Beberapa waktu lalu akhirnya saya memutuskan untuk melakukan fisioterapi setelah mengalami cedera otot. Pengalaman Fisioterapi cedera otot ini sudah kedua kalinya saya lakukan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Menyedihkan bukan? Seorang bloger yang masih terus belajar ini ternyata tidak bisa mengukur tenaga demi kesehatannya sendiri.
Pengalaman fisioterapi untuk yang pertama kalinya terjadi tiga tahun lalu. Bedanya yang dulu sampai menyebabkan otot robek. Sebabnya, setelah mengendarai sepeda motor lalu menghindari sepeda motor lainnya di depan saya yang tiba-tiba berbelok tanpa menyalakan lampu sign. Akibatnya bahu saya nyeri. Beruntung bukan tulangnya, tapi ototnya yang cedera. Sakit dan susah untuk digerakkan dengan leluasa.
Setelah dua atau tiga hari memang baru terasa nyeri yang ternyata tidak bisa saya tahan lagi. Akhirnya suami pun mengantar saya untuk melakukan fisioterapi.
Pengalaman Fisioterapi di Rumah Sakit
Kalau menurut situs alodokter (situs kesehatan yang banyak dijadikan rujukan karena telah dikurasi oleh dokter yang merupakan ahlinya), fisioterapi adalah proses memberikan treatment rehabilitasi untuk seseorang agar terhindar dari cacat fisik akibat cedera atau penyakit. Terapi ini dilakukan melalui serangkaian tindakan pencegahan, diagnosis, dan penanganan untuk mengatasi gangguan fisik.
Jika kita merujuk pada peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2015, yang dimaksud fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan pada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang hidup pasien.
Penting untuk diketahui karena masih banyak yang menyamakan arti fisioterapi dan pijat saraf/otot.
Nah, tiga hari yang lalu fisioterapi yang saya lakukan ini jenis fisioterapi yang melewati dua tahap saja. Karena ada beberapa tahapan yang berbeda ya, tergantung jenis cedera atau penyakitnya. Jadi saya mendapatkan treatment panas dan listrik.
Langkah-langkah Fisioterapi Cedera Otot
Jika teman bloger belum pernah melakukan fisioterapi, ada baiknya lho memanfaatkan kartu BPJS untuk terapi ini. Sebelum mendaftar ke klinik yang menyediakan fisioterapi, terlebih dahulu tentu saja teman bloger harus mendapatkan rujukan terlebih dahulu dari dokter umum di Fasyankes terdekat.
Karena saat itu saya membutuhkan terapi yang cepat, saya mendaftar sebagai pasien umum. Karena kalau menggunakan BPJS, kita hanya mendapatkan jatah satu kali dalam seminggu untuk beberapa kali terapi saja. Sedangkan jika menjadi pasien umum, kita bisa datang setiap hari. Karena saya harus sembuh dengan cepat, maka saya memilih untuk menjadi pasien umum agar bisa melaksanakan terapi setiap hari 🙂
Itu saja sih keuntungan yang bisa didapatkan jika melakukan fisioterapi melalui jalur pasien umum. Berikut langkah-langkah fisioterapi karena cedera otot yang saya lakukan di klinik :
- Konsultasi
Sebagaimana ketika kita hendak memeriksakan diri ke dokter. Konsultasi terlebih dahulu adalah hal wajib yang harus kita lakukan sebelum petugas terapi memulai terapinya. Karena bisa jadi sakit yang kita rasakan tidak membutuhkan terapi, atau justru berbahaya jika dilakukan terapi. Maka konsultasikan terlebih dahulu apa yang saat ini kita keluhkan.
Saat itu saya mengeluhkan soal bahu saya yang sudah tiga hari tidak kunjung membaik, namun perihnya semakin parah dari hari ke hari. Tidak ada sebab yang jelas. Hanya saja setiap selesai menulis di depan laptop bahu kanan saya jadi pegal dan tidak jarang nyeri sekali. Hari pertama satu jam di depan laptop baru terasa pegal, nyeri dan ada sensasi panasnya.
Namun hari kedua dan berikutnya lagi ketahanan saya untuk menulis di depan laptop semakin berkurang. Hingga pada puncaknya, hanya duduk di depan laptop sepuluh menit saja saya sudah tidak tahan. Nyeri, pegal sekaligus ada sensasi terbakar di bagian bahu dan lengan atas. Bahkan untuk bikin sambel saja akhirnya saya tidak bisa.
Atas dasar keluhan itulah kemudian dokter menyarankan saya untuk terapi minimal tiga kali untuk meredakan nyeri dan rasa terbakar pada otot bahu.
- Terapi Panas (Thermoteraphy)
Terapi panas ini dimaksudkan untuk melemaskan otot yang kaku di daerah tertentu. Tidak hanya itu, terapi panas juga dapat mengurangi gejala nyeri akut atau kronis. Terapi panas ini efektif untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan ketegangan otot walaupun dapat juga dipergunakan untuk mengatasi berbagai jenis nyeri yang lain.
Panas pada fisioterapi untuk cedera bahu ini juga dipergunakan untuk meningkatkan alirah darah kulit dengan jalan melebarkan pembuluh darah. Sehingga dapat meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kakunya otot.
Thermotherapy ternyata sering digunakan pada fase kronis cedera, sedangkan coldtherapy atau terapi dengan air es digunakan pada fase akut cedera untuk mengurangi reaksi peradangan sebelum terapi panas dilakukan agar aliran darah pada daerah tersebut meningkat. Oleh karena itu, saya diberikan terapi panas. Karena sudah berhari-hari paska cedera baru berkonsultasi dengan dokter dan terapis.
- Terapi Listrik
Setelah melalui terapi panas selama 15 menit, otot saya lumayan lemas, dan nyerinya pun berkurang. Sebenarnya terapi panas juga bisa dilakukan di rumah, hanya saja suhu yang teralirkan ke tubuh dan pembuluh darah tidak bisa konsisten seperti alat.
Lalu langkah berikutnya adalah terapi listrik. Terapi listrik ini ternyata sudah digunakan sejak zaman dahulu untuk menangani rasa sakit. Dulu mereka memanfaatkan sengatan listrik dari ikan. Seiring berkembangnya teknologi terapi listrik saat ini sudah bisa menggunakan mesin khusus dengan peralatan yang semakin canggih.
Bagaimana rasanya? Nyaman banget. Seperti dipijat namun ada kesan yang lebih kuat dan tidak menimbulkan rasa sakit sama sekali. Terapi listrik ini juga saya lalui selama kurang lebih 15 menit.
- Pijat Ringan
Lalu dokter memberitahukan titik yang boleh dipijat dan mana yang tidak. Setelah satu kali terapi sakitnya memang berkurang untuk sementara. Namun di hari kedua setelah terapi, nyeri itu kembali lagi seperti semula. Khususnya ketika saya banyak melakukan aktivitas di depan laptop.
Beruntungnya setelah terapi kedua kalinya bahu saya sudah lumayan. Meskipun masih pegal dan nyeri tak tertahan ketika duduk di depan laptop selama 10 menit saja. Kondisi ini sungguh menyiksa. Apalagi selama ini menulis adalah satu-satunya hiburan bagi saya.
Ketika tidak bisa menulis lewat laptop (karena lebih cepat) saya menjadi sering absen ngeblog. Berlebihan ngga sih, hehehe.. Intinya, jaga kesehatan ya teman bloger. Semangat boleh, tapi jangan sampai merugikan diri sendiri 🙂
Pantangan ketika Cedera Otot
Beberapa hal yang dilarang ketika seseorang sedang cedera otot yaitu :
- Tidak boleh menggunakan tali tas dan diletakkan di atas bahu yang mengalami cedera.
- Duduk terlalu lama di depan laptop, apalagi dengan posisi lengan dan bahu yang menegang (karena menulis). Kalaupun terpaksa, usahakan setiap 15 menit sekali melakukan peregangan alias stretching.
- Tidak mengangkat beban yang berat atau berlebihan untuk sementara waktu.
Begitulah pengalaman saya selama menjalani fisioterapi untuk cedera bahu kali ini. Mudah-mudahan teman bloger lebih aware lagi dengan kesehatan masing-masing. Jangan sampai terlalu memforsir tenaga hingga lupa waktu, bahkan lupa terhadap kesehatan diri sendiri.
Semoga bermanfaat ya 🙂
Semoga lekas sembuh, mbak Jihan. Sehat selalu, ya 🥰 Ah, fisioterapi ini mengingatkan aku dg teman. Ia punya anak yg blom bisa berjalan dan harus terapi rutin tiap bulan..
Aamiin makasi mba yohaa.
aah, mudah2an si anak selalu hepiii apapun kondisinya yaa
kak boleh sharing biaya fisiterapi per kedatangan dan nama rumah sakitnya?
halo kak aku pake BPJS jadi gratis, tapi dibatasi satu minggu satu kali aja kalau BPJS. Kalau umum kayaknya sekitar 80-120rb per terapi kak. Aku terapi di Poli RSI Aisyiyah
Semoga membantu ya!