Apa target atau GOAL Ramadan kita? Sudah pernah mencoba membuat list target Ramadan dari tahun ke tahun?

Biasanya, dalam urusan dunia kita selalu mempunyai target atau GOAL. Maka untuk urusan akhiratpun tidak boleh kalah dengan urusan dunia, harus ada target pula. Dalam hal ini, target yang dimaksud adalah target tertulis. Karena kalau cuma diingat-ingat di dalam kepala, target akan menguap begitu saja. Bahkan tidak akan tercapai. Namun jika dituliskan insya Allah kita akan selalu mengingatnya dan selalu berusaha untuk mengerjakannya hingga mencapai tujuan yang sudah kita tentukan.

Berikut ini diantara target Ramadan yang harus kita capai agar menjadi orang yang sukses. Sukses dalam artian mendapat semua keutamaan Ramadan berupa ampunan Allah, rahmat kasih sayangNya dan bebas dari api neraka serta masuk JannahNya dengan mendapat ridhaNya dan memandang WajahNya Yang Maha Mulia, sukses dunia akhirat, aamiin.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap sekolah pasti mempunyai target output atau hasil yang diharapkan dari anak didik yang telah lulus dari sekolah tersebut. Demikian pula Ramadan, di dalamnya mirip sebuah sekolah atau madrasah yang harus ada target outputnya.

Lalu hendaknya, semenjak awal sebelum memasuki bulan Ramadan kita sudah mempunyai target tentang hasil nyata yang harus dicapai setelah Ramadhan nanti, karena sudah berlatih dan bermujahadah selama Ramadan.

Dua Target Goal Ramadhan antara lain :

1- Target Goal Pencapaian Amal Saleh Ramadan

yaitu amalan apa saja yang kita targetkan untuk kita kerjakan pada bulan Ramadhan, silahkan dicatat dan kemudian dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

2- Target Output Hasil Madrasah Ramadan

yaitu yaitu target berupa perubahan diri menjadi lebih baik dalam berbagai masalah terutama masalah yang sedang kita hadapi dan kita inginkan perubahannya.

unsplash.com/@masjidmpd

Diantara amalan yang identik dengan bulan Ramadan adalah :

1. Syahru Ash-Shiyam, Bulan Puasa. Berusaha semaksimal mungkin untuk berpuasa Ramadhan dengan baik dan benar.

2. Syahru Al-Qiyam, Bulan Qiyamullail atau Shalat Tarawih. Setiap malam selalu melaksanakan shalat tarawih dengan baik dan benar.

3. Syahru Al-Qur’an, Bulan Al-Qur’an. Berupaya untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an; membaca, mengkaji, memahami dan mengamalkannya. Minimal khatam Al-Qur’an sekali selama Ramadan.

4. Syahru Al-Juud, Bulan Kedermawanan. Kepedulian kepada sesama ditingkatkan dengan bersedekah dan memberikan buka puasa.

5. Syahru Ad-Du’a, Bulan Doa. Memperbanyak berdoa sepanjang waktu siang malam terutama menjelang berbuka karena doa orang berpuasa mustajab.

Contoh Target atau GOAL Perbaikan Diri;

1. Seorang yang pemarah, melatih diri selama Ramadan untuk mengendalikan amarahnya sehingga menjadi lebih bersabar setelah Ramadhan.
3. Seorang yang banyak bicara permasalahan yang tidak berguna harus menjadi orang yang mampu menjaga lisan.
4. Seorang yang selalu terburu-buru dalam segala hal harus menjadi orang yang tenang.
5. Seorang yang suka hasad,iri dengki, harus menghilangkan sifat hasad.
6. Memperbaiki masalah terjadi antara suami istri, ortu anak, keluarga, famili, teman, dll.
7. Setelah Ramadan saya harus lebih bisa menjaga anggota tubuh saya mulai ujung rambut sampai ujung kuku.
8. Setelah Ramadan saya harus lebih istiqamah mengerjakan kewajiban dan sunnah dengan ikhlas.
9. Setelah Ramadan saya harus lebih istiqamah meninggalkan larangan Allah yang haram dan makruh.
10. Setelah Ramadan waktu saya harus lebih bermanfaat.
11. Setelah Ramadan hidup saya harus lebih bermanfaat, dst.

10 Kiat Menyambut Bulan Suci Ramadan

[Disarikan dari berbagai sumber]

1. Memperbanyak berdo’a, semoga Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan dalam ketaatan.
2. Memuji Allah dan bersyukur kepada Allah karena dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan dan juga sujud syukur.
3. Bahagia dan senang bertemu dengan bulan suci Ramadan dan saling mengucapkan selamat atas bulan Ramadan yang penuh berkah.
4. Memiliki, menulis dan melaksanakan program yang rapih berupa target pencapaian, seperti puasa dan tarawih lengkap,khatam Al-Qur’an, bersedekah dan membagikan buka puasa, dll.
5. Bertekad untuk memanfaatkan waktu di bulan Ramadan dengan sebaik-baiknya.
6. Mempelajari fiqih Ramadan atau ilmu yang berhubungan dengan hukum-hukum Ramadhan.
7. Siap untuk bertaubat dengan taubat nasuha dan memperbaiki diri lahir batin terutama menata hati agar ikhlas dan istikamah.
8. Persiapan ruhiyah dan mental dengan mendengarkan ceramah-ceramah, membaca buku yang memotivasi kita untuk beribadah dan beramal saleh di bulan Ramadan.
9. Berdakwah semampunya sesuai bidangnya masing-masing dengan ucapan dan perbuatan serta aksi langsung.
10. Membuka lembaran baru yang putih bersih. Lembaran baru antara kita dengan Allah, dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, dengan guru-guru, dengan kedua ibu bapak , suami istri, dengan keluarga kita, masyarakat, dll.

Semoga Allah izinkan kita untuk mendapat semua keutamaan Ramadan sehingga selamat dan sukses dunia akhirat, aamiin..

Lalu pada siapa seharusnya kita mencontoh amalan-amalan Ramadan?

unsplsh.com/@thepootphotographer

Salafush Shaleh Pada Akhir Ramadan

Allah –subahanahu wa ta’ala memuji orang-orang yang melakukan ketaatan kepadaNya dalam firmanNya: “Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mukminuun: 57-61).

Ibunda ‘Aisyah –radhiallahu anha berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam tentang ayat ini, aku berkata: Apakah mereka adalah orang-orang yang meminum khamr, berzina dan mencuri?

Beliau –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam menjawab: “Tidak, wahai puteri Ash-Shiddiq! Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat dan bersedekah dan mereka takut amal mereka tidak diterima (Allah –subahanahu wa ta’ala). Mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).

Para salafush shaleh bersungguh-sungguh dalam memperbaiki dan menyempurnakan amal mereka kemudian setelah itu mereka memperhatikan dikabulkannya amal tersebut oleh Allah –subahanahu wa ta’ala dan takut daripada ditolaknya.

Sahabat Ali –radhiallahu ‘anhu berkata: “Mereka lebih memperhatikan dikabulkannya amal daripada amal itu sendiri. Tidakkah kamu mendengar Allah –subahanahu wa ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (mengabulkan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maa’idah: 27).

Dari Fadhalah bin ‘Ubaid –rahimahullah berkata: Sekiranya aku mengetahui bahwa amalku ada yang dikabulkan sekecil biji sawi, hal itu lebih aku sukai daripada dunia seisinya, karena Allah –subahanahu wa ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (mengabulkan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maa’idah: 27).

Berkata Malik bin Dinar –rahimahullah: “Takut akan tidak dikabulkannya amal adalah lebih berat dari amal itu sendiri”.

Berkata Abdul Aziz bin Abi Rawwaad –rahimahullah: “Aku menjumpai mereka (salafush shaleh) bersungguh-sungguh dalam beramal, apabila telah mengerjakannya mereka ditimpa kegelisahan apakah amal mereka dikabulkan ataukah tidak?”

Berkata sebagian salaf –rahimahumullah: “Mereka (para salafush shaleh) berdoa kepada Allah–subahanahu wa ta’ala selama enam bulan agar dipertemukan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada Allah –subahanahu wa ta’ala selama enam bulan agar amal mereka dikabulkan”.

Umar bin Abdul Aziz –rahimahullah keluar pada hari raya Iedul Fitri dan berkata dalam khutbahnya: “Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah berpuasa karena Allah –subahanahu wa ta’ala selama tiga puluh hari, dan kamu shalat (tarawih) selama tiga puluh hari pula, dan hari ini kamu keluar untuk meminta kepada Allah –subahanahu wa ta’ala agar dikabulkan amalmu”.

Sebagian salaf tampak bersedih ketika hari raya Iedul Fitri, lalu dikatakan kepadanya: “Ini adalah hari kesenangan dan kegembiraan”.
Dia menjawab: “Kamu benar, akan tetapi aku adalah seorang hamba yang diperintah oleh Tuhanku untuk beramal karenaNya, dan aku tidak tahu apakah Dia mengabulkan amalku atau tidak?”.

[Sumber; Kitab ‘Fiqh Ramadhan’, karya Abdullah Sholeh Hadrami]

Nasihat Ramadan Syaikh AbdurRahman bin Nasir As-Sa’di Rahimahullah:

‏قال العلامة عبد الرحمن بن ناصر السعدي رحمه الله:
‏(من اجتهد أول رمضان وفَتر آخره
‏كان كمن بذر حبة وسقاها ورعاها
‏حتى إذا أوشك زمن الحصاد راح وتركها!)

“Orang yang bersungguh-sungguh di awal Ramadan dan malas di akhirnya adalah ibarat orang yang menanam benih dan menyirami serta merawatnya sehingga apabila hampir datang musim panen ia pergi meninggalkannya!”

Refrensi :

hatibening.com

Malang, 8 Mei 2020

Disampaikan pada Kajian Online bersama KOI Muslimah Indonesia