerja keras dan jerih payah yang saya lakukan untuk meraih cita-cita dan impian.
Saya mengenal blog sejak SMP, jadi kira-kira di tahun 2002 ya. Tapi tidak pernah konsisten apalagi serius ketika mempelajarinya. Nulis ya asal nulis aja ngga serius.
Sampai suatu ketika di tahun 2018, perjalanan ngeblog saya berbalik 180 derajat. Berawal dari penolakan di salah satu media elektronik regional, saya bertekad untuk bisa menjadi seperti media tersebut dan mempublikasikan karya-karya saya sendiri layaknya blogger profesional.
Bagi sebagian orang, memulai ngeblog di tahun 2018 bisa jadi seperti anak bawang, ikut-ikutan alias FOMO. Ih apaan, baru juga mulai 2018 udah belaguuk~
Tentu saja saya memahami itu. Namun, tulisan ini bukan untuk membangga-banggakan diri, tapi sebagai pengingat untuk diri sendiri bahwa saya pernah berjuang sekeras itu. Sekaligus sebagai pengingat di masa depan agar tidak jatuh di lembah kesombongan dan rasa cukup untuk belajar.
Memulai blogging secara profesional di tahun 2018 saat itu dengan sponsor dari sang suami. Saya beli domain dan hosting, lalu mulai masuk ke komunitas-komunitas menulis untuk mencari ilmu dari mereka. Kelas demi kelas saya ikuti. Mulai dari kelas gratis hingga berbayar.
Bahkan ketika ada lomba blog, saya dengan percaya diri mengikutinya. Apakah berhasil? Tentu saja gagal hehehe..
Selama satu tahun itu perjalanan ngeblog saya seperti lomba lari. Karena ada sesuatu yang harus saya kejar. Ada tujuan yang harus saya capai.
Perjalalanan ngeblog di tahun 2018 hingga 2019 adalah masa-masa penuh perjuangan, disiplin menulis satu hari satu tulisan, disiplin menggali ide, banyak melahap berbagai macam buku, juga disiplin untuk terus mencari ilmu soal blogging.
Kemenangan Pertama dan Penghasilan Pertama dalam Blogging Journey
Sampai akhirnya di tahun 2019 saya memenangkan lomba blog pertama saya yang diadakan oleh KBR atau Kantor Berita Radio Indonesia yang saat itu berseliweran di instagram. Alhamdulillah saya berhasil mendapatkan juara pertama dengan tema Air Untuk Kehidupan.
Hadiah uang tiga juta rupiah mendarat di rekening. Kemenangan pertama sekaligus penghasilan pertama dari ngeblog sebelum mendapatkan tawaran review, endorse, hingga content placement.
Kemenangan tersebut membuat saya lebih percaya diri lagi setelah satu tahun tak menghasilkan apa-apa. Tak bisa dipungkiri bahwa perjalanan ngeblog sampai di titik sekarang tidak terlepas dari rantai ilmu yang diberikan oleh para senior blogger di Indonesia.
Saya mengikuti berbagai komunitas yang sering mengadakan kelas blog gratisan dan ilmu-ilmu tersebut tidak hanya bermanfaat untuk pengembangan tulisan, tapi juga pengembangan diri serta membentuk pola pikir saya jika ingin disapa sebagai seorang blogger.
Siapa sangka ternyata kemenangan pertama tersebut membawa saya pada kemenangan-kemenangan selanjutnya yang tidak pernah saya bayangkan bisa sampai seperti sekarang.
Bersahabat dengan Kegagalan
Sekian banyak lomba blog telah saya ikuti. Jangan dikira sekitar 70-an tulisan yang berhasil saya menangkan sepanjang 2020 hingga sekarang itu tidak pernah gagal. Jika keberhasilan masuk menjadi pemenang baik utama maupun hiburan sebanyak 70 tulisan, bisakah teman-teman bayangkan ada berapa yang gagal?
Tentu saja tidak sedikit. Mungkin ada puluhan tulisan yang gagal untuk memikat hati para juri. Itu artinya sudah ada 100-an tulisan atau bahkan 200 yang saya kirimkan bukan?
Jadi, bagaimana Mbak Jihan ketika gagal, udah di titik paling bawah, gimana cara bounce back nya? Bagaimana mengatasi ketakutan atas kegagalan itu sendiri Mbak?
Ini yang mungkin membuat saya “tampak” tangguh. Selalu bangkit setelah gagal. Padahal ada juga masa-masanya saya down banget dan tidak mau menyentuh laptop barang sebentar saja. Namun saya selalu memberi waktu untuk diri sendiri atas itu.
Selain menulis, tentu saja ada kegagalan lain dalam hidup saya. Gagal lulus mata kuliah Genetika karena proyek yang berurusan dengan makhluk hidup tersebut juga tidak berhasil karena mati. Lalu saya juga pernah berkali-kali gagal berbisnis, gagal membina hubungan dengan cinta pertama, gagal jadi perempuan seutuhnya yang bisa memberikan keturunan untuk suaminya, dan masih banyak lagi kegagalan-kegagalan yang saya alami dalam hidup.
Namun saya percaya ucapan seorang Andrea Dykstra :
In order to love who you are, you cannot hate the experiences that shaped you
Dari seluruh pengalaman saya untuk selalu bangkit dari kegagalan, apalagi gagal bikin bisnis, gagal jadi pemenang lomba, itu masih ringan dibanding kegagalan yang lain. Yah, cara bounce back terbaik adalah membenahi mindset kita.
Blogging Journey; Persiapkan Energi Untuk Melesat
Rehat sesaat akan membantu kita ketika menghadapi kegagalan. Rehat sesaat ini, menurut Fellexandro Ruby akan membantu kita untuk memetakan lagi mana strategi yang meleset, eksekusi yang kurang tepat, sistem yang belum solid, dan untuk blogger tentu saja untuk berlatih menajamkan feeling dan menguasai hati pembaca dalam bentuk tulisan.
Kalau kita analogikan seperti bermain game, reset ini berarti mengulang, tapi tidak mengulang dari nol kok. Tapi mengulang dari level terakhir kita gagal. Mungkin level 15, level 30, level 60 atau bahkan level 99. Lalu satu level lagi kita akan berhasil di final!
Pada akhirnya, yang paling kita sesali bukanlah kegagalan karena mencoba, tapi kegagalan karena tidak pernah mencoba sama sekali.
Rasa takut gagal juga banyak membuat kita kalah sebelum bertanding. Lah, ikutan kompetisinya saja enggak. Padahal sebenarnya kalau ikutan, kita punya kesempatan 50:50 untuk menang. Kalau ngga ikutan, sudah pasti 100% kalah.
Setiap orang punya jatah gagal. Gue justru senang kalau gue menghabiskan dulu jatah gagal gue. Karena berarti setelah itu, ya sudah tinggal suksesnya. (Fellexandro Ruby)
Jadi mari benahi mindset kita. Menurut teman-teman nih, mana yang akan lebih baik hasilnya : olahraga satu kali seminggu durasi lima jam atau olahraga lima kali seminggu durasi masing-masing satu jam?
Teman-teman sudah punya jawabannya ya.
Inilah yang dinamakan proses. Ada banyak hal dalam hidup yang membutuhkan proses. Bahkan untuk menikmati Indomie goreng atau kudapan sederhana lainnya pun kita butuh proses.
Gagal adalah bagian dari proses itu. Karena di balik kegagalan, ada pembelajaran.
Sebagai gudangnya ilmuwan roket terbaik di dunia, NASA punya sebuah dokumen kumpulan kegagalan yang mereka namakan flight rules. Isinya adalah rekaman semua kesalahan, miskalkulasi, dan eror yang terjadi di masa lalu. Sebagai panduan untuk mengerjakan misi mereka dengan lebih baik di masa depan.
Sejak 1960, semua ini didokumentasikan lengkap beserta dengan solusi yang mereka temukan. Lagi-lagi saya mengutip tulisan Fellexandro Ruby dalam bukunya You Do You :
Bertumbuh bukan berarti harus selalu berhasil
Bertumbuh bukan berarti menjauhi kegagalan
Bertumbuh adalah belajar dari semua situasi, baik keberhasilan maupun kegagalan
Selain itu pepatah juga mengatakan : Kita tidak akan pernah tahu apa yang hilang atau diambil dari orang yang saat ini sedang bahagia.
Selama perjalanan ngeblog, saya banyak menyimpan banyak memori suka dan duka. Dari semua usaha yang telah saya lakukan sejak nama jeyjingga dibeli, alhamdulillah saya tak pernah menyesal pernah sakit karena terlalu capek dan kurang tidur, saya juga tak pernah menyesal mengorbankan waktu “nongkrong” untuk ngurusin blog. Saya bersyukur usaha yang telah saya lakukan tak sia-sia.
Kalau diingat-ingat, milestone ini mungkin bisa jadi pengingat untuk saya dan mudah-mudahan juga bisa menginspirasi orang lain:
2018 : Jeyjingga lahir di bulan Januari tahun ini, nama Jingga diambil dari “Antologi Masa” yang dirintis oleh saya dan tiga sahabat lainnya. Awalnya kami membuat cerita fiksi di blog gratisan. Masing-masing dari kami memiliki nama masing-masing. Ada Senja, Sore, Jingga, dan Mentari. Dari nama tersebut lah Jey diambil dari nama saya sendiri, Jihan. Lalu lahirlah Jeyjingga.
2019 : Pertama kali mengikuti lomba blog, berbagai komunitas menulis dan blogger, mengikuti kelas blogging dimana-mana, mulai dari yang gratis hingga berbayar.
2020 : Sudah mulai mendapatkan hasil dari blogging. Mulai dari uang tunai, produk maupun jasa, hingga barang elektronik. Lalu di akhir tahun 2021 alhamdulillah dapat rezeki motor baru dari hasil lomba blog.
2021 – sekarang : Jeyjingga dan adik-adiknya akan terus berbenah dan memperbaiki apa yang masih kurang. Semangat untuk mendirikan media informasi skala nasional terus ada, semoga saja tahun depan bisa terealisasikan ya.
Menjadikan komunitas seperti ISB sebagai ruang untuk tumbuh dan berkembang adalah pilihan yang tepat. Untuk teman-teman yang baru saja merintis ngeblog, carilah komunitas yang mampu membangkitkan semangatmu hingga bisa menemukan value dalam dirimu.
Selamat Hari Blogger Nasional 2024~
Semangaaaat! Semoga artikel ini bermanfaat 🙂
Mengikuti mba Jihan dari 2 tahun lalu. Selalu kagum dengan tulisan-tulisannya. Tapi kenapa aku belum se-konsisten itu untuk sampai bisa seperti mba Jihan?
Jujur aku takut salah. Takut tulisan yg aku buat tidak terbaca atau “apasih” dari orang lain
Terimakasih yaa mba sudah selalu membaca tulisanku. Alhamdulillaah, semoga bermanfaat ya mbaa.
Ga bosen aku bilang untuk tetep semangat yaa mbaaa! InsyaAllah bisa, mungkin kita coba petakan tujuan yang lebih spesifik dan bikin jadwal untuk mencapai tujuan itu ya mbaa, semoga bisa membantu