Tips Berbicara di depan umum kali ini berasal dari pengalaman saya sendiri. Pengalaman masuk TV pertama kali tahun 2017. Masih segar dalam ingatan. Saat itu saya baru berada di tahun ketiga memasuki komunitas dakwah di kota tempat tinggal. Meskipun memasuki komunitas tersebut karena paksaan, tapi saya cukup bisa beradaptasi di tahun pertama. Kemudian mulai menyukai komunitas tersebut di tahun kedua. Tahun ketiga, saya jadi lebih cinta dan memutuskan untuk menerima jabatan sebagai salah satu ketua departemen dakwah.

Sebenarnya saya tipikal orang yang tidak begitu suka tampil di hadapan orang banyak. Selain karena tahu diri dengan tampang yang tidak cameraface sama sekali, saya juga malu kalau harus berbicara disaksikan oleh banyak pasang mata. Namun akhirnya sore itu saya menerima juga tawaran salah satu stasiun TV lokal di kota Malang. JTV namanya.

Saat itu JTV mengundang tiga pembicara sekaligus pada acara talkshow dengan tema Perempuan. 

Ternyata tampil di depan TV tidak semudah itu. Ada banyak sekali tahapan yang perlu dipersiapkan sebelum kameramen mulai berteriak, Action!

Yuk simak Tips Berbicara di Depan Umum berikut, siapa tahu bisa menjadi bekal untuk teman bloger.

tips berbicara di depan umum

Tips Berbicara di Depan Umum

1. Memahami Materi

Setelah menjawab “iya” pada pihak TV, mereka akan mengirim rambu-rambu materi yang harus kita persiapkan. Kurang lebih bentuknya seperti poin-poin pertanyaan yang harus kita jawab nantinya. Nah, di sini kita harus persiapkan sebaik mungkin kalimat-kalimat yang nantinya meluncur dari mulut. Karena siarannya Live, jangan sampai salah bicara deh. Saya pun mencatat poin-poin penting yang harus dijawab. Sembari berkonsultasi dengan Ayah atau Ibu yang sudah berkali-kali tampil live baik daring maupun luring.

2. Memahami Sepuluh Aturan Komunikasi di Depan Umum

Sedikitnya ada 10 aturan komunikasi menurut Oh Su Hyang, pakar komunikasi Korea Selatan sekaligus seorang penulis buku best seller, yaitu :

  1. Kata-kata yang tidak bisa diucapkan di “depan” maka jangan dikatakan di “belakang”. Karena gunjingan sangatlah buruk.
  2. Memonopoli pembicaraan akan memperbanyak musuh. Sedikit berbicara dan perbanyak mendengar. Tunggu hingga giliran kita yang berbicara, dan juga hargai waktu orang lain dengan berbicara setelah diminta oleh moderator atau MC.
  3. Semakin tinggi intonasi, makna dan ucapan akan semakin terdistorsi. Jangan terlalu menggebu-gebu, suara yang rendah justru memiliki daya pikat lho.
  4. Berkata yang menenangkan hati, bukan hanya sekedar enak didengar.
  5. Katakan yang ingin didengar oleh lawan bicara, bukan yang ingin kita utarakan. Lalu kita juga harus memperhatikan kalimat yang terlontar dari lisan. Berbicara yang mudah dimengerti, bukan yang mudah diucapkan.
  6. Berbicara dengan menutupi aib dan sering memuji
  7. Berbicara hal-hal yang menyenangkan
  8. Jangan hanya berkata dengan lidah, tapi juga dengan mata dan ekspresi.
  9. Tiga puluh detik di bibir sama dengan tiga puluh tahun di hati. Sepatah kata yang kita ucapkan mungkin saja akan mengubah kehidupan seseorang.
  10. Kita mengendalikan lidah, tapi ucapan yang keluar akan mengendalikan kita. Jadi jangan bicara sembarangan dan bertanggung jawablah terhadap apa yang kita ucapkan.

3. Melatih Kemampuan Storytelling

cara berbicara di depan umum

Salah satu tips berbicara di depan umum yang pernah saya baca di sebuah buku berjudul Bicara Itu Ada Seninya karya pakar telekomunikasi di Korea Selatan mengatakan bahwa Storytelling adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari presentasi maupun siaran live seperti ini. Storytelling memberikan efek resapan dan rasa yang sama, seperti menyebutkan kenyataan sederhana, bahkan sampai membangkitkan kebahagiaan seperti menonton drama populer.

Audiens kebanyakan lebih menyukai cerita daripada pembicaraan kaku dan terkesan terlalu serius. Namun storytelling tidak dengan cara menceritakan apa saja. Karena kalau kita mengembangkan cerita yang isinya membosankan, ya percuma saja, tidak akan ada orang yang mendengar. Oleh karena itu kita perlu membangun plot yang kokoh sebelum melakukan storytelling. 

4. Patuhi Briefing

Menjadi pembicara di salah satu stasiun televisi tentu menjadi pengalaman berharga sepanjang saya hidup hingga saat ini. Mungkin bisa jadi malah mengukir kenangan terindah dalam hidup saya. Senang karena akhirnya saya bisa mengalahkan diri sendiri, mengalahkan segala ketakutan-ketakutan yang muncul, dan ajang latihan berbicara di depan umum meskipun secara fisik saya berhadapan dengan kamera dan beberapa crew saja.

Karena acara yang berlangsung live, maka pihak televisi memberikan aturan-aturan yang sebaiknya kita patuhi agar acara berjalan dengan lancar. Seperti hadir satu jam sebelum live (karena harus ada briefing dulu), memakai kostum sesuai kesepakatan, menyiapkan materi dengan baik, serta harus siap dengan pertanyaan yang nantinya akan muncul dari audience. Saya dan seorang teman hadir tepat satu jam sebelum acara dan kami langsung membicarakan teknis acara yang akan berlangsung.

Pihak televisi sudah memberitahukan kode-kode yang mereka buat untuk memberi sinyal pada kita, kapan waktu untuk berhenti berbicara. Jadi selain fokus dengan materi, penyampaian, serta penguasaan diri di atas panggung, saya juga harus memerhatikan crew yang bertugas untuk mengingatkan waktu. Kapan berhenti bicara dan kapan akan mulai break. Wah, menurut saya, inilah bagian tersulit yang kadang saya masih belum bisa menggabungkan banyak fokus tersebut dalam satu waktu.

5. Percaya Diri

Bekal terakhir yang harus dimiliki oleh seorang narasumber adalah harus memiliki kepercayaan diri. Jangan sampai kita minder dengan apa yang kita miliki, termasuk materi. Oleh karenanya, persiapan materi yang sempurna saja tidak cukup, tapi juga harus dengan persiapan mental. Menyiapkan diri sendiri agar bisa menjawab pertanyaan yang masuk nantinya.

Awalnya saya merasa ragu dan merasa tidak memiliki kapasitas untuk menjadi narasumber di stasiun televisi tersebut. Namun seorang teman menyatakan bahwa saya harus belajar optimis dan positive thinking. Karena inilah kesempatan untuk personal branding dan mencoba mengukur batas diri. Di tengah banyak keraguan atas itu semua, saya menemukan sebuah kalimat yang sangat indah.

Jika yang boleh berdakwah adalah manusia suci tanpa dosa, sampai kapan kita menunggu malaikat naik mimbar?

Ibnu Hazm rahimahullah berkata,

Seandainya yang melarang dari dosa harus orang yang tidak terlepas dosa dan yang memerintahkan kebaikan harus orang yang sudah melakukan kebaikan semua, maka tidak ada lagi yang melarang dari keburukan dan mengajak kebaikan kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”(Akhlaq was Siyar hal. 252-253)

Berbekal hadits tersebut, saya pun mulai mampu menguasai diri. Selain mengajarkan, saya harus tetap memperluas keilmuan yang tak ada batasnya itu. Lalu yang paling penting dalam menyampaikan kebaikan adalah tidak harus menunggu nanti ketika ilmu sudah setinggi langit. Tidak harus menunggu cakap dalam public speaking, karena semua manusia selalu berproses. Karena manusia diciptakan tidak seperti malaikat yang sempurna kan?

Ah, rindu. Kapan lagi ya diundang TV? 😆 eh. Nglunjak.

Ya intinya itu lah, menulis Tips Berbicara di Depan Umum seperti ini bukan berarti saya juga sudah mahir. Namun pengalaman di atas cukup rasanya untuk dibagikan sebelum menjadi pembicara expert ya kan. Karena kemampuan berkomunikasi di depan publik adalah salah satu soft skill yang tidak semua orang punya. Teman bloger juga bukan seperti Veronika Asisten Telkomsel yang bisa menjawab apa saja dan apapun yang ditanyakan oleh konsumen, hehe. Jadi bolehlah belajar 🙂

berbicara di depan tv

hanya ini dokumentasi yang tersisa. Sesaat sebelum take.

 

Ambil yang baik buang yang buruk ya. Semoga Tips Berbicara di depan umum kali ini bermanfaat untuk teman-teman semua yang sedang ragu ketika diberi kesempatan untuk tampil di hadapan banyak orang.

Baca juga :

Empat Mantra Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Jadi Generasi Anti Galau bersama Mantappu Jiwa