Mungkin akan sedikit terlambat membicarakan soal Itaewon Class. Namun hubungannya dengan aset digital yang perlu dimiliki oleh para pelaku bisnis, Itaewon Class saya pikir adalah contoh yang masuk akal untuk pengembangan aset digital bagi pebisnis pemula seperti saya. Bagi yang belum tahu Itaewon Class, ia adalah drama Korea Selatan yang diluncurkan di awal tahun 2020. Dibintangi oleh Park Seo-joon, Kim Da-mi, Yoo Jae-myung dan Kwon Nara.

Film ini diangkat dari serial webtoon dengan judul yang sama. Disiarkan mulai 31 Januari 2020 di salah satu televisi lokal Korea Selatan dan disiarkan secara internasional melalui Netflix. Kali pertama melihatnya saya tidak tahu bahwa Itaewon Class ternyata banyak membahas soal bisnis dan aset digital yang perlu kita miliki sebagai pelaku usaha. Terlebih di tengah New Normal seperti ini. Musibah datang beriringan sekaligus dengan kemudahan. Banyak pelaku usaha yang terpaksa harus gulung tikar karena tidak mampu bertahan. Namun ini hanyalah awal. Jika ingin bisnis bertahan, alih-alih tumbuh dan berkembang, maka kita harus membuka mata untuk dunia digital yang sebentar lagi menyambut generasi muda kita di tahun bonus demografi mendatang.

membangun aset digital

Kunci Naiknya Omset Kedai Danbam di Itaewon Class

Masih berhubungan dengan Itaewon Class, agar teman bloger mudah untuk memahaminya. Kedai Danbam yang dikelola oleh tokoh utama dalam film ini awalnya hanyalah kedai kecil yang bahkan tidak mampu untuk menggaet pelanggan satupun dalam beberapa pekan setelah pembukaan pertamanya. Jelas saja mereka mendapat kerugian karena harus tetap membayar untuk sewa tempat, menggaji karyawan, serta biaya operasional lainnya.

Peristiwa ini mengingatkan saya pada sebuah kedai makanan lokal yang baru saja buka satu bulan sebelum pandemi menerpa negeri ini. Lokasinya strategis, tempatnya pun menarik. Namun pada bulan ke-5 setelah pembukaannya, kedai ini sudah tutup. Sayang sekali, pikir saya. Secara konsep, kedai makanan itu cukup menarik dengan desain interior yang hangat dan khas anak muda.

Lokasinya yang dekat dengan kampus dan kawasan perbankan seharusnya menjadikan kedai ini ramai. Namun sayang sekali banyak mahasiswa akhirnya harus libur, bahkan terpaksa pulang ke kampung halaman masing-masing karena pandemi. Begitu juga dengan kawasan perbankan yang kian sepi dari hari ke hari sejak Maret 2020. Geliat ekonomi belum juga pulih pada bulan Agustus 2020. Meskipun pemerintah sudah mengizinkan beroperasinya rumah makan dan kawasan pariwisata dengan protokol kesehatan New Normal Life, ternyata itu semua tidak cukup. Kedai bernuansa kuning dengan menu andalan pizza tersebut akhirnya harus tutup.

Bagaimana dengan Danbam? Beruntungnya, Danbam bertemu dengan seorang gadis cerdas berusia 20 tahun yang juga sebagai influencer sekaligus blogger. Karena rasa simpati, hutang budi, sekaligus rasa sukanya pada Saeroyi, pemilik kedai tersebut, si gadis ingin membantunya mengembangkan Danbam. Mulai dari membenahinya dari dasar dan menentukan tujuan.

Setelah memperbaiki desain interior serta berbagai macam pernak-pernik untuk menarik pembeli, team Itaewon Class ini kemudian memulai gebrakan baru Danbam yang sudah direnovasi. Sambil membenahi apa yang kurang, barulah si gadis mengajarkan pada Saeroyi bagaimana mempromosikan kedainya agar pembeli tertarik untuk masuk ke dalam.

Pentingnya Membangun Aset Digital di New Normal 

Gadis bernama Jo Yi Seo yang juga seorang blogger dan influencer ini menjelaskan pada pemilik kedai yang berpikiran kuno bahwa sudah bukan zamannya mempromosikan bisnis kita dengan memakai boneka badut. Meskipun masih ada manfaatnya juga. Namun itu hal yang sangat tidak efektif. Hal-hal yang kemudian harus kita sadari jika ingin bisnis kita maju dan berkembang adalah belajar terus menerus agar kita tahu bahwa dunia telah berkembang pesat, dan media iklan berupa cetak sudah lama ditinggalkan dan tidak efektif.

Sebuah bisnis yang besar, mungkin bisnisnya sudah dianggap senior. Berdiri sudah sejak lama, kira-kira seumuran dengan pohon asam jawa yang tumbuh dan dianggap angker di pertigaan dekat dengan kuburan. Nama perusahaannya juga gahar, bersahaja, maknanya dalam, khas dari periode pertumbuhan yang lekat dengan bekal kejayaan.

Lalu dengan penuh kepercayaan diri kemudian kita lakukan googling informasi atas perusahaan ini. Ketik, dan klik search, dan hasilnya : taraaa~ kita tidak menemukan apa-apa! Akhirnya orang akan berpindah mencari perusahaan lain yang tersedia di mesin pencari. Karena ketika dicari, tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan di mesin google, apakah benar perusahaan ini masih ada? Yakin bisa diwariskan sampai anak cucu tujuh turunan?

Kira-kira itulah fenomena yang terjadi saat kita tak cukup cakap dalam menerapkan marketing strategy yang salah satunya berupa digital marketing. Mulai dari website, sosial media dan instant messaging. Emang gimana sih analoginya?

Website diumpamakan sebuah toko yang kita miliki, gagah, megah, dengan stok barang yang melipah dipajang di etalase berlampu cerah. Lalu akun-akun media sosial diumpamakan seperti booth atau stand pameran. Banyak, tersebar, memajang barang-barang hot item yang kita miliki dengan berbagai macam penawaran istimewa. Bagaimana dengan instant messaging? Tool ini diumpamakan sebagai brosur, yang bawa kabar dan aktif menyebar, penawaran dari toko maupun stand pameran. Kolaborasi ketiganya adalah keunggulan! Maka ketika kita memulai sebuah bisnis atau membangun personal branding ketiganya wajib ada. Efisien dalam biaya, efektif dalam dampak, low budget hight impact, kekinian pula.

pentingnya target pasar dan aset digital

Langkah-langkah Jo Yi Seo dalam Itaewon Class ini mungkin bisa menjadi refrensi teman bloger ketika ingin membangun serta membesarkan sebuah bisnis.

1. Pahami Target Pasar

Sebelum melakukan bisnis atau bahkan mengajar, kita harus tahu target yang sedang dibidik. Apalagi dalam bisnis rintisan, menentukan target pasar adalah satu hal yang sangat penting. Agar kita semakin mantap ketika memasarkan sebuah produk. Termasuk kemantapan dalam menentukan harga.

Bagaimana caranya? Maka kita harus tentukan apakah jumlahnya cukup besar untuk disasar? Terapkan H3 (Hunt, Hail, Hug) formula ini saya dapatkan ketika mengikuti kelas bisnis bersama Coach Faizal Alfa di tahun 2017 dan insyaAllah tetap relevan dengan permasalahan pasar saat ini. Nah, identifikasi market ini harus terus diupdate secara berkala. Karena market terus mengalami perubahan. Tidak mungkin kita akan bersikeras berjualan CD berisi lagu-lagu sedangkan orang-orang lebih banyak mendengarkan lagu dari aplikasi dari smartphone mereka ketimbang harus beli CD Room kan?

Zaman dahulu, market dianalogikan sebagai buruan. Marketer begitu dominan, sehingga hunt (memburu) marketer dengan hantaman informasi, dan marketer berperan sebagai broadcaster. Marketer mem-broad-cast pesan, memborbardir market dengan penawaran yang bertubi-tubi.

Pada zaman berikutnya, market diposisikan sebagai raja. Dampak dari banyaknya penyedia produk, baik barang maupun jasa membuat marketer harus hail (memuja-muja) market. Sehingga marketer berebut perhatian dari “raja”, persaingan pun menjurus ke arah yang tidak sehat. Namun saat ini, marketer dan market menuju ke arah kesetaraan, dimana marketer memperlakukan market sebagai teman.

Konsekuensinya pada marketer yang hug (merangkul) market. Aspek keterbukaan, kejujuran, dan transparansi menjadi aspek kunci. Market tak mau dan tak sudi lagi dibohongi. Inilah salah satu kuncinya.

2. Penggunaan Aset Digital

Memiliki aset digital ini tidak lain dan tidak bukan untuk membuat market sasaran kita mengetahui bahwa bisnis dan produk kita ada. Nah, mulai dari sini kita harus mulai menentukan : menggunakan media apa untuk membuat market tahu? Berapa orang yang perlu tahu?

Penggunaan media ini penting. Karena market punya kelas yang berbeda dan karakteristiknya tentu saja tidak sama. Seperti misalnya pengguna Facebook dan instagram berbeda dalam hal usia dan kebiasaan, termasuk karakternya. Akan menjadi sebuah hal yang fatal ketika kita tidak memahami karakter-karakter ini. Kelas bawah tidak akan doyan diimingi dengan brand. Market tengah juga akan jengah kalau didekati dengan cara diburu, dan lain sebagainya.

Program digital marketing gagal? Cek kembali yuk marketnya. Apakah sudah tepat dan sesuai dengan “alat” yang kita maksimalkan?

Analoginya begini, bayangkan ketika kita sedang tersesat di suatu tempat. Gen X dan Gen Z akan sama-sama menggunakan GPS sebagai solusinya. Sama hurufnya, tapi berbeda artinya. Gen Z mengartikan GPS dengan global positioning system. Mereka akan membuka gadget lalu mengaktifkan aplikasi peta lalu mencari tujuannya. Sedangkan gen X juga sama-sama menggunakan GPS. Namun yang dilakukan adalah membuka pintu, dan bertanya kepada warga karena GPSnya Gen X adalah Gunakan Penduduk Sekitar.

Aset digital dalam hal ini bisa menggunakan website, facebook ads, instagram ads, atau B2B marketplace (Bussines to Business). 

Banyak dari kita mungkin sudah mengetahui beragam marketplace atau e-commerce yang ada. Definisi sederhananya, e-commerce dapat membantu kita menemukan barang dan jasa yang dibutuhkan perusahaan dengan lebih mudah. Karena hampir semua proses dilakukan secara online, kita pun tidak akan memakan banyak waktu untuk hunting barang serta menentukan spesifikasi yang sesuai karena  semuanya sudah tertera di dalam website penyedia.

Hal inilah yang saat ini kita pelajari bahwa banyak orang sudah mulai memiliki kebiasaan baru untuk berbelanja online melalui marketplace terpercaya. Bagi vendor atau pengusaha, marketplace menjadi sarana promosi sekaligus kesempatan untuk menjaring lebih banyak pelanggan secara online. Jangka panjangnya, tentu saja hal ini menjadi investasi sendiri bagi perintis usaha di dalam dunia digital. Selain itu juga dapat bersaing secara sehat dengan vendor lainnya.

kebiasaan baru belanja di market place

Sedangkan sebagai konsumen, kita jadi punya banyak pilihan, perbandingan harga yang bisa dilihat tanpa harus malu bertanya, serta yang paling penting adalah keamanan bertransaksi di dalamnya. Ditambah jika kita melakukan procurement secara online, pelaku usaha pun akan lebih menghemat waktu, tenaga, dan biaya jika dibandingkan dengan pemasaran secara offline. 

Indonetwork Menjawab Tantangan

Menjawab tantangan era New Normal, teman bloger dan pelaku usaha tidak perlu khawatir lagi. Karena Indonetwork yang merupakan direktori bisnis online adalah Marketplace B2B terbesar dan terlengkap di Indonesia menawarkan beragam produk juga jasa. Situs perdagangan online Indonetwork ini memiliki visi menjadi direktori perusahaan nomor satu di Indonesia sekaligus menjadi portal bisnis UKM terbesar di Indonesia. Pelaku usaha dapat memasarkan produk unggulannya di Indonetwork secara mudah dengan pilihan sistem belanja satuan maupun grosir. Sehingga jaringan teman bloger pun menjadi lebih luas dengan adanya layanan dari Indonetwork ini.

Meskipun ditempa oleh tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya karena pandemi, para pelaku usaha, khususnya UMKM, terus berjuang untuk melewati paruh terakhir tahun 2020 dengan harapan untuk memulai tahun 2021 dengan lebih kuat. Country Manager Zilingo Indonesia Patrick Vaz membagikan delapan tips yang mudah diikuti sebagai pedoman UMKM untuk membantu mereka menutup tahun 2020 dengan baik dan siap menorehkan prestasi baru pada tahun 2021.

Indonetwork memberikan beberapa tips pada para pelaku bisnis, sebagaimana Jo Yi Seo memberikan tips pada bosnya di Danbam. Bahwa selain membangun aset digital yang telah disebutkan di atas, pelaku usaha juga perlu mengevaluasi aktivitas inti usaha kita lalu hasil evaluasi tersebut digunakan untuk mengukur kinerja bisnis dari tahun ke tahun.

Lalu langkah selanjutnya yaitu meninjau laporan keuangan dan semua dokumen yang diperlukan seperti laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas. Setelah itu, kita perlu kembangkan laporan keuangan tersebut untuk menentukan apakah usaha yang sedang kita jalani telah berada di jalur yang tepat untuk memenuhi tujuan laba dan kebutuhan arus kas. Barulah kemudian kita perlu melakukan analisis kompetitif melalui perencanaan, penelitian mendalam, dan introspeksi yang jujur dalam menentukan target akhir.

Hal yang tak kalah penting yang belum disebutkan ketika membangun aset digital adalah memperbarui profil situs web dan media sosial yang kita punya. Update konten secara berkala, merancang program apresiasi untuk pelanggan, hingga membuat daftar pencapaian dari tahun ke tahun. Sebagaimana kedai Danbam dalam Itaewon Class yang memperbarui menu dan pelayanan agar pelanggan tetap datang ke kedai mereka. Apakah kita, UMKM bisa seperti ini dan terus berkembang? Pasti bisa!

Mudah-mudahan bermanfaat dan selamat membangun aset digital bisnismu ya! Kelola bisnis online lebih pintar, transaksi jual beli semakin lancar bersama Indonetwork 🙂