Blog JeyjinggaBerbicara soal membangun personal branding, ada banyak banget memang ya bahasan soal personal brandingtapi untuk bahasan personal branding kali ini menurut saya agak berbeda dengan bahasan personal branding lain yang pernah saya ikuti di berbagai kelas.

Ada sekitar tiga atau empat kali saya mengikuti kelas tentang personal branding, namun kelas bersama Kak Satya Winnie dan teman-teman Eco Blogger yang lain ini adalah kelas terbaik menurut saya. Karena ya relate banget dengan Jeyjingga yang masih gado-gado banget ini.

Saya rangkum sedikit tentang apa yang disampaikan kak Winnie sore kemarin. Semoga teman-teman bisa mendapat insight dan ngga lagi merasa insecure seperti saya hehe..

membangun personal branding

Membangun Personal Branding ala Travel Blogger Satya Winnie 

Kocaknya Kak Satya Winnie saat menceritakan bagaimana perjalanan beliau membangun personal brandingnya selama bertahun-tahun membuat kami ikut terbawa dengan suasana. Berangkat dari blog dan hobi yang menjadi salah satu kebahagiaannya : menulis. Ternyata kita semua pernah mengalami hal yang sama, blog yang isinya apa saja ada.

Sampai seorang teman pernah berkata pada saya : mulai skincare, pendidikan, sampai alat pertukangan pun ada di blog saya. Sehingga blog pun kehilangan identitas. Dulunya saya ingin blog ini hanya bercerita soal buku dan pengembangan diri saja. Namun apalah dikata, susu anak mahal, pampers anak butuh dibeli dengan uang, akhirnya idealisme itu runtuh hehe..

Kak Winnie dengan bijaknya mengatakan : oh ngga apa-apa, kita semua pernah seperti itu.

Namun kita perlu membatasi mana saja yang bisa kita masukkan ke dalam blog dan mana yang harus kita tuliskan di tempat lain. Berikut hal-hal yang perlu kita perhatikan sebelum memulai personal branding ala Kak Winnie. Tanyakan pada diri sendiri :

membentuk personal branding

pict from : tangkapan layar dari sesi sharing bersama kak Satya Winnie

Mari kita tuliskan, kita ingin dikenal sebagai siapa? Apa tujuan kita ingin dikenal orang? Apa kelebihan kita? Gali apa yang menjadi kelebihan kita dan fokuskan untuk mendalami itu hingga menjadi seorang expert. Kalau masih belum tahu apa yang menjadi kelebihan dari diri kita, bisa berangkat dari apa yang paling kita gemari? Apa yang membedakan kita dari orang lain?

Karena saya suka sekali buku, saya ingin jadi blogger yang membahas banyak buku dan kaitannya dengan kehidupan kita sebagai manusia. Semacam itu.

Yang tak kalah penting adalah poin 6, hal apa yang harus aku lakukan untuk membuat personal branding kuat? Apakah aku butuh coaching?

Biasanya ketika kita sudah memiliki satu pencapaian, akan ada banyak orang yang bertanya-tanya, bagaimana kita bisa mendapatkan pencapaian itu? Personal branding ini bisa ditunjang dengan kemampuan kita untuk berbicara di depan orang banyak atau yang biasa disebut dengan public speaking. Kan suatu saat kita harus berbagi ilmu. Seperti mengadakan sesi sharing misalnya.

Bagaimana kalau saya ngga bisa bicara di depan orang banyak Kak?

Maka kita harus perkuat personal branding kita dengan mengikuti kursus public speaking mungkin? Inilah yang akan meningkatkan self value dan juga kepercayaan diri kita.

Membangun personal branding memang tidak sama dengan menjadi populer atau menjadi influencer. Namun menjadi populer bisa membantu kita sekaligus meningkatkan nilai jual itu sendiri. Lifestyle blogger bolehlah, tapi lifestyle yang kemana? Apakah lifestyle yang cenderung ke pendidikan? Atau lingkungan? Atau beauty? Yuk kita pikirkan dari sekarang.

Bagaimana Caranya Menjadi Authentic?

Strategi menjadi Autentik

tangkapan layar dari sesi sharing bersama kak Satya Winnie

Ada empat hal yang dibagikan Kak Winnie pada kami sore itu untuk bisa menjadi autentik.

Hal pertama adalah testimoni. Kita bisa bertanya pada teman-teman sekitar kita yang biasanya mengikuti kegiatan kita di media sosial. Bagaimana pandangan mereka terhadap kita? Apakah kita sudah dikenal sebagai seseorang yang kita inginkan? Kalau belum, banyak-banyaklah mengeskpos kegiatan atau sesuatu yang berhubungan dengan itu.

Orang tidak akan tahu kalau kita blogger kalau tidak pernah ada promosi tentang tulisan kita di sosial media itu sendiri. Orang hanya akan tahu kita sama seperti mereka.

Lalu yang kedua adalah passion. Seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya bahwa kita harus menggali potensi diri atau hobi yang bisa kita kembangkan. Kalau tidak tahu apa yang menjadi potensi diri kita, akan sulit untuk melangkah menuju keautentikan itu sendiri. Yuk, segera temukan itu dan kembangkan.

Ketiga adalah research, dalam hal ini nama blog atau ide yang akan kita kembangkan juga termasuk salah satu yang harus kita perhatikan lho. Apakah ada yang memakai nama tersebut sebelumnya? Apakah nama atau brand kita mudah diingat? Inilah salah satu jalan membangun personal branding di media sosial maupun di blog.

membangun personal branding di media sosial

Dulunya Kak Winnie menulis di blog dengan nama kakiseribuku. Namun beliau menilai bahwa kakiseribuku adalah nama yang aneh dan tidak mudah diingat oleh semua orang. Lagipula nama tersebut tidak dapat merepresentasikan bahwa ini lho Winnie! Kalau kita ingin dikenal oleh orang, sebaiknya memang memakai nama asli, oleh karena itu kak Winnie saat itu benar-benar merombak semuanya menjadi : satyawinnie.com.

Jadi ketika ada orang yang membaca dan mengingat tulisan beliau di blog, oh si Winnie ini traveler yang rambutnya panjang dan suka traveling sendirian. Begitulah personal branding itu akhirnya melekat dan menjadi nilai keunikan diri kita masing-masing.

Keempat yang tak kalah penting adalah platform. Kita bisa mulai menemukan platform mana yang bisa kita gunakan untuk ‘unjuk diri’. Mana yang cocok dengan “target pasar” kita. Apakah instagram? Linked-in? Twitter? Cara membangun personal branding di facebook, instagram, maupun blog kurang lebih sama ya.

Pilih yang cocok dan sesuai dengan dirimu 🙂

Lalu setelah kita sudah “cukup” dikenal dengan branding yang kita inginkan, apa langkah selanjutnya?

Kembangkan Personal Branding-mu

mengembangkan personal branding

tangkapan layar dari sesi sharing bersama kak Satya Winnie

Salah satu contoh personal branding yang dilakukan Kak Winnie adalah dengan menulis di blog. Meskipun dulunya Kak Winnie punya cita-cita untuk menjadi salah satu presenter Jejak Petualang. Beliau bercerita sudah beberapa kali ia mengikuti casting namun selalu berujung pada kegagalan. Namun kalau boleh dibilang sih menurut saya bukan kegagalan, tapi satu langkah lebih dekat menuju pintu kesuksesan lainnya.

Setelah Kak Winnie dikenal sebagai travel blogger dengan ikonnya sendiri, ia kemudian menyusun visi dan target selanjutnya. Inilah yang menarik bagi saya.

Jadi kita tuh memang harus punya ambisi untuk mencapai sesuatu. Jangan berhenti ketika orang sudah mengenal kita sebagai blogger. Titik. Lalu apa? Apa yang harus kita lakukan setelah dikenal sebagai seorang blogger? Bukankah blogger saja tidak cukup? Blogger jumlahnya ratusan ribu bahkan jutaan di dunia ini kan.

Maka ketika Kak Winnie bercerita bahwa beliau punya goals untuk tampil di layar kaca sebagai seorang travel blogger, beliau mulai mengikuti casting dan banyak hal lain. Namun ketika belum tercapai, siapa sangka justru Kak Winnie ditawari sebuah brand shampoo terkemuka yang ingin menjadikan Kak Winnie sebagai bintang iklannya.

Bintang yang merepresentasikan bahwa perempuan Indonesia berkulit sawo matang dan cerdas ini adalah seorang travel blogger berambut panjang dan indah. Oh ini lho Satya Winnie.

Begitulah. Kira-kira apa nih ambisi atau impian teman-teman? Jangan berhenti hanya sebagai blogger ya. Orang-orang harus mengenal lebih khusus lagi tentang kita. Apakah sebagai beauty blogger dengan segudang prestasinya di dunia menulis? Apakah sebagai lifestyle blogger dengan jutaan buku di dalam kepalanya? Yuk kita pikirkan dan kembangkan itu mulai sekarang.

Selanjutnya, lakukan hal-hal yang disarankan kak Winnie : dimulai dari menyusun goalsupdate sosial media dengan terjadwal, pilih username yang unik (namun nama asli akan jadi lebih baik), memulai dengan hobi atau aktivitas kecil yang kita sukai, choose your overall look baik di sosial media maupun di kehidupan nyata, membuat konten yang interaktif dan berinteraksilah dengan follower kita, dan bergabung dengan komunitas tentu akan sangat membantu menumbuhkan personal branding kita.

personal branding di media sosial

tangkapan layar dari sesi sharing bersama kak Satya Winnie

Be Yourself in a good way dalam Membangun Personal Branding

Selanjutnya yang tak kalah penting adalah jadilah diri sendiri. Inilah yang akan menjadikan diri kita unik di mata orang lain. Membangun personal branding adalah salah satu fungsi untuk menemukan diri sendiri juga lho menurut saya. Kita akan tahu kemampuan dan kebahagiaan kita ketika berhasil membangun personal branding itu sendiri.

Tidak ada kata terlambat untuk membangun personal branding. Ketika kita gagal, dikhianati, atau bahkan karya kita dicopas orang lain, kita boleh marah, kita boleh emosi tapi jangan sampai itu menjadi boomerang untuk diri kita sendiri karena kita tidak mampu menahan emosi itu dan membicarakan keburukan orang lain di media sosial.

Menjadi diri sendiri bukan harus membuka secara keseluruhan tentang diri kita. Lalu menulis semua emosi kita, engga. Hei! Ini sosial media. Kalau kita membangun personal branding di media sosial, orang akan melihat apa yang kita posting. Jadi pikirkan 2x.  – Satya Winnie-

Setidaknya lakukan A B C D E F G H ini ya, resep dari Kak Winnie untuk membangun personal branding :

contoh personal branding

tangkapan layar dari sesi sharing bersama kak Satya Winnie

Ketika Idealisme Runtuh Karena Cuan

Sesi ini yang paling ngena sih saat kami berdiskusi soal personal branding bersama Kak Winnie. Apalagi kalau yang punya blog niche lifestyle. 

Seperti jendelacaca misalnya, awalnya saya hanya ingin menuliskan perihal parenting dan kisah-kisah Caca yang lucu untuk diabadikan dalam blog. Namun ketika ada banyak brand yang mengajak kerjasama, akhirnya saya luluh dan mengorbankan idealisme itu. Sehingga jendelacaca tidak lagi otentik dan berbeda. Ia sama saja dengan jeyjingga dan blog-blog lifstyle yang lain.

Ini menjadi dilema untuk semua content creator kok. Mana yang harus saya pilih? Cuan atau idealisme? Sebenarnya tak salah kok kita menerima itu semua. Namun kita harus punya bridging untuk menjembatani produk atau brand yang masuk dengan niche kita.

Mulai sekarang teliti kembali brand yang masuk, sudahkah sesuai dengan niche? Apakah relevan dengan blog kita? Kalau tidak relevan ya memang seharusnya tidak diterima. Karena akan percuma juga, orang-orang akan menganggap bahwa tulisan kita biasa saja karena sudah terbiasa menuliskan apa saja di blog.

contoh personal branding mahasiswa

Kita harus bikin patokan suatu produk atau brand yang bisa masuk ke dalam blog. Misalnya saja blog parenting, tapi mendapatkan tawaran produk kecantikan. Maka cara membuat jembatan itu bisa dengan : produk kecantikan A mendukung aktivitas Ibu di dapur, atau di luar ruangan ketika menemani anak-anak bermain.

Atau kalau travel blogger yang ditawari skincare misalnya. Kita bisa mengambil sudut pandang bahwa : orang melihat kita sebagai blogger yang akan selalu tertarik dengan hal baru, akan selalu penasaran dan punya rasa ingin tahu tentang suatu produk.

Wah, kemarin ada produk baru B nih, katanya enak ya dipakai? Gimana menurut pendapat teman-teman? Cobain ngga ya?

Kalimat di atas sebagai contoh untuk menjembatani produk yang mungkin jauh dari niche kita tapi masih relevan dan bisa dikaitkan. Sehingga sekali lagi, ketika dihadapkan dengan idealisme, kita perlu mencari tahu sedetail mungkin tentang brand atau produk yang akan masuk ke dalam blog kita. Apakah produknya relevan? Jika memang masih relevan, bagaimana cara menunjukkan antusiasme kita pada produk yang dipasarkan?

Karena bisa jadi brand itu tidak relate dengan kita, namun berguna untuk orang lain kan? Brand yang menawarkan bekerjasama dengan kita tentu karena ia merasa cocok dengan kita. Jadi, gali lebih dalam dan pikirkan cara membangun jembatan itu agar menjadi relevan dan otentik.

Jadi tak mengapa kalau blog kita saat ini gado-gado seperti yang dikatakan orang-orang. Namun mulai sekarang kita harus fokus, gado-gado yang mana? Gado-gado yang pedes? Atau gado-gado enak yang suka nongkrong di depan sekolah? Nah, ini tugas kita sekarang 🙂

Begitu juga dengan media sosial, apa esensi kita menulis di sosial media? Apakah kebahagiaan? Kak Winnie sendiri menganut aliran sosial media yang mendukung bahwa cerita adalah hal yang bisa menjadi daya tariknya sebagai travel blogger hingga mengundang banyak pembaca maupun follower.

Akan ada jalur yang berbeda memang di media sosial khususnya di instagram :

Mau memperkuat branding seperti apa? Ranah visualnya atau ranah storynya? Orang ngga melulu lihat warna dan visualnya, ada kok orang yang juga melihat “sisi ceritanya”. Kita boleh memilih diantara keduanya, atau mungkin dua-duanya.

Namun yang terpenting adalah konsistensinya. Kalau mau lifestyle boleh dibuat jadwal postingan di media sosial. Tiap senin tentang apa, selasa tentang apa, dan seterusnya.

Duh lega sekali ketika Kak Winnie memberikan insightnya saat itu, karena jeyjingga isinya sudah telanjur banyak dan ada kurang lebih 1600 yang sudah terindex google, rasanya sayang untuk merombaknya dari awal atau memulai blog baru dengan nama yang sama. Sehingga saat ini saya akan mengikuti saran dari Kak Winnie, lebih mengerucutkan lagi fokus dari lifestyle itu sendiri.

membangun brand ala zine.id

Atau mau seperti Zine.id? Salah satu contoh media berita multi platform yang menyajikan berita-berita ringan yang sedang viral dan trending? Apa bedanya dengan yang lainnya? Zine.id tentu punya branding bahwa ia tidak hanya sekadar media berita yang menyajikan berita-berita ringan yang sedang viral dan trending tapi juga menyaring dan menyajikan konten-konten kreatif dan sesuai fakta sebagai sebuah harapan dari terwujudnya demokratisasi informasi di Indonesia.

Inilah nilai otentiknya, karena tidak semua media punya moderasi ya, ditambah punya nilai edukasi untuk pembacanya.

Otentik, Relevan dan Konsisten. Tiga hal inilah yang harus ada dalam personal branding (Satywa Winnie)

Akan menjadi nilai plus ketika kita mampu konsisten dan mau mengembangkan diri.

Mau ngga invest waktu kita, energi, dan extra cost untuk memperdalam skill? Skill fotografi misalnya. Apalagi sekarang kita cari ilmu apa aja ada, gratis pula, balik lagi ke kita. Mau belajar atau ngga?

Mungkin kita berangkat dari basic skill dulu. Berapa nilai basic skill kita? Bisa ngga 10?

Itulah kenapa kita butuh goal dan ambisi ketika membangun personal branding. Kita butuh modal untuk itu.

Berapa lama kita akan dilirik brand setelah membangun personal branding itu?

Yuk catat dan lakukan itu mulai dari sekarang untuk membentuk personal branding sekaligus meraih goal atau impian kita.

Terakhir tentang membangun personal branding : be your self but in a good way.

Semoga bermanfaat ya!