Perempuan tangguh adalah predikat indah sekaligus meletihkan. Namun, siapa sih yang tidak mau jadi perempuan tangguh? Yuk kita bahas sedikit di sini.
Pada kajian Ramadan beberapa waktu lalu, ada Ayunda Annisa Rosyidah yang bertugas sebagai pemateri di malam ke-30 bulan Ramadan. Beliau adalah sosok aktivis luar biasa yang sudah tidak diragukan lagi jam terbangnya. Sebagai mahasiswi Pasca Sarjana yang menerima amanah dari Pemerintah, beliau masih bisa mengatur ritmenya sebagai mahasiswi, guru, sekaligus Ibu Rumah Tangga. Luar biasa mendengar pemaparan materi dan sharing beliau terkait perkaderan. Sehingga sayang rasanya jika saya lewatkan untuk membuat sebuah catatan yang selamanya harus diingat dan dijadikan refrensi acuan sebagai kader Nasyiatul Aisyiyah sejati.
Berikut hasil rangkuman yang saya tangkap setelah menyimak pemaparan beliau :
Landasan awal adanya Kajian ini sebenarnya berangkat dari pilar atau branding yang terbentuk dari Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah di Banjarmasin dan Tanwir II di Palembang yang disebut Keluarga Muslim Tangguh Nasyiatul Aisyiyah. Brand inilah yang diusung oleh Puteri Muhammadiyah agar bisa menjadi kader yang bisa beraktivitas maksimal di era masa kini dan masa depan, yang biasa kita sebut sebagai era industri 4.0.
Rekomendasi menjadi Kader dan Perempuan Tangguh
Untuk menjadi perempuan sekaligus kader yang tangguh (terutama pada titik tekan masalah sosial) wajib bagi kita untuk memperkuat aqidah dan akhlak agar bisa seimbang dengan ibadah kita. Karena bagaimanapun penguatan aqidah, ibadah dan akhlak berdasarkan Quran dan sunnah Rasulullah adalah hal yang paling utama. Sehingga ketika nanti dihadang dengan berbagai persoalan, itulah yang akan menjadi benteng utama kita. Jadi ini bisa kita perkuat dengan mengerjakan semua kewajiban agama, menambahnya dengan ibadah sunnah, menambah pengetahuan tentang aqidah, ibadah dan akhlak melalui kajian, diskusi, membaca buku serta melihat video yang bisa diakses dimanapun kita berada.
Adapun untuk menambah ketangguhan itu sendiri adalah jangan pernah merasa jemu untuk menambah kapasitas diri. Jangan pernah berhenti belajar meskipun kita sudah disibukkan dengan berbagai urusan domestik. Kita tinggal memilih sarana yang sesuai dengan kemampuan. Namun ketangguhan ini bisa saja terkikis atau bahkan roboh, jika kita tidak kunjung menambah kapasitas diri.
Selektif Memilih Hiburan
Sebagai seorang kader yang masih pupuk bawang, saya sangat setuju dengan pendapat beliau malam ini. Karena saya sendiri sudah merasakan bagaimana dulu waktu saya terbuang untuk hal yang sia-sia. Contohnya nontonin drama korea berbelas-belas episode.
Boomingnya permasalahan Drama Korea yang bertema Orang Ketiga saat itu juga terdiri dari belasan episode dan menjadi berita yang sempat viral dimana saja. Dalihnya sebagai penghibur selama WFH agar imun tubuh terjaga, alih-alih meningkat. Bolehlah ya dijadikan sebagai hiburan, tapi apakah benar hati kita menjadi lebih senang, gembira atau tenang setelah menonton film itu? Setelah rasa penasaran dipuaskan oleh film tersebut, lalu apa?
Meskipun tidak ada larangan untuk menonton itu, namun kalau kita ingin memberikan ketangguhan diri, kita harus selektif juga akan apa yang kita konsumsi atau apa yang masuk dalam tubuh. Boleh saja sekali-kali menjadikannya hiburan, namun sangat perlu ditekankan untuk menyeleksi apa yang kita konsumsi (bukan hanya makanan ya, tapi juga hiburan yang tidak bermanfaat bagi diri sendiri, terlebih orang lain).
Langkah berikutnya untuk merawat dan menambah ketangguhan dalam diri yakni dengan memupuk dan merawat rasa empati dalam diri kita. Memposisikan diri sebagai seseorang yang mendapat kesusahan dan orang yang kurang beruntung, sehingga rasa peduli dan ingin menolong itu akan muncul.
Selanjutnya, kita bisa meluaskan pergaulan dan merawatnya. Sebagai kader yang sudah khatam dalam sosialisasi organisasi, kita juga perlu meluaskan pergaulan dengan orang-orang yang berada di luar persyarikatan. Agar kita punya pengetahuan dan sudut pandang yang lebih luas lagi.
Ketangguhan berikutnya yaitu dengan bergerak berdasarkan data. Tidak ngawur, sehingga solusi tepat sasaran
Terakhir, evaluasi adalah hal yang tidak kalah penting ketika bergerak dalam sebuah organisasi, terlebih sebagai kader yang sudah punya kapasitas diri. Karena dengan evaluasi kita bisa memperbaiki apa-apa yang kurang dan juga bisa menambahkan apa yang belum dilakukan.
Menjadi kader sekaligus perempuan tangguh tentu tidak mudah, juga membutuhkan proses panjang agar tetap istikamah dalam gerakan. Namun, tidak ada yang sia-sia ketika kita melakukan kebaikan. Jadi pelihara terus yuk semangat kita agar istikamah sampai husnul khotimah, Aamiin.
Disarikan dari Kajian Online bersama Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kota Malang.
Baca Juga Suara Pilu Perempuan di La Barka, Review
Kader sejati… Tangguh sampai mati 💪
Yeeyy! Semangaat!
[…] Baca Juga Perempuan Tangguh Era Milenial dan Drama Korea […]