Metode Menghafal Quran yang saya tulis di sini berdasarkan buku berjudul Jadikan Rumahmu Rahim Penghafal Quran. Diambil dari pengalaman keluarga Mulyo Nugroho Sarwoto, M.Si mendidik tujuh anaknya yang hafidz. MasyaAllah ya, luar biasa. Kedua orangtuanya membimbing langsung hingga menjadi hafizh.

Pada buku ini dijabarkan mengenai metode yang disebut sebagai metode Mata Hati yang tentu saja telah dibuktikan banyak orang dan berhasil. Metode yang diterapkan Mulyo ini telah diuji cobakan pada khalayak umum mulai dari tingkatan sekolah dasar hingga lansia. Hah? Lansia? Iya betul, lansia. Bahkan lansia pun masih bisa kok menghafal Quran, asal ia punya niat dan keikhlasan. Mereka semua merasakan bahwa hafal Quran itu prosesnya serius tetapi santai, mudah dan nikmat. Seperti apa sih metodenya? Yuk simak review saya tentang buku ini.

Menghafal Quran dengan Mata Hati

metode menghafal al-quran

pict from freepik

Sebenarnya menghafal Quran itu  bukan masalah otak, tapi masalah hati. Otak itu hanya perantara ke dalam hati. Memang untuk menganalisa dan mengkaji itu makanan otak. Tapi, tersimpannya Al-Quran itu bukan di otak, tapi di hati.

Sebenarnya, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (QS. Al-Ankabut : 49)

Mungkin orang datang dengan seribu alasan, “Ah tidak! Otak saya sudah berjejal ini dan itu!” Tidak benar jika kita menghakimi diri sendiri.

Metode Mata Hati ini sudah pernah disampaikan kepada orang yang usianya di atas 50 tahun. Bahkan kepada orang yang jarang membaca Al-Quran dalam hidupnya.

Metode ISTIQAMAH (Istri Suami Talaqqi Intensif Al-Quran pada Anak di Rumah)

Pengajaran tahfizh berbasis rumah ini diterapkan Mulyo dengan menggunakan metode talaqi dengan sebutan ISTIQAMAH yang merupakan singkatan dari Istri Suami Talaqqi Intensif AlQuran pada Anak di rumah. Adapun kunci dari metode ini sesuai dengan namanya istiqamah. Rutin dan disiplin meski sedikit. Seperti kata pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Orangtua menjadi motor dan dengan bekal kesabaran yang banyak membimbing anak untuk menjadi hafidz Al-Quran. Bapak dan Ibu di rumah senantiasa menjadi teladan, dalam keseharian senantiasa bertilawah. Lalu dengan sabar men-talaqqi putra-putrinya dan saling mengisi. Bila ibu berhalangan, Bapak harus siap menggantikannya, dan sebaliknya. Ketika ini semua sudah menjadi rutinitas, tiada hari tanpa tilawah dan talaqi di rumah.

Sesuai namanya istiqamah, Talaqqi di rumah dilakukan secara intensif. Hari-harinya diisi dengan talaqqi setiap ba’da subuh dan ba’da maghrib. Penjadwalan seperti ini relatif cukup dan tidak terlalu membebani. Selebihnya anak bisa bebas : mau bermain, tidur, atau mengerjakan PR. Sesuai dengan jiwa kanak-kanak, biarkan dia bermain, olahraga, les bahasa atau mengikuti bimbingan belajar. Justru kalau tidak tersalurkan akan menghambat perkembangan jiwanya.

Setelah talaqqi dan membaca berulang-ulang minimal sepuluh kali, maka anak pun menyetor hafalan. Setoran bisa dilakukan setelah talaqqi dan membaca berulang-ulang. Selanjutnya setelah setoran hafalan ada aktivitas tambahan, yakni mengulang hafalan/muroja’ah. Apabila setoran hafalan pagi, maka muroja’ah dilakukan setelah maghrib. Begitu siklusnya, hingga menjadi rutinitas. Kalau ini sudah menjadi kebiasaan, anak akan cepat hafal dan tidak mudah lupa. Disiplin akan tumbuh dengan sendirinya.

Menghafal Tanpa Merebut Waktu Bermain Anak

metode menghafal al-quran

pict from freepik

Jadi kalau ada yang mengatakan bahwa menanamkan Al-Quran dan membimbing anak-anak untuk menghafalnya sejak dini akan merenggut masa-masa bermainnya, itu salah besar. Buktinya keluarga Pak Mulyo ini bisa menjalankan keduanya. Anak-anak tetap bermain, belajar atau melakukan hal yang mereka sukai asal mematuhi jadwal untuk talaqqi. Wah, sampai sini saya ketampar banget sih. Karena selama ini saya berpikir bagaimana masa kecil anak saya kalau waktu bermainnya digunakan untuk hafalan?

Ternyata dengan metode menghafal Quran seperti ini, anak tetap diberikan kesempatan untuk bermain. Waktu yang digunakan hanya setelah subuh dan maghrib kok. Justru dari sinilah anak akan dididik mengenai manajemen waktu. Anak menjadi lebih menghargai waktunya karena sudah ditanamkan nilai-nilai kedisiplinan sejak dini. Inilah mengapa metode menghafal Quran seperti ini sangat direkomendasikan, bahkan sudah dicontohkan oleh para ulama.

Dan masih banyak lagi hal-hal yang ditulis oleh Mulyo dalam buku ini. Tidak hanya menyentuh sisi spiritualitas, tapi juga psikologis dan pendidikan. Keberhasilannya dalam mendidik ke-8 anaknya ini membuat saya mengevaluasi sepanjang tahun ini saya ngapain aja. Pengalaman dari kerja keras dan metode yang diuraikan di buku ini, bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja. Sekaligus bantahan atas alasan yang dibuat-buat karena kemalasan menghafal Al-Quran.

Ternyata, keluarga bisa menjadi basis utama untuk melahirkan generasi penghafal Quran. Kedua, pendidikan umum ternyata tidak menjadi hambatan untuk menghafal Quran, dan orangtua yang tidak berlatar belakang agamapun bukan halangan untuk melahirkan anak yang hafal Quran di rumah.

Poin paling penting menurut saya adalah buku ini terinspirasi dan lahir dari pasangan suami istri yang juga belum hafal Al-Quran seluruhnya, dan ini tidak menjadi alasan untuk tidak mengajarkan sekaligus membimbing anak menjadi penghafal Quran. Kemudian saya teringat bahwa perkara menghafal Quran adalah perkara mata hati, itu nyata adanya.

metode menghafal al-quran

Jadikan Rumahmu Rahim Penghafal Al-Quran

Oleh : Mulyo Nugroho Sarwoto, M.Si

Cetakan II, April 2019, 146 halaman.

Penerbit Ihsan Parenting, Tangerang Selatan.

4/5

Baca Juga Kamus Perasaan Anak. Bantuan Penjelasan pada Orangtua