Yang, ini beneran ngga sih?

Sekilas ketika suami menyodorkan layar handphonenya di depan saya, udah males banget jelas-jelas penipuan. Maklum, suami saya orangnya gampang percaya. Meskipun usianya 6 tahun di atas saya dan juga seorang programer namun ternyata literasi digitalnya sangat kurang.

Iya, asal tahu saja suami saya ngga tahu caranya membuat Instagram Story, twitter juga akunnya hilang, begitu pun Facebook yang biasanya mendarah daging pada lelaki seusianya. Alhasil beliau tidak update sama sekali soal penipuan yang sedang marak di dunia maya akhir-akhir ini.

Penipuan seperti apa sih? Yuk saya kasih contoh.

waspada penipuan soceng

Mengenal Soceng

Soceng atau yang lengkap disebut dengan Social Engineering merupakan modus penipuan yang terus berkembang dan menjadi ancaman saat ini.

Ada banyak cara yang mereka pakai. Mari simak beberapa kasus berikut, siapa tahu kamu familiar dengan penipuan ini.

Perubahan Tarif Transfer, #BilangAjaGak Apapun Ancamannya

Beberapa waktu lalu sempat gencar tuh, pesan yang dikirimkan melalui Whatsapp tentang perubahan tarif transfer dari Rp 6500 menjadi Rp 150.000 per transaksi. Jika tidak berkenan dengan perubahan tersebut, nasabah diminta untuk mengisi formulir yang tertera dalam link yang diberikan oleh si penipu.

Modus yang digunakan memang ingin membuat orang ketakutan, terpojok, kepepet istilahnya. Hingga akhirnya ia tak punya pilihan lain untuk mengisi formulir melalui link phising itu sendiri. Apa yang terjadi? Jika link dibuka, bisa jadi hacker yang menyamar akan mencuri informasi pribadi yang ada dalam gawai kita. Sehingga dengan mudah bisa membobol m-banking yang kita miliki.

Oleh karena itu #BilangAjaGak ketika si penipu sudah mulai menggiring kita untuk melakukan ini itu ya.

Iming-Iming Hadiah Giveaway, #BilangAjaGak

waspada penipuan soceng

waspada penipuan soceng

Halo selamat siang, kami dari PT Blablabla menghubungi Bapak/Ibu karena memenangkan hadiah undian seratus juta rupiah. Mohon bisa konfirmasi data diri dari link yang sudah kami kirim melalui pesan Whatsapp ya.

Jika data diri yang mereka minta berupa link phising (link penipuan) yang biasanya ditandai dengan alamat yang “tidak biasa” atau bahkan mencurigakan, jangan buru-buru diklik yaa. Karena bisa jadi ketika kita klik link tersebut, data diri dalam gawai terambil dengan sendirinya untuk dikantongi oleh hacker penipu.

Cukup #BilangAjaGak untuk segala jenis hadiah atau giveaway yang mencurigakan. Syukur-syukur jika kita bisa checking email dan juga sosial media penyelenggara. Benarkah ada giveaway atau bagi-bagi hadiah? Bisa jadi memang kita pernah ikut, lalu sosial media kita dimanfaatkan oleh orang-orang tidak bertanggungjawab.

Intinya jangan terlalu silau dengan hadiah ya, cek ricek dan mudah saja cukup #BilangAjaGak.

Penipuan Berkedok Undangan Pernikahan Online? #BilangAjaGak

Nah kalau ini sepertinya teman-teman pasti sudah pernah mengalaminya ya? Penipuan dengan modus sebaran undangan pernikahan online. 

Biasanya ada nomor handphone yang sempat menjadi kontak di handphone kita atau bahkan nomor baru yang ngaku-ngaku sebagai orang yang kita kenal. Lalu mengirim tautan undangan dengan tujuan agar tautan tersebut akan kita klik.

Dari situ lah kemudian data-data pribadi di dalam handphone bisa penipu dapatkan dengan mudah. Oleh karena itu  jangan sembarangan klik tautan yang dikirim pada kita ya. Pastikan terlebih dahulu pengirimnya juga alamat link/tautan yang diberikan.

Menghindari Modus Pekerjaan Mudah dengan Honor Berlimpah dengan #BilangAjaGak

waspada penipuan berkedok soceng

Selamat siang Kak, saya X dari PT Mencari Cinta Sejati, saya mau menawarkan pekerjaan nih Kak. Caranya mudah sekali hanya dengan blablablabla..

Saya biarkan orang di seberang telepon berbicara. Sengaja saya loudspeaker agar bisa sambil mengerjakan yang lain. Mungkin butuh beberapa menit dia menjelaskan panjang lebar tanpa menanyakan saya sedang sibuk atau tidak, apa pekerjaan saya, butuh kerjaan atau ngga, nyerocos aja pokoknya dia.

Sampai akhirnya …

Bagaimana Kak? tertarik?

Oh ngga deh, males saya

Langsung ditutup dong! Wkwkwk, tanpa berbasa basi, salam atau ucapan terimakasih, seketika telepon terputus. Mungkin dia agak kesal ya, dikira saya mendengarkan penjelasannya dengan baik dan tertarik. Tapi ujung-ujungnya saya jawab seperti itu wkwkwk. Fix sih penipuan.

Beberapa kali telepon seperti itu datang, namun selalu saya jawab dengan : Males ah. Sampai akhirnya telepon itu tidak datang lagi.

Sebelum ada panggilan-panggilan seperti itu, para penipu yang menurut saya satu komplotan ini juga gencar “menjaring mangsanya” melalui pesan Whatsapp. Ada yang ngaku dari China, ada yang ngaku dari Singapore, pokoknya ada aja deh.

Modusnya sama, menawarkan pekerjaan yang katanya “mudah” dengan hasil yang berlipat. Kalau sudah begitu, harusnya sebagai calon pekerja kita pun harus selektif ya. Jika ada yang too good to be true, harusnya kita sudah curiga dan segera mencari tahu modus yang mereka tawarkan.

Bahkan google pun sepertinya sudah memuat banyak kasus dengan modus seperti ini. Klaim hadiah dengan melakukan deposit terlebih dahulu. Awalnya mungkin lancar-lancar saja. Namun setelahnya, kita akan “dipaksa” untuk melakukan deposit dengan jumlah yang tidak sedikit agar “bonus” yang mereka janjikan bisa “cair” dan masuk ke rekening kita.

Lebih baik menghindari sejak awal hal-hal seperti ini. Secara logika, mana ada sih kerjaan yang mudah? Apalagi dengan gaji atau fee yang fantastis. 

Akhirnya rekening mengering karena dikuras dengan mereka-mereka yang piawai mempermainkan psikologi sasarannya.

Peran Bank BRI Memutus Penipuan Soceng dengan Edukasi #BilangAjaGak

Modus penipuan di atas hampir selalu mengatasnamakan BRI atau Bank Rakyat Indonesia. Kenapa ya selalu nasabah BRI yang jadi sasaran?

Hal ini bisa jadi karena pengguna atau nasabah BRI memang jauh lebih banyak dan jauh lebih merata di seluruh daerah di Indonesia dibandingkan bank lainnya. Jika merujuk pada data paparan investor relation, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatat jumlah pengguna BRIMO pada kuartal I 2024 sebanyak 33,5 juta.

Jumlah tersebut meningkat 30,3% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari 25,7 juta pengguna pada periode yang sama di tahun 2023.

Jadi, nasabahnya memang terus bertambah 30% dari tahun ke tahun. Ngga heran nasabah BRI menjadi sasaran yang kemungkinan berhasilnya besar untuk para penipu. Untungnya, BRI selalu memberikan edukasi tanpa henti tentang modus-modus penipuan seperti yang telah saya ceritakan di atas.

Baik melalui media sosial, iklan televisi, Youtube, dan masih banyak lagi media yang digunakan oleh Bank Rakyat Indonesia agar nasabahnya tidak tertipu lagi dengan berbagai macam modus penipuan yang semakin hari semakin bermacam-macam.

Bukan hanya orang “awam” yang terkena phising lho, bahkan seorang dosen yang pernah saya kenal pun juga pernah terkena salah satu jenis penipuan seperti di atas. Jangankan, dosen bahkan di circle saya sendiri, pernah terjadi juga hal serupa. Padahal baik di media sosial maupun Youtube hingga iklan televisi sudah banyak sekali edukasi tentang hal ini.

Salah satu teman saya yang juga seorang Blogger pernah memaparkan ceritanya “ditipu” oleh komplotan-komplotan seperti yang saya ceritakan sebelumnya.

Semoga teman-teman ngga ada yang seperti saya ya. Nyesel bangett saya kehilangan 16 juta gara-gara penipu itu.

16 juta rupiah bukan nilai yang sedikit ya bestie tentunya 🙁 apalagi untuk kaum mendang mending seperti saya, ditambah untuk freelance blogger yang mengandalkan beberapa ratus ribu rupiah saja dari artikel yang dibuat.

Jadi, tolong banget jika ada ajakan semacam itu tidak usah ditanggapi, atau malah lebih baik jika langsung blokir nomor tersebut. Jangan tergiur dengan hal-hal instan. Bahkan untuk bisa menikmati mie instan saja kita perlu proses, meskipun sederhana.

Selain itu, jangan lupa untuk mengaktifkan keamanan menggunakan sidik jari/faceprint untuk menghindari hacker mengakses akun BRImo kita dari angka PIN. Caranya mudah, login ke akun BRImo, lalu klik akun, dan klik keamanan

waspada penipuan online

Sebenarnya semua modus penipuan tersebut di atas akan dengan sangat mudah bisa kita patahkan dengan #BilangAjaGak. Karena semua penipuan semacam itu akan terus bermunculan, hanya dengan menjaga data rahasia kita akan tetap aman. Jaga diri sendiri, jaga keluarga dan juga orang di sekitar kita. (Pesan edukasi dari BRI #MemberiMaknaIndonesia)

Tinggal #BilangAjaGak!

Langkah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Untuk Hindari Bahaya Social Engineering

Kalau teman-teman ingat drama Korea berjudul Extraordinary Attorney Woo yang menampilkan satu episode tentang sebuah perusahaan yang secara “tidak sengaja” membocorkan data pribadi penggunanya, tentu kita akan tahu bahwa kejahatan semacam itu bisa terjadi pada siapa saja dan perusahaan mana saja. Betapa mudahnya bagi hacker untuk membobol data yang mereka inginkan, lalu mendapatkan keuntungan darinya.

Satu pelajaran yang saya ambil dari episode tersebut adalah ketika terdakwa kasus tersebut mengatakan alasannya melakukan itu semua adalah agar perusahaan lebih perhatian pada masalah keamanan data perusahaan. Jadi ia ingin perusahaan tidak hanya menaruh perhatian pada pengembangan produk atau marketing, karena keamanan data juga penting.

Oleh karena itulah saya bersyukur banget ketika Bank Rakyat Indonesia memberi perhatian pula pada keamanan data nasabah. Bahkan saat ini BRI sudah memanfaatkan Artificial Intelligence untuk mengantisipasi kebocoran data yang dapat membuka pintu lebar-lebar aksi kejahatan siber itu sendiri.

Direktur Digital & Teknologi Informasi BRI, Arga M Nugraha mengatakan, BRI telah menggunakan AI (artificial intelligence) guna memahami pola pola fraud & threat yang terjadi, sehingga BRI dapat memberikan tindakan preventif serta respons yang cepat dan tepat untuk menghadapi risiko-risiko kejahatan siber seperti upaya pencurian data.

penyuluh digital BRI

BRI sendiri telah menciptakan “robot” pembantu manusia melalui teknologi chatbot Sabrina sebagai bentuk peningkatan pelayanan kepada nasabahnya. Namanya Sabrina.

Berkenalan dengan Sabrina

Tak kenal maka tak sayang, begitu kata pepatah lama yang sampai saat ini selalu melekat di kepala. Lahir di tahun 2018, Sabrina atau Smart BRI New Assistant merupakan sebuah asisten virtual untuk melayani kebutuhan perbankan nasabah BRI di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, jumlah pengguna Sabrina telah mencapai 231.000 user dan masih terus bertambah.

Layaknya customer service, teman-teman bisa menyapa dan mengajak Sabrina berbicara melalui beberapa channel, yaitu Facebook Messenger dan Whatsapp. Sabrina bisa membantu kita untuk memenuhi berbagai aktivitas perbankan seperti menemukan lokasi kantor cabang dan ATM BRI terdekat, memberikan informasi terkait produk dan promo dari BRI, ataupun menyelesaikan masalah yang sering dihadapi nasabah. Dengan begitu, nasabah bisa mendapatkan layanan perbankan dengan mudah, cepat, akurat, aman, dan nyaman.

Teknologi Dibalik Sabrina

Seperti yang telah disebutkan, Sabrina merupakan chatbot yang dapat berkomunikasi dalam format percakapan dan dirancang untuk bisa berinteraksi selayaknya interaksi antar manusia. Fondasi dibalik teknologi chatbot sendiri adalah teknologi Artificial Intelligence (AI), cabang ilmu komputer yang berkaitan dengan pemecahan masalah-masalah selayaknya manusia seperti berbicara, memahami, ataupun berpikir.

Salah satu bidang dalam AI yang membuat chatbot dapat memproses bahasa alami manusia adalah Natural Language Processing (NLP). Secara sederhana, NLP bekerja dengan cara mengekstrak pesan dari user agar dapat dipahami maksud dan tujuannya, kemudian chatbot Sabrina akan menggunakan hasil ekstraksi tersebut untuk membalas pesan dari user.

Hadirnya Sabrina, harapannya dapat meminimalisir angka kejahatan siber yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sabrina juga hadir untuk teman-teman yang membutuhkan kejelasan suatu informasi dari BRI.

People, Process, dan Technology dari Bank BRI Untuk Cegah Kejahatan Siber

penyuluh digital BRI

Berikut beberapa langkah Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk melawan kejahatan siber yang dapat merugikan banyak pihak, yakni:

1. People

  • Dari sisi people BRI telah membentuk organisasi khusus untuk menangani Information Security yang dikepalai oleh seorang Chief Information Security Officer (CISO) yang memiliki pengalaman dan keahlian di bidang Cyber Security.
  • BRI melakukan edukasi kepada pekerja BRI dan nasabah mengenai pengamanan data nasabah serta cara melakukan transaksi yang aman. Edukasi tersebut dilakukan melalui berbagai media antara lain media sosial (Youtoube, Twitter, Instagram) dan media cetak, serta edukasi ke pada nasabah saat nasabah datang ke unit kerja BRI.
  • Untuk Incident Management terkait Data Privacy, dilaksanakan oleh unit kerja Information Security Desk dalam naungan Cyber Security Incident Response Team (CSIRT).

2. Process

BRI sudah memiliki tata kelola pengamanan informasi yang mengacu kepada NIST cyber security framework, standar internasional, PCI DSS (Payment Card Industry Data Security Standard) dan kebijakan regulator POJK No.38/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum.

Untuk memastikan proses pengamanan informasi sudah berjalan dengan standar BRI melakukan beberapa sertifikasi seperti ISO27001:2013 (Big Data Analytics), ISO27001:2013 (Spacecraft Operation), ISO27001:2013 (OPEN API), ISO27001:2013 CIA (Cyber Intellegence Analysis Center Operation), ISO27001:2013 (Card Production), ISO27001:2013 (Data Center Facility), ISO20000-1:2018 (BRINet Express), PCI/PA DSS API (Direct Debit).

3. Technology

BRI melakukan pengembangan teknologi keamanan informasi sesuai dengan framework NIST (identify, protect, detect, recover, respond) dengan tujuan meminimalisasi risiko kebocoran data nasabah dengan mencegah, mendeteksi dan memantau serangan siber.

Diantara tiga bidang dan banyak sekali langkah yang telah dilakukan oleh BRI tersebut tentu tidak akan ada manfaatnya jika sebagai nasabah kita masih saja memberi celah pada penipu. Mungkin kita berpikir akan terus berhati-hati jika ada pesan atau telepon mencurigakan yang bisa membahayakan keamanan data pribadi kita.

Namun bisa jadi karena efek psikologis yang ditimbulkan pelaku saat berinteraksi dengan kita, entah melalui telepon atau pesan singkat, akhirnya kita lupa diri. Inilah yang patut diantisipasi. Kemampuan literasi keuangan (daya analisis kita terhadap suatu masalah) memang harus terus ditingkatkan. Peningkatan literasi keuangan tentu saja tidak hanya dari membaca. Tapi juga bisa dari mendengar atau melalui pengalaman berharga ketika mengatami sekitar.

Sehingga ketika ada hal-hal yang menekan sisi psikologis kita, hal tersebut tidak akan berpengaruh pada logika berpikir kita nantinya.

BRI Selalu #MemberiMaknaIndonesia

Edukasi tentang modus penipuan tentu menjadi salah satu upaya dari BRI agar masyarakat tidak hanya melek digital, namun juga mampu meningkatkan literasi digital yang salah satunya juga meliputi cyber security. Jika ada kesadaran untuk itu, niscaya penipu akan putus asa dan tidak lagi punya kesempatan di sini.

Senang sekali karena Bank BRI selalu berkomitmen untuk #MemberiMaknaIndonesia yang artinya seluruh insan BRILian (pekerja BRI) akan senantiasa terus belajar, bertumbuh dan memberi kontribusi untuk Indonesia. Khususnya untuk para nasabah agar semakin melek literasi digital.

Oleh karena itu BRI selalu memberi dukungan inovasi, teknologi, dan juga budaya dengan berbasis kinerja. Sehingga apapun yang terjadi di masa depan, kita bisa tetap bekerja sebaik mungkin dengan mental setangguh baja dan membawa semangat perubahan untuk Indonesia Emas.

Semoga artikel ini bermanfaat ya!

 

Referensi :

https://bri.co.id/briedukasi

https://finansial.bisnis.com/