Ingin sekali mengucap terimakasih sebesar-besarnya pada penggagas THR. Tunjangan Hari Raya. Berkat jasa beliau, kami-kami yang jadi pegawai jadi punya kesempatan untuk beramal lebih banyak di bulan Ramadan. Punya kesempatan lebih banyak untuk membahagiakan keluarga dengan THR. Istilah baju baru alhamdulillah, tak punya pun tak apa-apa masih ada baju yang lama, menjadi bukan persoalan penting lagi yang diperdebatkan setiap hari raya. Berkat THR.

Siapa yang barusan ikut nyanyi? Hehe..

 

Sanak saudara juga tidak akan lagi berkata pelit. Karena ketika lebaran datang kami bisa membagi THR untuk anak-anak kecil yang bahkan tidak tahu uangnya bakal dipakai untuk apa. Berkat THR kami bisa menukar dengan uang pecahan baru dan membagi kebahagiaan bersama anak-anak yang datang ke rumah.

 

Berkat THR kami jadi punya seragam sarimbit yang pada akhirnya hanya dipakai sesekali saja, ke kondangan misalnya. Lalu tahun berikutnya lingkar pinggang dan perut sudah tak sanggup lagi menampung ukuran baju yang lama. Lagi-lagi diselamatkan oleh THR, beli yang baru lupakan yang lama. Begitu terus siklusnya.

 

Saya jadi penasaran, siapa ya penggagas pertama adanya THR? Sungguh saya ingin mengucapkan banyak terimakasih padanya. Terimakasih yang tulus, walaupun gaji saya sebagai pegawai honorer cair tiap empat bulan atau tiga bulan sekali, itu pun dipotong pajak. Entah pajak apa yang tega mengambil penghasilan yang tidak sampai UMR itu. Kata pak ustadz, jika kamu tidak mampu mensyukuri yang sedikit maka kamu tidak akan pernah bisa mensyukuri yang banyak. Baik, lagi-lagi saya diingatkan untuk tetap bersyukur seberapa keringnya keringat, harus tetap bersyukur. InsyaAllah pahalanya surga, karena syukur tanpa sambat itu bukan persoalan mudah. Kalau mudah, hadiahnya akan sama dengan hadiah tujuh belas agustusan. Kalau ngga buku tulis ya crayon.

Boro-boro THR, gaji bisa cair tepat waktu saja saya sudah sangat bersyukur. Sudah sangat girang. Lumayan untuk bayar arisan kan. Heheu.

 

Tapi begitulah skenario Allah yang terbaik.

Mau dapat THR atau ngga yang penting jangan sampai kita tidak dapat tunjangan pahala dari Allah selama Ramadan. Jangan sampai kita merugi dengan tidak terampuninya dosa yang kita punya. Naudzubillah.

 

Kembali ke siapa penggagas THR pertama kali di Indonesia? Beliau adalah Bapak Soekiman Wirjosandjojo. Soekiman dipercaya sebagai perdana menteri pada 27 April 1951. Di saat yang sama, dia juga menjabat Menteri Pertahanan. Dia menjadi perdana menteri hingga 1952.

Pada 1960, Presiden Sukarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilu 1955. Sebagai gantinya, Bung Karno membentuk DPR Gotong Royong, yang semua anggotanya ditunjuk dan diangkat oleh presiden. Bung Karno kemudian meminta kesediaan Soekiman menjadi anggota DPR-GR sebagai wakil dari kalangan cendekiawan.

Nah, sudahkah berterima kasih pada Pak Soekiman? Hehe..