Salah satu hal yang saya ingat dan ingin saya sampaikan dalam Review Creative Writing A.S. Laksana :
Menulis bukan sesuatu yang berbeda dari pekerjaan-pekerjaan lain. Ia memerlukan latihan dan kekeraskepalaan. Tanpa latihan, Anda hanya akan menjadi petinju yang selalu dipukul KO dalam setiap pertandingan. Tanpa latihan, Anda hanya akan menjadi penari yang gerakannya memalukan.
Tanpa latihan, Anda hanya akan menjadi penulis yang tak pintar membikin kalimat. Dan petinju yang selalu di-KO, itu bukan petinju, mungkin ia seorang tukang ledeng yang nekat bertinju. Penari yang gerakannya memalukan mungkin bukan penari; dan penulis yang tidak pintar membikin kalimat sudah pasti bukan penulis.
Makjleb banget ngga?
Selama ini kita selalu ingin tulisan yang ada di blog, media sosial, atau paltform kepenulisan lain bisa dibaca banyak orang, dinikmati, serta diapresiasi. Namun seringkali juga kita lupa, apakah kita termasuk penulis yang mampu membuat pembaca tertarik? Lalu ia mengabarkan pada teman-temannya bahwa ada tulisan menarik, lalu dengan sukarela ia membagikan tautan tulisan kita.
Bagi teman-teman yang ingin mengintip bagaimana Creative Writing A.S Laksana yang pernah direkomendasikan Raditya Dika dalam kelas menulis yang pernah saya ikuti kemarin, yuk simak sampai selesai artikel ini. Mudah-mudahan teman-teman bisa bertahan membacanya sampai akhir, lalu tentu saja dipraktikkan 🙂
Review Creative Writing A.S. Laksana : Apa Saja yang Kita Perlukan?
Beberapa minggu lalu Raditya Dika menggelar kelas menulis secara online. Saya langsung beli tiketnya saat membaca tautannya di instagram story yang Radit bagikan. Sudah lama saya tidak menimba ilmu soal kepenulisan, meskipun ini fiksi (genre yang menurut saya sangat sulit dan bukan menjadi bagian dari target saya). Namun karena masih belum ada kelas menulis non-fiksi, kelas fiksi pun jadi deh. Teknisnya kan tidak jauh berbeda 🙂
Pada bab awal, Creative Writing A.S. Laksana ini menerangkan tentang bagaimana otak manusia ini sungguh sangat unik dan kreatif. Apa yang Tuhan ciptakan, tentu perlu kita pergunakan sebaik-baiknya, dan semaksimal mungkin. Otak, kalau tidak pernah diasah, dia akan tumpul perlahan. Jadi kalau boleh saya simpulkan, menulis adalah kegiatan untuk mengasah otak juga.
1. Menulis Hanya Perlu Action, Itu Saja!
Agak kecewa juga sih ketika membaca kiat menulis kreatif nomor satu ini. Action! Yah, semua pekerjaan juga begitu kan? Perlu action. Mungkin kita sudah bosan dengan nasihat seperti ini. Iya atau tidak? Hehe.. Akui saja kita bosan dinasihati oleh penulis ketika meminta sebuah kiat dari mereka.
Namun, setelah membaca buku ini teman-teman akan sadari bahwa benar sekali, action adalah hal nomor satu yang harus kita lakukan sebelum memikirkan apakah tulisan kita bagus atau tidak. Apakah saya bisa menulis atau tidak? Jangan dipikirkan, action saja!
Menurut William Blake, penyair Inggris, hasrat semata tanpa tindakan akan membiakkan penyakit. Menurut A.S. Laksana dalam bukunya Creative Writing,
Prinsip menulis tak pernah berbeda dari hal-hal lain dalam hidup kita. Ia harus tetap berjalan dalam kondisi apapun. Seorang tukang kayu harus tetap menjadi tukang kayu yang baik kendatipun pikirannya sedang kalut. Ia harus tetap menyelesaikan pekerjaannya. Seorang polisi lalu lintas harus tetap berdiri di perempatan jalan mengatur lalu lalang kendaraan, entah hatinya sedang sedih, entah sedang bahagia, atau ketika sedang tidak punya ide. Begitu juga dengan pemain bulu tangkis, pelayan restoran atau tukang pos.
Jadi, you got the idea? Ya, ucapkan selamat tinggal pada kalimat-kalimat yang sering kita dengar, ‘Aku lagi ga mood nulis nih,” atau ‘Aku lagi writers block nih.’
Mulai saat ini, jangan pernah ada kata ngga mood dan lain sebagainya. Karena kita tidak boleh berhenti menulis hanya karena sedang puyeng atau sedang punya masalah. Kenapa harus berhenti menulis karena tidak punya ide? Apa jadinya tukang pos suatu saat menolak mengantarkan surat atau polisi lalu lintas tidak mau berdiri di perempatan jalan karena “tidak punya ide’? Haha, masuk ngga tuh?
2. Creative Writing : Mulai dari Menulis Buruk
Apa nih maksudnya? Jadi menurut A.S Laksana, draft pertama yang buruk, ketika ia ada, akan jauh lebih baik dibandingkan tulisan yang sempurna tapi tidak pernah ada.
Jadi yaudah, yuk deh mulai menulis. Meskipun itu buruk. Kita bisa edit kemudian dan jadikan draft buruk itu tulisan yang baik dan sempurna. Yang perlu kita ingat tentu saja lagi-lagi soal kemauan menulis. Karena kita tidak pernah bisa mengedit tulisan yang tidak pernah ada. 🙂
3. Menulis Cepat
Saya juga sempat merangkum apa yang dituliskan oleh A.S Laksana dalam Creative Writing-nya. Bahwa seorang Isaac Asimov, orang yang memiliki reputasi bagus sebagai penulis fiksi non ilmiah, tidak pernah takut mengakui bahwa ia menulis dengan simple dan apa adanya. Karena itu beliau bisa menulis cepat.
Setiap orang yang mampu mengerjakan sesuatu dengan baik, ia hampir selalu mengerjakannya dengan cepat – lebih cepat dibanding orang-orang yang tidak mampu bekerja baik. Kita akan menyadarinya setelah melihat bagaimana penulis-penulis yang sudah kita kenal ini bekerja dengan menguasai detail, menguasai teknik, menguasai proses dan juga persoalan. Kalau sudah menguasai itu semua maka lahirlah kecakapan. Dan kecakapan akan selalu berdampingan dengan kecepatan pengerjaan.
Menulis dengan cepat artinya menulis tanpa menyensor diri. Menulis seperti kita berbicara. Jangan habiskan waktu untuk bertarung alot pada draft pertama, karena kita akan cepat lelah. Sebaliknya, menulis dengan cepat akan menyelamatkan kita dari dua hal sekaligus : mood dan waktu kita.
4. Creative Writing Perlu Bacaan
A.S Laksana bercerita dalam bukunya Creative Writing, bahwa ada seseorang yang datang padanya. Ia tak mengenal orang itu, namun orang tersebut ingin berkonsultasi serta bertukar pikiran saja dengan beliau perihal kepenulisan. Lalu orang itu berkata kurang lebih begini,
Aku tidak mau membaca novel apapun, karena nanti apa yang aku tulis akan dipengaruhi oleh tulisan dari buku-buku yang kubaca itu. Aku ingin karyaku otentik.
Pernah dengar orang demikian?
Saya pernah. Mudah-mudahan orangnya sudah taubat ketika saya menuliskan ini. Memang ada orang-orang seperti itu ternyata di dunia ini. Orang-orang yang ingin karyanya dibaca oleh banyak orang, namun enggan atau bahkan tidak mau membaca karya orang lain. Kalau teman-teman jadi A.S Laksana atau saya, maukah teman-teman membaca karya orang tersebut?
Kalau saya sih tidak. Karena seseorang yang menulis harusnya suka membaca juga. Meskipun saya juga tidak akan memaksa orang-orang yang memang tidak ingin membaca. Namun, ada satu etika pergaulan yang juga disebutkan dalam buku Creative Writing ini bahwa :
Perlakukan orang lain sama seperti Anda ingin diperlakukan oleh orang lain.
Hormati orang lain jika ingin orang lain menghormati kita. Kita bisa memulainya dari diri sendiri, dan jangan pula menuntut orang lain melakukan apa yang tidak kita lakukan. Jadi, membaca buku-buku orang lain adalah salah satu etika dan juga pintu ilmu lainnya jika kita ingin karya kita dibaca oleh orang lain pula. Sekali lagi, kita bisa memulainya dari diri sendiri.
Jika ingin tahu bagaimana caranya menulis novel best seller, bacalah novel best seller. Jika ingin tahu bagaimana menulis naskah hingga bisa memenangkan perlombaan, maka bacalah karya-karya pemenang. Saya sendiri belajar banyak dari artikel-artikel pemenang lomba blog hingga saya pun bisa menggapainya dengan karya orisinil milik saya sendiri.
Mari saya cantumkan kutipan dari A.S Laksana soal membaca sebelum review Creative Writing ini saya sudahi :
Penulis yang tidak suka membaca, ia akan segera mengalami kemandekan bahkan pada saat karya-karyanya masih terus bermunculan. Ia mandek karena karyanya hanya begitu-begitu saja dan mungkin makin merosot mutunya. Pikiran kita, sumber kekuatan imajinasi kita, tak beda dengan perut dan organ tubuh yang lain : ia perlu makanan. Bahkan mesin pun perlu pelumas dan bahan bakar agar bisa dijalankan dengan lancar.
Jadi bagaimana, masih tidak mau membaca tapi ingin jadi penulis hebat? 🙂
Tips-tips seputar menggali ide saya bahas di artikel selanjutnya yaa! Masih banyak lagi sebenarnya ‘isi’ dari buku Creative Writing ini. Namun, saya ngga mungkin bocorin semua di sini. Beli bukunya dan bacalah. Hehe..
Hal paling sulit dalam buku ini adalah : mempraktikkannya >.<
Demikian, terimakasih yaa. Semoga Review Creative Writing karya A.S Laksana ini bisa bermanfaat.
Creative Writing by A.S Laksana
Penerbit Banana, Tangerang Selatan, Cetakan Keempat Maret 2021, 198 halaman.
Seorang penulis yang baik memang gak akan langsung jadi penulis baik yaa, sebelum sukses pasti melalui masa-masa menulis “buruk” juga
Tertampar ketika sampai di kalimat, “ga mood atau ada masalah dijadikan alasan untuk tidak menulis”. 🤧 Sulit ya memang kalau pikiran sedang ruwet, berantakan, dan terbebani masalah tanpa solusi. Mau ngapa-ngapain aja susah, bawaannya pengen rebahan, berharap simpul itu lepas sendiri. Huhu.
Tapi ternyata, kita malah diminta bergerak. Menghasilkan karya dari tulisan. Wah, menantang sekali. 😅
Terimakasih ya mba untuk review buku ini. ❤️
Sama-sama mbak. Saya pun juga merasa tertampar dengan buku ini, hehe.. iyaa yah sama, rebahan masih jadi hobi yang perlu disalurkan ke yang lebih produktif nih mba wkwkw
Sangat makjleb banget kata-kata di awal tadi petinju, penari dan penulis semuanya perlu latihan, tidak akan menjadikan apapun bakat tanpa di asah.
Betul, kayak panas banget hati karena memang related banget ya Mas 🙂
Masyaallah. Berenergi sekali rasanya baca tulisan ini. Lagi-lagi, latihan ya. Jadi inget 7 habitsnya stephen covey. Buat asah gergaji biar tajam. Kayaknya bukunya bagus. Jadi pengen baca.. Makasih sharingnya mba jihan. Salam kenal. Blognya bagus, tulisan2nya bagus. Gaya bahasanya juga. Jadi terinspirasi buat semangat juga buat latihan nulis lagi.. nih.. 🙂