Syaban adalah nama bulan dalam Hijriah. Permasalahan bulan Syaban biasanya datang ketika akan memasuki malam Nisyfu Syaban.

Apa keutamaan bulan Syaban dan amalan terbaiknya, larangan di bulan Syaban, bagaimana keutamaan malam nisyfu Syaban, apa hikmah perayaan malam Nisyfu Syaban, dan berbagai hal yang menjadi ribut rutin bagi umat Muslim setiap tahun ini saya rangkum dari hasil kajian bersama guru saya.  Mudah-mudahan bermanfaat dan menjawab segala keresahan teman bloger sekalian terkait permasalahan Bulan Syaban.

10 Permasalahan Bulan Syaban 

Beberapa permasalahan di bulan Syaban yang biasa menjadi ribut rutin tiap tahun. Ada yang meniadakan, ada juga yang meramaikan. Semua punya hujjah masing-masing. Manakah yang benar?

permasalahan bulan syaban

Kapan Amalan Kita Dihadapkan pada Allah?

Pada dasarnya, amalan kita ini setiap harinya dihadapkan pada Allah. Namun ada juga yang dihadapkan pada Allah setiap pekan dan setiap tahun. Berikut penjelasannya :

1. Setiap hari amalan kita akan dihadapkan pada Allah, yaitu setiap Subuh dan Ashar.

2. Setiap pekan amalan kita dihadapkan pada Allah. Amalan kita akan dihadapkan pada Allah setiap Senin dan Kamis. Oleh karena itulah Rasulullah melaksanakan puasa Senin dan Kamis. Ketika amalan itu dihadapkan pada Allah, manusia dalam keadaan berpuasa.

3. Amalan dihadapkan pada Allah setiap tahun, yaitu satu tahun satu kali, yaitu di bulan Syaban.

Dijelaskan dalam hadis dari sahabat Usamah bin Zaid, dia berkata,

“Aku bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau sering berpuasa dalam satu bulan kecuali di bulan Sya’ban?”

Beliau menjawab,

“Ini adalah bulan yang banyak dilalaikan orang, terletak antara Rajab dan Ramadan. Padahal Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal kepada Tuhan yang mengatur semesta alam. Aku ingin, saat amalku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa.”

Inilah peristiwa agung yang terjadi di bulan Sya’ban, diangkatnya amal perbuatan kita oleh malaikat pencatat amal untuk dilaporkan kepada Allah ‘azza wa jalla. Nabi suka saat amalan diangkat kepada Allah di bulan ini, beliau dalam kondisi baik, yaitu mengisinya dengan puasa.

4. Apabila pertengahan Syaban jangan puasa sehingga sampai bulan Ramadan. Menurut hadis ini. Para ulama berpendapat ada yang mengatakan Shahih dan tidak Shahih. Namun ada baiknya kita memperhatikan penjelasan ulama sebagai berikut :

  • Larangan puasa setelah pertengahan Syaban bagi orang yang memulai puasa Syaban nya setelah pertengahan Syaban. Satu bulan penuh boleh kalau dari awal.
  • Larangan puasa setelah pertengahan Syaban bagi orang yang jika melakukannya akan menyebabkan badannya lemah. Sehingga masuk Ramadan badannya lemah. Lebih baik fokus pada puasa Ramadan. Kalau tidak berpengaruh pada kondisi badannya, tidak apa-apa.

5. Puasa pada hari terakhir Syaban yang masih belum diketahui apakah tgl 30 Syaban atau 1 Ramadan.

Kalau tahun ini sih aman ya, karena menurut penanggalan sampai 29 Syaba. Jadi maksudnya puasa pada hari yang diragukan itu dilarang.

Misalnya saja tanggal 30 Syaban : dalam Islam ada 29 hari dan 30 hari. Nah tanggal 30 Syaban masih belum diketahui, apakah ini tanggal 30 Syaban atau sudah masuk 1 Ramadan? Jadi masih diragukan. Maka kita dilarang puasa di hari itu.

Tapi kalau sudah pasti, seperti kita hidup di Indonesia seperti ini, karena Pemerintah selalu mengumumkan, sehingga tidak ada hari yang diragukan.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Jangan mendahului bulan Ramadan dengan berpuasa satu hari atau dua hari. Kecuali orang yang terbiasa puasa.”

6. Puasa pada bulan Syaban lebih afdhal daripada puasa pada Asyhurul Hurum (adalah 4 bulan yang memiliki keistimewaan : Rajab, Dzulqodah, Dzulhijjah, dan Ramadan).

Lebih afdhal mana?

Imam Ibnu Rajab mengatakan : “Puasa di bulan Syaban lebih afdhal daripada puasa di Asyhurul Hurum. Puasa yang sunnah yang mendekati Ramadan, baik sebelum ramadan maupun setelah Ramadan.”

Karena puasa yang dilakukan yang dekat dengan Ramadan ibarat salat Qabliyah dan Ba’diyah. Demikian pula puasa, yang paling dekat dengan Ramadan namanya qabliyah dan ba’diyah Ramadan. 

Ibaratnya Qabliyah Ramadan adalah bulan Syaban, sedangkan ba’diyah Ramadan adalah Syawal.

Jika diberikan kemudahan dalam puasa, maka jangan disia-siakan. Yuk mari perbanyak puasa pada bulan Syaban.

7. Kenapa Rasulullah banyak puasa di bulan Syaban? Apa faedahnya? Apa hikmahnya?

Hikmah yang paling pasti adalah : karena bulan Syaban adalah bulan yang banyak dilupakan orang.

Karena bulan Syaban adalah bulan yang dilupakan manusia, maka afdhal untuk dihidupkan. Dimana banyak manusia lalai, lalu di sana kita berdzikir maka ganjarannya sangat besar. Sebagaimana ketika dzikir di pasar ganjarannya luar biasa besarnya. Karena di pasar banyak orang lalai, lupa. Ada yang sumpah palsu, berbohong, sedangkan kita megingat Allah.

Hikmah kedua : Rasulullah punya puasa rutin dalam sebulan 3 hari. Karena ada safar, perang, lalu semuanya dibayar di bulan Syaban, sehingga tetap istikamah.

Hikmah ketiga : latihan sebelum masuk ke bulan Ramadan. Sehingga masuk Ramadan sudah terbiasa dan mudah baginya berpuasa Ramadan, tidak berat.

Rajab menanam, Syaban menyirami, Ramadan panen.

Kalau orang punya hutang puasa Ramadan, maka cepat-cepatlah membayarnya terlebih dahulu. Jangan sibuk puasa sunnah dulu. Sehingga hutangnya lunas sebelum masuk ke bulan Ramadan.

8. Ribut rutin tentang malam Nisyfu Syaban.

Pro kontra malam Nisyfu Syaban selalu terjadi setiap tahun. Hal tersebut selalu berulang-ulang diributkan, sampai akhirnya saya juga gemas sendiri.

Guru saya, Ustadz Abdullah akhirnya mewasiatkan bahwa kalau orang ngaji harus punya prinsip, jangan sampai ribut terus karena bulan-bulan seperti ini.

Ada banyak hadis yang menurut ulama dinyatakan Shahih terkait dengan malam Nisyfu Syaban ini :

  • Riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Hibban melalui jalan Abu Sa’labah, Nabi bersabda : Sesungguhnya Allah melihat kepada hamba-hambaNya pada malam Nisyu Syaban. Dan Allah mengampuni orang-orang yang beriman. Allah menangguhkan orang2 kafir dan Allah mengabaikan orang-orang yang penuh kebencian sampai dia meninggalkan kebencian itu.
  • Riwayat Ibnu Majah dan Ath-Thabrani melalui Abu Musa Al’Asy’ari, Rasulullah bersabda : Sesungguhnya Allah melihat pada malam Nisyu Syaban lalu Allah mengampuni semua makhlukNya kecuali dua kelompok : yaitu orang musyrik dan musyakhin (orang yang ada kebencian pada sesama Muslim).

Yang dimaksud orang yang ada kebencian di sini yakni yang memutuskan silaturahim sesama Muslim tanpa alasan syar’i.

Allah mengampuni semua makhlukNya, kecuali dua tipe orang di atas. Khususnya pada orang yang hatinya kotor. Kebencian pada sesama Muslim, memtuuskan hubungan sesama Muslim. Sehingga amalan yang paling dahsyat dan yang diminta oleh Allah adalah membersihkan hati.

Mari kita periksa hati kita, adakah kebencian pada sesama Muslim? Kita tidak akan mendapatkan ampunan. Maka selesaikan.

Nasihat ulama : Kalau kamu ingin sukses, maka bersikap baiklah pada ketiga orang ini : orangtua kandung (ayah dan ibu), gurumu, mertuamu (orang yang memberikan anaknya pada kita). 

Sehingga amalan yang paling pasti pada saat-saat pengampunan dosa dari Allah adalah membersihkan hati.

Belum lagi pada sesama kaum Muslimin. Biasanya kelompok-kelompok mengaji saling membenci, gara-gara beda tempat mengaji. Yang berbeda dituduh sesat, ahli bid’ah. Duh jangan lah ya. Ini sama-sama orang islamnya, sama-sama salatnya, jangan menuduh. Mari kita bersihkan hati kita.

9. Bagaimana para Salafus Salih mengamalkan malam Nisyu Sya’ban?

Ada 3 pendapat dari para Salafus Shalih (sahabat, Thabi’in, dan Tabi’ut Thabi’in) :

  • Kalau sudah malam Nisfu Syaban : dianjurkan berjamaah di masjid. mereka memakai baju yang bagus, wangi-wangianan, mereka juga di masjid salat malam ramai-ramai. Amalan sebagian salafus shalih.
  • Sebagian Salafus Shalih tidak suka menghidupkan secara ramai-ramai di masjid, tapi boleh mengamalkan sendiri-sendiri. Termasuk Al Imam Az-Zaw’i (Thabi’in) dan Ibnu Rajab cenderung pada pendapat ini.
  • Sebagian Salafus Shalih juga berpendapat (dari penduduk Hijaz) mereka mengingkari itu, tidak ada amalan Nisyfu Sya’ban. Mereka mengatakan itu semua adalah bid’ah.

Karena itu kita tidak berhak mewakili Salafus Shalih dengan mengambil salah satunya. Semua itu ikut Salafus Shalih. Lha kok berantem? Mereka saja tidak bertengkar kok. Daridulu sudah berbeda pendapat tapi tidak ribut-ribut, karena semua punya hujjah dari Salafus Shalih.

10. Bagaimana kita menyambut kedatangan bulan Ramadan?

Sahabat dan Salafus Shalih menyambut Ramadan dengan membersihkan hati.

Sebuah hadis mengatakan bahwa : berbahagialah hatinya bagi seseorang yang membersihkan hatinya sebelum Ramadan.

Namun banyak sekali keributan sebelum Ramadan. Misalnya saja ribut lagi soal meminta maaf pada bulan Syaban. Ada yang mengatakan tidak ada dalilnya, tidak ada hujjahnya, tidak ada syariatnya. Lalu ribut. Padahal memintaa maaf pada sesama Muslim kan bagus, membersihkan hati, serta menyelesaikan urusan sesama manusia. Jangan sampai kita menjadi orang yang mabuk agama.

Orang mabuk agama adalah orang yang beragama tapi ekstrem. Agama yang penuh dengan kebencian, kepentingan dan hawa nafsu. Kalau agama yang suci malah menjadikan hati menjadi suci, tidak membuat kita bertengkar.

Bukankah berbeda itu tidak apa-apa? Yang penting rukun Islam dan imannya sama. Lisannya dijaga, tidak menyakiti orang, tidak menghujat orang.

Jadi kalau ada istilah mabuk agama tidak sepenuhnya salah. Tapi tidak semua orang beragama pun juga mabuk agama.

Orang yang mabuk agama adalah orang yang fanatik dengan kelompoknya. Sehingga agama dipergunakan untuk membenci orang, menghujat orang, bahkan membunuh orang. Tambah ngaji tambah keras hatinya.

Orang saling membenci sebab berbeda tempat mengaji : inilah mabuk agama.

Contohnya orang Khawarij, adalah orang yang mabuk agama. Mereka adalah ahli ibadah. Bahkan sabda Rasulullah, Salatmu kalah dengan mereka, ngajimu kalah dengan mereka. Bahkan keningnya sampai mengelupas. Namun apa kata Nabi? Mereka (Khawarij) adalah anjing-anjing neraka. Kenapa? Karena memahami agama sesuai selera hawa nafsunya, sesuai kepentingannya.

Yuk lebih berhati-hati karena orang hijrah kebanyakan terperangkap dalam kelompok-kelompok seperti ini.

Perlu kita ketahui bahwa sesungguhnya perangkap setan ada 2 : yaitu yang menggampang-gampangkan agama, lalu bertaubat. Lalu kemudian masuk ke dalam kelompok seperti ini. Kelompok keras yang membenci satu sama lain yang berbeda tempat ngaji saja sudah dicap sesat. Kalau dulu perangkap setan dalam kemaksiatan, sekarang perangkap mabuk agama. Ini yang berbahaya, karena mereka justru tidak merasa salah.

Mengaji harusnya semakin baik sikapnya pada sesama Muslim meskipun berbeda ormas, berbeda guru, dan lain-lain.

Jadi yuk jangan ribut-ribut lagi soal hal seperti ini. Permasalahan bulan Syaban akan selalu ada, tapi kita harus tahu bahwa perbedaan adalah niscaya. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.