Masih diberikan kesempatan untuk bertemu Ramadan tahun depan saja saya sudah banyak mengucap syukur. Bagaimanapun situasinya, tentu saja. Namun kalau boleh berharap, Ramadan tahun depan saya ingin bisa melaluinya dengan lebih khusyu’ dan hikmat. Tahun depan, saya bisa ikut tarawih lagi di masjid setelah dua Ramadan berturut-turut harus absen.

Kalau ditulis, harapannya memang banyak. Tapi mudah-mudahan bukan angan belaka yang kelak menyengsarakan saya. Namun sebagai pemacu bahwa hari esok masih ada dan harus lebih baik lagi dari hari ini. Begitu juga dengan Ramadan tahun depan harus lebih baik lagi dari tahun ini.

Harapan-harapan itu…

Tidak ada lagi pandemi, orang-orang bebas berjualan di pasar takjil seperti biasanya. Tak ada lagi orang yang kelaparan karena perekonomian lesu. Tidak ada lagi pengangguran karena para pekerja sudah kembali lagi pada pekerjaan mereka masing-masing.

Sekolah-sekolah serta pondok atau madrasah kembali ramai dengan santri yang berlomba untuk menyelesaikan hafalan Quran-nya atau hanya sekedar melancarkan bacaannya. Suasana kirab Ramadan yang selalu akrab menyapa jalanan dan membuat macet. Namun ternyata kemacetan itulah yang kadang terbersit dalam hati saya saat ini, rindu akan hal itu.

Orang-orang meletakkan gawainya lagi ke dalam tas, atau bahkan lemari, karena bermain di luar lebih menyenangkan daripada berjumpa dengan kawan lewat aplikasi atau sapaan virtual belaka.

Hotel, travel, serta maskapai penerbangan kembali beroperasi seperti sedia kala. Sektor pariwisata kembali bergeliat dan begerak maju. Meramaikan perekonomian daerah yang sempat hancur lebur. 

Efek domino yang terus menggelinding ini sangat menyedihkan. Sampai-sampai harapan saya untuk Ramadan tahun depan dan seterusnya jangan ada lagi pandemi yang menyiksa segala sektor seperti ini.

Entah mengapa masa pandemi seperti mimpi buruk yang tak berkesudahan. Meskipun setiap hari dilalui dengan selalu berpikir positif, tapi ada saja info yang menjatuhkan di saat yang sama. Meskipun tak ingin, namun info itu sangat penting untuk menangkal berita hoax yang marak di luar sana. Jadi yah, jalani saja.

Meskipun begitu, tempaan ruhiyah di bulan Ramadan tetap saja harus menjadi hal utama yang harus kita jadikan tujuan kita selama hidup. Membuat target/goal selama Ramadan adalah hal wajib bagi kita yang ingin naik kelas dari tahun ke tahun. Kalau tahun ini saya ingin lebih bersabar, maka tahun depan saya masih ingin dengan tujuan utama : menjadi lebih sabar, ditambah dengan menjadi lebih produktif.

Ramadan tahun depan saya ingin menulis sebuah buku panduan untuk para gadis hingga ibu-ibu yang ingin hari-harinya selama Ramadan diisi dengan kegiatan yang produktif. Misalnya, bukan hanya mendengarkan kajian keilmuan, tapi juga bagaimana mengikat ilmu itu dengan menuliskannya, lalu diamalkan. Untuk yang satu ini, tentu saja risetnya dimulai dari sekarang.

Ramadan tahun depan saya tidak ingin menyesali apa yang sudah terjadi pada Ramadan tahun ini. Yang jelas Ramadan tahun depan harus lebih produktif lagi. Syukur-syukur DA blog bisa naik jadi 20, mungkin? Insya Allah, mudah-mudahan jadi doa dan dikabulkan ya, hehe. Aamiin.

Karena menjalani kehidupan itu mirip dengan menulis sebuah buku. Masalahnya, dengan tinta apa kisah hidup kita ditulis. Maka manfaatkan waktu sebaik mungkin, lalu lakukan yang terbaik dengan tinta itu. 

Apa nih rencana Ramadan teman-teman di tahun 2021?

#BPNRamadan2020