Kumpulan Cerpen Aku Ingin Melihat Matahari Terbit Bersamamu karya Yuni Kristyaningsih ini menarik perhatian saya karena judulnya yang greget. Benar ya apa kata banyak penulis kondang bahwa pemilihan judul untuk buku memang tidak bisa diremehkan. Karena beberapa pembaca, seperti saya memang melihat buku dari judulnya. Barulah kemudian memutuskan akan membacanya atau tidak.
Kumpulan Cerpen karya seorang doktor di bidang pertanian ini ternyata sebagian banyak yang dimuat di media cetak nasional. Mulai dari Tribun Jabar, majalah sastra Horison, hingga Jurnal Cerpen Indonesia. Bagi saya seorang penulis amatir, hal ini merupakan pencapaian yang keren. Tak heran cerpennya seperti “penuh”, diksi yang memukau, dan cerita yang sederhana namun memikat.
Selain diksinya yang puitis, penulis juga mampu membangun dialog-dialog yang menurut saya sifatnya filosofis dan dinamis. Saya teringat dengan sastrawan Ahmad Tohari yang menggambarkan latar dan peristiwa secara detail. Begitulah penggambaran latar dan peristiwa dalam kumpulan cerpen ini dibuat. Melalui gambaran deskriptif atas tokoh, latar, kehidupan personal-sosial tokoh, dan dialog-dialognya yang mengesankan, penulis mampu menyampaikan rasa sakit, ketegaran, hingga konflik psikologis yang dialami tokoh di dalam cerpen-cerpennya.
Meskipun kebanyakan bertema cinta dan takdir, namun masing-masing cerita memiliki keunikan ceritanya masing-masing. Sekali lagi, persoalan jatuh cinta memang tidak akan pernah membosankan. Begitu juga dengan cerpen ini.
Diantara lima belas judul cerpen yang ada dalam kumpulan cerpen ini, judul cerpen yang paling saya sukai yaitu Kelopak Bunga Lotus yang Tertiup Angin. Cerpen tersebut menceritakan seseorang yang jatuh cinta. Meskipun tidak digambarkan secara gamblang bagaimana mulanya. Penulis hanya menggambarkan kekuatan cintanya secara puitis lewat surat. Penuh makna hingga melewati batas kematian. Selain dari judulnya yang bagus, saya tertarik dengan surat seseorang pada H, tokoh utama dalam cerita.
Bisa dibayangkan ya bagaimana jika kita membaca cerita pendek, namun sebagian besar isinya adalah surat seseorang pada kekasihnya. Mungkin membosankan jika kita membayangkan percintaan menye-menye ala (kamu tahu siapa). Namun, membaca surat pada cerita Kelopak Bunga Lotus yang Tertiup Angin terasa menarik, tidak membosankan, bahkan semakin membuat saya sebagai pembaca penasaran.
Betapa banyaknya hal di dunia ini yang hanya bisa dipertahankan di dalam kenangan saja. Setelah kehilangan sesuatu yang berharga, sesuatu yang kuyakini menjadi bagian dari jiwaku, aku berpikir, “Ah alangkah bagusnya kalau waktu berhenti..” tapi ketika hidup harus terus dilanjutkan, semua hal itu mau tak mau harus masuk ke dalam kenangan.
Namun kenangan pun harus berhadapan dengan waktu dan perlahan-lahan akan memudar lalu akan hilang. Sebagaimana semua hal fana di dunia. Kupikir sebelum itu terjadi aku harus membuatkan makam yang layak untuk kenangan yang berharga itu. Untuk itulah aku menulis. Untuk memberikan pemakaman yang terhormat bagi hal-hal yang hanya sanggup kupertahankan di dalam kenanganku.
Makna cinta dalam kumpulan cerpen ini seperti sebuah kekuatan yang digunakan oleh banyak tokoh untuk melawan ketidakmungkinan. Kita semua tahu bahwa konflik percintaan mungkin memang seputar itu-itu saja. Kalau bukan karena orang ketiga, tidak disetujui orangtua, perbedaan strata sosial, dan yang sejenisnya. Semuanya adalah keputusan yang sudah digariskan untuk kita, pelaku kehidupan. Namun dalam kumpulan cerpen ini penulis seolah ingin mengatakan bahwa kekuatan cinta itu bahkan melebihi bagaimana takdir itu dibuat.
Mudah-mudahan bukan seperti melawan takdir, namun usaha untuk memperjuangkannya. Bukankah takdir memang ada yang bisa diubah dengan doa?
Aku Ingin Melihat Matahari Terbit Bersamamu, oleh Yuni Kristyaningsih
Cetakan Pertama, Agustus 2018, Penerbit Pelangi Sastra, 160 halaman.