RIP (Rest In Promise) adalah salah satu judul novel karya Dymar Mahafa. Beberapa pekan lalu saya mengirimkan naskah resensi novel tersebut ke redaksi ngodop. Komunitas One Day One Post yang sudah memberi saya banyak pelajaran dan pengalaman dalam perjalanan menulis sejak 2019 lalu. Alhamdulillah naskah saya dimuat di ngodop.com  dan menjadi salah satu nominasi juara di rubrik Pustaka pada peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini.

Senang sekali bisa ikut meramaikan laman ngodop dengan karya kak Dymar yang luar biasa. RIP membuat saya belajar tentang konflik bertingkat dalam sebuah novel. Ending yang memukau, cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan tentu saja pelajaran mengenai takdir. Yuk simak ulasan saya

RIP (Rest In Peace) – Rest In Promise

RIP promise

 

Maybe you are stuck because you’re pushing a door that says pull.” (Anonymous dalam Rest In Promise, halaman 191)

RIP Rest In Promise dibuka dengan konflik seseorang yang tengah kembali ke kota di mana ia dilahirkan. Kembali pada masa lalu yang membuat tokoh utama, Arum dan Juna membuat sebuah janji belasan tahun silam. Keduanya sama-sama membawa luka batin yang belum terselesaikan di masa kecilnya. Keduanya takut akan sebuah takdir yang membawa mereka pada kenyataan bahwa janji itu untuk dipatahkan. Sebagaimana aturan untuk dilanggar.

Saya terkesan dengan detail dan alur cerita penulis yang menceritakan kisah Arum dan Juna. Hal paling menarik di sini saya seperti membaca novel romance sekaligus thriller yang mencekam. Rencana pembunuhan, teka-teki yang rumit, dan perihal kesehatan mental menghiasi kisah romance Juna dan Arum bak Romeo dan Juliet masa kini. Konfliknya yang kuat memberi saya motivasi untuk menyelesaikan 400 halaman novel RIP Rest in Promise hanya dalam waktu 4 hari saja.

Kisah romance memang tidak ada habisnya dan tidak pernah membosankan untuk disimak. Begitu pun dengan RIP, yang mengisahkan antara Juna dan Arum, sahabat semasa kecil dan harus terpisahkan hingga belasan tahun lamanya. Juna dan Arum pun kembali bertemu karena masing-masing masih ingin menagih janji satu sama lain. Arum yang sudah menjadi penulis terkenal tidak begitu saja melupakan Juna, teman semasa kecilnya.

Namun ketika keduanya bertemu, ada banyak hal yang tidak juga membuat mereka bersatu dan kembali seperti dulu. Arum mengalami trauma hebat dan phobia pada kegelapan. Trauma hebat ini seringkali mengguncang kejiwaannya. Sejak kecil, Arum hidup dengan toxic person yang membuat ia tak bisa melihat pisau dan benda-benda tajam lain. Ibunyalah toxic person yang membuat Arum punya trauma dan luka di masa lalu. Penderitaannya bertambah ketika Juna harus meninggalkannya menghadapi kehidupan bersama dengan sang Ibu sendirian.

Hadirnya tokoh Yudhis sebagai orang ketiga di antara mereka membuat alur cerita lebih seru lagi. Saya seperti diajak menaiki roller coaster ketika membacanya mulai bab pertama hingga akhir. Cinta segitiga, persahabatan, penghianatan, toxic relationship, serta isu sosial mental health yang saat ini marak dibicarakan karena meningkatnya angka bunuh diri seolah menjadi paket lengkap sebuah karya. Penulis begitu lincah merangkai satu demi satu puzzle yang berserakan hingga membentuk sebuah cerita utuh yang kaya akan hikmah. Bagaimana ya kira-kira kisah kelanjutan Arum dan Juna ketika mereka akhirnya bertemu setelah 14 tahun lamanya terpisah? Akankah Juna memenuhi janjinya pada Arum? Siapa yang dipilih oleh Arum di antara dua lelaki yang begitu menyayanginya, Yudhis atau Juna?

Sebagaimana novel percintaan, pembaca pun tidak perlu khawatir dengan ending yang mengecewakan. Karena menurut saya eksekusi penulis di bagian ending pun begitu brilliant. Ada begitu banyak novel romance di luar sana, namun yang sekaligus mengangkat isu sosial sebagai pembelajaran agar kita ikut memperhatikan hal tersebut tidak banyak. Salah satunya novel Rest In Promise yang wajib menjadi koleksi bagi para pencinta romance sekaligus thriller.

RIP

Judul Buku : Rest In Promise

Penulis : Dymar Mahafa

Penerbit : Nira Media

ISBN : 978-602-53551-0-3

Cetakan Kedua, April 2020, 400 halaman

Tulisan ini telah dimuat di ngodop.com edisi Agustus 2020

Baca Juga Berdamai dengan Takdir, Wonderful Life!