Digital Marketing adalah salah satu elemen penting yang menjadi pendorong agar bisnis bertumbuh dan menguat. Mengutip kalimat dari Coach Dr. Fahmi (dari Grounded Business Coaching dan Empowering Indonesia Networking), bisnis yang biasa-biasa saja pasti menjalani prosesnya dengan merangkak. Namun bisnis yang luar biasa, wajib mendorong kinerjanya dengan melompat dan melesat.
Apalagi di tengah pandemi seperti ini, pelaku usaha memang harus dituntut untuk melek teknologi. Bahkan sebelum pandemi pun, dengan datangnya arus globalisasi yang begitu kuat, pelaku usaha disarankan untuk bisa menerapkan digital marketing sebagai upaya agar bisnisnya sukses, eksis dan laris. Karena ada begitu banyak produk maupun jasa yang ditawarkan melalui marketplace dan transaksi via online. Yah, seperti seleksi alam. Siapa yang bisa beradaptasi, dialah yang akan bertahan.
Berikut tips Digital Marketing dari Coach Faizal Alfa, seorang konsultan sekaligus praktisi marketing yang cukup matang malang melintang di dunia pemasaran. Beliau mendampingi banyak brand terkemuka di berbagai kota di bidang program pemasaran.
Merangkum ulang apa yang disampaikan Coach Faizal Alfa saat memberikan tips tipis-tipis yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha agar bisnisnya eksis dan laris bahkan di tengah gempuran pandemi seperti saat ini.
Suplemen Digital Marketing
The best marketing of all is happy clients
Sebenarnya poin utama marketing itu hanya 3, yaitu Defining, Designing dan Delivering. Sebagai seorang pengusaha seharusnya kita bisa menganalisis substansi tentang bagaimana seharusnya kerangka berpikir seorang marketer dalam memahami market, menyusun solusi, target, dan strategi, serta melaksanakan aktifitas secara jelas.
Mbak, saya sudah ngerti dan paham kalau cuma defigning, designing dan delivering. Tapi kenapa masih begini-begini saja ya? Tidak bisa melesat seperti yang dibilang Coach Fahmi di atas?
Disinilah kemudian saya memahami bahwa digital marketing itu dapat dituangkan dalam sebuah urutan. Kalau kata Coach Faizal Alfa semacam 8 Level Customer Double Funnel. Kenapa disebut funnel? Karena bentuknya mirip corong. Kenapa double? Karena ada urutan proses yang berbeda. Yuk simak penjelasannya!
1. Identifikasi
Sebelum menjalankan usaha, kita harus melakukan langkah identifikasi terlebih dulu. Mengapa? Tujuannya untuk mengetahui apa marketnya ada? Jangan-jangan market kita tidak ada alias tidak akan ada yang membelinya. Hehehe.. Lalu kita juga perlu memahami masalahnya dan merancang solusinya.
Bagaimana caranya? Maka kita harus tentukan apakah jumlahnya cukup besar untuk disasar?
Terapkan H3 (Hunt, Hail, Hug) formula ini saya dapatkan ketika mengikuti kelas bisnis bersama Coach Faizal Alfa di tahun 2017 dan insyaAllah tetap relevan dengan permasalahan pasar saat ini. Nah, identifikasi market ini harus terus diupdate secara berkala. Karena market terus mengalami perubahan. Tidak mungkin kita akan bersikeras berjualan CD berisi lagu-lagu sedangkan orang-orang lebih banyak mendengarkan lagu dari aplikasi dari smartphone mereka ketimbang harus beli CD Room kan?
Zaman dahulu, market dianalogikan sebagai buruan. Marketer begitu dominan, sehingga hunt (memburu) marke dengan hantaman informasi, dan marketer berperan sebagai broadcaster. Marketer mem-broad-cast pesan, memborbardir market dengan penawaran yang bertubi-tubi.
Pada zaman berikutnya, market diposisikan sebagai raja. Dampak dari banyaknya penyedia produk, baik barang maupun jasa membuat marketer harus hail (memuja-muja) market. Sehingga marketer berebut perhatian dari “raja”, persaingan pun menjurus ke arah yang tidak sehat. Namun saat ini, marketer dan market menuju ke arah kesetaraan, dimana marketer memperlakukan market sebagai teman.
Konsekuensinya pada marketer yang hug (merangkul) market. Aspek keterbukaan, kejujuran, dan transparansi menjadi aspek kunci. Market tak mau dan tak sudi lagi dibohongi. Inilah salah satu kuncinya.
2. Inisiasi
Inisiasi ini bertujuan untuk membuat market sasaran kita mengetahui bahwa bisnis dan produk kita ada. Nah, mulai dari sini kita harus mulai menentukan : menggunakan media apa untuk membuat market tahu? Berapa orang yang perlu tahu?
Penggunaan media ini penting. Karena market punya kelas yang berbeda dan karakteristiknya tentu saja tidak sama. Seperti misalnya pengguna Facebook dan instagram berbeda dalam hal usia dan kebiasaan, termasuk karakternya. Akan menjadi sebuah hal yang fatal ketika kita tidak memahami karakter-karakter ini. Kelas bawah tidak akan doyan diimingi dengan brand. Market tengah juga akan jengah kalau didekati dengan cara diburu, dan lain sebagainya.
Program digital marketing gagal? Cek kembali yuk marketnya. Apakah sudah tepat dan sesuai dengan “alat” yang kita maksimalkan?
Analoginya begini, bayangkan ketika kita sedang tersesat di suatu tempat. Gen X dan Gen Z akan sama-sama menggunakan GPS sebagai solusinya. Sama hurufnya, tapi berbeda artinya. Gen Z mengartikan GPS dengan global positioning system. Mereka akan membuka gadget lalu mengaktifkan aplikasi peta lalu mencari tujuannya. Sedangkan gen X juga sama-sama menggunakan GPS. Namun yang dilakukan adalah membuka pintu, dan bertanya kepada warga karena GPSnya Gen X adalah Gunakan Penduduk Sekitar.
3. Aktivasi
Tujuannya adalah membuat prospek datang, atau mendatangi prospek. Fleksibel. Maka dari sini yang harus kita tentukan adalah berapa yang didatangkan dan berapa yang didatangi?
4. Konversi
Nah ini nih yang biasanya bikin seneng para pelaku usaha, atau yang biasa disebut closing. Karena di sini kita bisa mulai memastikan terjadi pembelian atas produk kita, mengubah prospek menjadi konsumen. Oleh karena itu kita juga harus menentukan berapa penjualan yang perlu terjadi
5. Repetisi
Repetisi ini bertujuan untuk memastikan konsumen datang membeli lagi, lalu mengubah pembeli menjadi pelanggan. Maka langkah yang bisa kita lakukan adalah mengetahui alasan apa yang membuat mereka memutuskan untuk membeli produk/jasa kita lagi?
6. Frekuensi
Tujuannya adalah untuk memastikan konsumen datang lebih sering. Lebih sering nengokin media sosial kita, akun market place, hingga status Whatsapp yang kita punya. Sembari memastikan bahwa konsumen akan meningkatkan frekuensi kehadiran dan pembelanjaannya.
7. Akumulasi
Naik tingkat dari frekuensi maka akumulasi bertujuan untuk memastikan konsumen beli lebih banyak. Dari sinilah pelaku usaha disarankan untuk melakukan inovasi produk atau, sehingga jumlah pembelian yang dilakukan konsumen meningkat. Caranya bagaimana? Kalau tidak bisa menambah produk atau layanan jasa yang baru, maka pelaku usaha bisa juga menyiapkan program yang membuat konsumen membeli lebih banyak. Diskon, misalnya.
8. Rekomendasi
Poin terakhir ini dimaksudkan untuk memastikan konsumen merekomendasikan produk kita pada lingkungan di sekitarnya. Mirip seperti metode getok tular yang pernah diungkapkan Malcolm Gladwells dalam bukunya The Tipping Point. Dimana kekuatan mouth to mouth adalah kekuatan yang tidak bisa dikontrol dan cenderung tidak bisa kita kalahkan ketika sudah menjadi epidemi. Maka jangan sampai mouht to mouth yang tersebar bak epidemi itu justru menjadi bumerang bagi usaha kita.
Melek Digital Marketing?
Perkembangan internet saat ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan semua jenis bisnis dalam skala besar atau kecil, nasional bahkan internasional. Berbondong-bondong, generasi saat inipun mulai peduli untuk bisa meng-upgrade skill nya di dunia digital. Termasuk ke-8 tips tentang ilmu marketing di atas. Namun itu belum cukup sebagai bekal. Dunia digital marketing tentu saja harus dipraktikkan dan dibimbing oleh ahlinya juga kan? Karena action tanpa ilmu, tidak akan bisa memaksimalkan usaha yang kita geluti. Benar lho, upgrade skill untuk nutrisi leher ke atas itu sangat penting.
Terlebih di tengah pandemi seperti ini, jangan biarkan waktu terbuang sia-sia meski harus di rumah saja. Terbukti lho, digital marketing tidak hanya penting bagi pelaku dunia usaha, namun juga sangat bermanfaat untuk segala profesi sebagai upaya personal branding untuk dirinya sendiri. Termasuk saya yang sudah memulai untuk mengembangkan blog sejak tahun 2018. Membeli domain dan hosting sendiri agar tetap semangat dalam berkarya.
Terbukti lho, setelah punya blog ber-TLD saya jadi lebih semangat membuat konten, baik di blog maupun di instagram. Teman bloger juga bisa banget memaksa diri untuk keluar dari zona nyaman dengan menjadi writerpreneur lewat blogging. Gunakan promo domain sebagai langkah awal. Aduh mbak saya ngga bisa bikin blog apalagi website. Nah, belum juga dicoba. Teman bloger bisa banget intipin cara mudah membuat website di internet. Ikuti langkahnya, buang rasa malas dan keluar dari zona nyaman sekarang juga.
Juga jangan lupakan beberapa tips untuk mengoptimalkan media sosial, salah satunya instagram. Bisa dibaca pada ulasan saya tentang Optimasi Instagram dan Blog ya.
Referensi :
Coach Faizal Alfa dalam 3D Marketing
kuncinya memang cuma satu “melek digital”
apalagi ilmu sekarang banyak di share lewat event digital kayak webinar
terima kasih tips dan infonya
Kalo pandemi gini jd keinget kursusan yg kmrn ku kunjungi di pare. Bener2 semuamuanya masih manual. Dengan hsdga yg nggak tinggi, dsn pendaftrn perlu ktmu lgsg.
Ditengah gempuran berbasis daring, saya paham mereka terhantam, namun dgn idealisme itu mereka tetap bertahan.
Tapi dgn keadaan seperti skrg ini semoga mulai terbuka sedikit celah utk mengonlinekan kursusan yaaa.. Tips dr coach faizal ini bisa bgt dipraktekkkan
Pengen sih coba peruntungan di dunia bisnis digital, tapi yaitu masih takut-takut untuk mengambil peluang. Terus kadang mikir juga, “Apa sih yang membedakan kamu sama kompetitor lain?” Kalo sama aja nahhh bakal tewas di tengah jalan, lah wong lain udah berpengelaman dan kamu baru mau coba.
Balik lagi, kalo belom dicoba ya belom tau hasilnya hehe
Kalau bisnis yg didigitalisasi gmn tuh mbak jingga, kaya ounya usaha makanan tapi kita update2 di sosmed atau masuk jual ke ecommerce. Itu digital bisnis digital jg ga sih?
Zaman sekarang kalo nggak melek digital ya baca koran aja deh, haha..
salfok sama Gen X yang GPSnya warga sekitar, benar-benar tidak efisien buka tutup pintu. Padahal dulu juga aku gitu, eh sampe sekarang sih kadang, hihi..
Well, saatnya upgrade skill dari leher ke atas nih 😀
Btw, goodluck untuk lombanya mbak Ji 😀
Poin 8. Kalau produk sudah mencapai posisi yang WOM (Word Of Mouth) artinya peningkatan sales pun sudah dipastikan ya mba. Apalagi orang, walau tetap banyak info bertebaran via digital, kalau sudah turut direkomendasikan orang yang dikenal, ngena biasanya.
Kalo jaman sekarang ini emang penting banget tau digital marketing. Secara kan apa2 pakai gawai. Ya termasuk jualan. Penting banget sih paham dan menggunakannya
Wah, jadi nambah ilmu marketing digital. Ternyata banyak ya poin-poinnya. Jadi jualan gak hanya sekadar jualan aja
Kayaknya ini ilmu digital Marketing banyak banget ya. Tinggal prakteknya yang susah 😂 eh bukan susah ding, enggak dimulai-mulai wkwk
Nambah ilmu baru buat saya nih mba, walau belum pnya bisnis lmyan jdi bekal suatu saat kan ya
Penting banget infonya, selama ini buta digital marketing.
Wah iya nih kebetulan aku sedang bikin usaha di bidang ini perlu banyak informasi dan upgrade ilmu soal ini… hehe
Selama pandemi..biar usaha tetep jalan ya ngandelin digital marketing yak…Semoga pandemi cepet berakhir ya…
Mantap ini mampir ke blognya mba Jihan. Belajar digital marketing juga akutu jadinya.
Di dunia marketing kalau gak update bisa kena seleksi alam juga ya kan. Duh, wajib belajar terus menerus nih
Delivering dalam branding bisnis kita memang penting. Pengalaman punya usaha es mie ramen, dengan beberapa cara digital marketing diatas cukup efektif.
Makasih tipsnya mbak. Tips di atas penting banget diterapkan, terutama saat kondisi serba sulit sekarang ini 🙂
Sesungguhnya aku buta banget dunia marketing karena dari kecil ga paham dan ga kunjung belajar berdagang. Setelah menikah dan jadi IRT rasanya pengen punya sesuatu yang bisa jadi pegangannya biar ga dikira orang “IRT doank”. Akhirnya akhir2 ini jadi belajar jualan. Dan pelan2 belajar digital marketing buat memahami pasar zaman digital