Tidak ada cara lain selain mengamalkan ayat-ayat Al Quran dalam kehidupan sehari-hari jika ingin dekat dengan Quran. Menjadikan Al Quran berada dalam dada kita, lalu menjadi keseharian kita. Jadi kalau ada orang yang menanyakan, bagaimana caranya agar bisa terus dekat dengan AlQuran?

Sekali lagi, amalkan yang sudah dibaca, terlebih dihafal. Jangan jadikan ayat-ayat Quran berhenti hanya di lisan lalu diulang-ulang dengan hafalan. Tapi amalkan, agar Quran itu bersemayam dalam dada. Caranya ya belajar terus menerus sepanjang hidup. Sebuah habit itu tidak terbentuk dengan instan, namun melalui proses yang panjang. Sehingga apa yang menjadi kebiasaan memang seharusnya sudah dibentuk dari mulanya paksaan hingga menjadi rutinitas. Rasakan ruhnya.
Wah emang gampang bener yah kalau ngasih nasihat. Hehehe. Tapi nasihat ini memang untuk diri saya sendiri, baru untuk orang lain yang kebetulan sedang membaca esai ini.

Malam ini, tepat pada tanggal 17 Ramadan, kita memperingati Nuzulul Quran. Hari dimana ayat Quran diturunkan dari Allah menuju lapisan-lapisan langit ciptaanNya hingga sampai pada Nabi junjungan kita, Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Allah berfirman dalam Surah al-Qadr ayat 1 hingga 5,

“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”

Dari Surah al-Qadr tersebut dapat disimpulkan bahwa peristiwa diturunkannya Al-Qur’an terjadi pada Lailatulkadar, yang digambarkan lebih baik daripada seribu bulan. Beberapa ahli tafsir berpendapat, Al-Qur’an diturunkan melalui dua proses. Proses yang pertama, Al-Qur’an diturunkan secara keseluruhan (jumlatan wahidah) di Baitul Izzah. Setelah itu Al-Qur’an diturunkan secara bertahap (najman najman) melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sesuai dengan kebutuhan umat, dimulai dari Surah al-Alaq ayat 1-5. Turunnya 5 ayat tersebut terjadi ketika Muhammad sedang merenung di Gua Hira.

Nuzululquran yang diperingati saat ini adalah peristiwa turunnya Al-Quran pertama kali dari Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad. Dalam peristiwa ini, 5 ayat pertama Surah Al-Alaq diturunkan sekaligus menandai periode diturunkannya Alquran secara berangsur-angsur hingga 20 atau 21 tahun kemudian.

 

Syekh Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi dalam al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an menyebutkan, “Sahabat Ibnu Abbas berkata, Al-Qur’an diturunkan dari Lauh al-Mahfuzh secara menyeluruh kepada para malaikat pencatat wahyu di langit dunia, kemudian Jibril turun membawanya secara berangsur-angsur, 1 dan 2 ayat, pada waktu yang berbeda-beda selama 21 tahun.”

Inilah pendapat yang lazim beredar pada ulama. Bahkan ketika saya belajar di Mahad Abdurrahman Bin Auf, jawabannya pun tetap sama demikian. Sumber catatan kecil dari seorang ustadzah, Maya Novita Lc ketika beliau mengajarkan Tafsir Quran pada kami murid-muridnya.

 

Namun, Nuzululquran diperingati oleh umat Islam pada malam 17 Ramadan dengan dasar Surah al-Anfal ayat 41, ” … Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada hari Furqaan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Para ahli tafsir Alquran, menginterpretasikan bahwa hari “furqaan” atau “hari bertemunya dua pasukan” dalam ayat tersebut merujuk pada peristiwa Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadan.

Sekali lagi, pendapat ulama pun berbeda-beda.

 

Kapan pastinya? No one knows, kecuali Allah dan RasulNya. Beberapa ulama yang mengatakan di tanggal sekian dan sekian juga punya perbedaan pandangan dan pendapat. Semua punya guru semua punya ilmu dan semua punya dalil. Sehingga tak elok jika mengatakan pendapat A adalah yang paling benar.

Esensinya bukan pada perbedaan tersebut, kan. Jadi tidak perlu dirisaukan perihal : Benarkah Quran turun pada 17 Ramadan? Karena esensi peringatan Nuzulul Quran tidak terletak pada tanggal segini dan segitu. Terlebih pada pengingat, sejauh mana kita memuliakan Quran. Cukup jadikan kapan dimana dan hal-hal yang berkaitan dengan teknisnya sebagai pengetahuan sejarah yang tidak akan memengaruhi kita untuk memuliakan Quran.

Bukankah setiap Ramadan kita selalu punya waktu khusus untuk mengejar kebaikan dari 1000 bulan itu?
Karena menurut saya masing-masing orang punya malamnya sendiri. Penggambaran bagaimana seseorang bisa merasakan ketenangan dalam jiwanya, keheningan malam yang sejuk dan disebut-sebut sebagai malam turunnya Quran, tentu relatif bukan?

Jadi, fokus saja pada bagaimana kita memuliakan dan mendekatkan diri dengan Quran pada bulan Ramadan ini, sebagaimana yang sudah dikemukakan pada paragraf awal.

#RWCDay17 #OneDayOnePost #RWCODOP #Ramadan2020