Artificial Intelligence memang sudah seringkali dibahas di berbagai macam forum. Artificial intelligence atau yang juga biasa disebut kecerdasan buatan (AI) memungkinkan sebuah mesin untuk belajar dari pengalaman. Sebagaimana manusia yang akan belajar dari kejadian demi kejadian yang datang dalam hidupnya. AI menyesuaikan input-input baru dan melaksanakan tugasnya seperti manusia.

Sebagian besar contoh AI yang kita dengar akhir-akhir ini (mulai dari bohlam lampu rumah yang bisa menyala sendiri hanya dengan sensor gerakan hingga robot yang bisa menyajikan makanan untuk kita). Bahkan ada juga mobil yang bisa mengendarai sendiri. Terlebih ketika drama Korea Start Up hadir sepanjang tahun 2020 lalu. Banyak hal yang juga saya pelajari mengenai Artificial Intelligence itu sendiri berkat bantuan Nam Do San.

Mengintip Artificial Intelligence Buatan Nam Do San

artificial intelligence

Ketika Nam Do San membuat sebuah program yang bisa mendeteksi gambar di depan sebuah kamera, saya langsung teringat dengan kecerdasan buatan yang pernah dibahas dalam sebuah buku karya Yuval Noah Harari. Begitu juga tulisannya tentang Dunia Pasca Corona yang juga memakai pendekatan kecerdasan buatan ini.

Dulu, kita masih menggunakan wartel untuk berkomunikasi jarak jauh. Sebelum ada ponsel, bahkan smartphone saya belum menyadari bahwa masa-masa seperti mengganggu gebetan lewat telpon iseng di wartel tidak akan pernah bisa terulang lagi. Sekarang, kalau iseng ke gebetan sudah pasti ketahuan. Bagaimana tidak? Sistem yang canggih pasti akan dapat mendeteksi IP Address kita, darimana kita menelpon bahkan siapa nama ibu kita.

Seram? Iya. Dulunya saya berpikir kemajuan teknologi adalah hal-hal yang akan merusak tatanan hidup manusia. Bahkan akan menghancurkannya perlahan-lahan. Meskipun kita tahu waktunya akan sangat lama, entah kapan. Namun keberadaan manusia yang saat ini bisa digantikan oleh teknologi akhirnya membuat saya tidak bisa merasa tidak ngeri. 

Ketika Yuval Noah Harari menuliskan bahwa bisa saja pandemi yang menimpa seluruh umat manusia di bumi ini adalah sebuah upaya untuk merenggut banyak informasi kita, sekaligus juga mengendalikan umat manusia. Ketika sensor suhu tubuh harus ditempel pada tubuh manusia untuk mendeteksi apakah ada virus dalam tubuh kita? Apakah kita adalah orang dengan gejala? Hal itu sudah membuat saya cukup merasa ngeri.

Namun kita juga tak boleh naif. Manusia membutuhkan teknologi. Manusia butuh perbaikan agar dunia juga menjadi lebih baik, meskipun masih berbeda-beda versi kebaikan itu. Apakah benar kecerdasan buatan ini akan membawa hidup manusia menjadi lebih baik? Paling tidak saya menemukan jawabannya melalui drama Korea Start Up yang baru saja saya tonton. Meskipun mungkin sudah terlambat membahas Start Up.

Artificial Intelligence yang dibuat Do San untuk tunanetra adalah harapan baru yang membuat saya akhirnya sedikit demi sedikit menghapus segala prasangka negatif tentang kecerdasan buatan itu sendiri. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Kecerdasan buatan (AI) adalah suatu program yang memungkinkan kita untuk belajar dari pengalaman, kemudian menyesuaikan input-input baru dan melaksanakan tugasnya seperti manusia pada umumnya. Melalui teknologi ini, komputer dapat dilatih untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu dengan memproses sejumlah besar data dan mengenali pola dalam data tersebut.

Termasuk ketika perusahaan telekomunikasi di Indonesia juga menggunakan kecerdasan buatan untuk melayani pelanggan selama 24 jam di tengah pandemi seperti ini, yaitu Tanya Veronika Asisten Virtual.

Hal tersebut mengubah banyak pandangan juga soal Artificial Intelligence. Meskipun begitu, ada juga generasi Boomers yang perlu kita pertimbangkan juga pendapatnya, seperti apa yang dikatakan oleh Ayah Nam Do San;

Inovasi di dunia ini memang akan makin cepat dengan hadirnya pengembang Artificial Intelligence. Tapi tak berguna jika terlalu cepat. Banyak yang terluka karena kecepatan itu. Banyak yang kehilangan hidup dan tak bisa beradaptasi di dunia baru. Setidaknya orang sepertiku harus berusaha mengontrol kecepatan itu. Demi kecepatan itu aku akan terus berjuang. Putraku berjalan menuju masa depan dan aku akan berusaha melindungi masa kini. Mungkin di tengah itu akan muncul kecepatan tepat untuk inovasi (Start Up episode 11)

Namun, artificial intellegence yang ada di dunia saat ini menurut saya sudah melaju dengan kecepatan yang tepat untuk terus berinovasi. Mudah-mudahan dunia yang sesuai harapan kita akan lebih nyaman untuk ditinggali oleh anak cucu kelak.