“Musibah itu meruntuhkan keangkuhan, bukan menambah keakuan. Dan wabah itu mendekatkan pada Tuhan, bukan menjauhkan.” (Anonim)

Ada banyak tangisan, rintihan, hingga keajaiban selama dua tahun terakhir ini. Saya kehilangan seorang teman, beberapa guru yang sangat saya hormati dan sayangi, serta beberapa kerabat terdekat lain yang terenggut nyawanya sebab Pandemi.

Suami saya nyaris terancam nyawanya karena infeksi. Begitu juga dengan kakak laki-laki saya di tahun ini. Rasanya pandemi mengajarkan banyak hal pada kami. Bahwa uang, kekuasaan, jabatan, tak ada yang berarti ketika kematian berada tepat di depan kami. Kesehatanlah yang menjadi satu-satunya hal yang harus disyukuri.

indihome charity

Berangkulan Saling Menguatkan

Ada banyak orang terbaring di ICU, UGD, hingga rumah sakit lapangan yang bersedia menukar apa saja yang dimilikinya demi kesembuhan dari virus yang belum ada obatnya ini. Benar, wabah ini mendekatkan kita pada Tuhan. Mendekatkan suami dan istri, orangtua dan anak, menantu dan mertua, semua berangkulan saling menguatkan.

Rasanya tidak masuk akal ketika mendengar salah seorang teman yang masih mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan karena stigma negatif masyarakat tentang penyintas Covid-19. Ada cerita yang saya dengar dari salah seorang blogger senior saat itu. Pengalamannya yang “diasingkan” oleh warga setempat karena dianggap beliau sedang terinfeksi Covid-19.

Saya bertahan hidup dengan berjualan makanan dan minuman di depan rumah. Namun entah bagaimana kabar bahwa saya terinfeksi Covid-19 tersebar di kampung. Padahal saya tidak sakit, tidak juga terinfeksi. Dagangan saya ngga ada yang beli selama beberapa hari. Padahal ya kami makan dan hidup dari sana.

Begitulah kurang lebih keluhan beliau saat kami berada dalam satu forum khusus pemenang lomba blog. Di sana kami bercerita tentang kreatifitas dibalik penulisan yang sudah kami menangkan. Salah satu cerita yang menyentuh hati saya adalah kisah salah satu blogger yang saya sebutkan di atas. Kurang lebih begitulah cerita beliau.

Kemudian saya merasa kufur bahwa selama ini nikmat yang Tuhan berikan pada saya, keluarga dan teman-teman adalah salah satu nikmat terlezat selama hidup. Fitnah di sosial media tidak seberapa dibanding fitnah yang menyebabkan kehilangan mata pencaharian, kehilangan sumur penghasilan sebagaimana yang dialami oleh salah satu teman blogger di atas.

Seharusnya, musibah ini menyatukan kita sebagai sesama manusia. Musibah ini harusnya memberi kesempatan pada kita untuk memperbaiki diri. Bukannya malah menjatuhkan, berbuat kezaliman, menyebar fitnah seperti menebar bulu kemoceng.

Internet dan Gema Kebaikan

Untuk itulah saya sebagai blogger, ibu rumah tangga, dan harapannya sih juga untuk teman-teman influencer, atau pekerja kreatif lainnya di bidang digital sudah sepatutnya untuk ikut memberikan pesan-pesan kebaikan lewat tulisan, foto, maupun video sebagai gema untuk kebaikan lewat internet.

internet cepat

Kita kan tahu ya internet ini perkembangannya seperti apa. Jangkauannya begitu luas dan cepat. Kalau kita tidak mulai dari pesan kebaikan untuk disebarkan, apakah kita akan menjadi orang-orang yang gemar menyebar keburukan? Adanya internet harusnya sih bisa membuat kita menjadi manusia yang lebih responsif dan juga memiliki empati yang tinggi terhadap setiap permasalahan. Bukannya malah senang mencari kambing hitam dari setiap permasalahan dalam hidup kita.

Ada salah satu tulisan dari seorang mentor menulis yang saya sukai tentang sebuah filosofi tentang gema.

Bahwa, sesungguhnya apa yang terjadi pada kita, apa yang kita alami saat ini adalah pantulan dari apa yang kita katakan. Apakah itu dikatakan secara verbal dengan suara, atau dalam hati maupun dengan pikiran. Suara dengan mulut, suara hati dan suara  pikiran, prinsipnya sama. Hanya berbeda dalam kekuatan daya pantul saja.

Kemampuan dengar manusia hanya sampai 90 dB. Namun, pada kondisi demikian, manusia sudah tersiksa. Kondisi nyaman yang dianjurkan 55 dB.

Namun, suara pikiran memiliki kekuatan yang tak terhingga.  Apa yang kita pikirkan dan yakini, itulah yang akan terjadi pada kita. Itu sebabnya, orang yang berpikir tentang hal-hal besar akan memperoleh sesuatu yang besar pula.

Untuk memperoleh gema dari pikiran besar itu, sesuai ilmu fisika. Dibutuhkan jarak yang cukup besar (pada suara 16,2 m). Jika tidak, maka output yang diperoleh bukan gema. Melainkan gaung (dalam ilmu fisika, gaung berarti suara yang tidak jelas). Itu artinya, diperlukan  perpindahan, dari ruang sempit ke ruang yang lebih luas. Hijrah dari kebodohan ke “pintar”.  Hijrah dari “tidak mungkin”  menjadi  “mungkin”.

Hentikan semua pikiran negative, karena sesungguhnya hal negative yang dipikirkan itu, akan berbalik pada diri sendiri. Hentikan berpikir tentang jeleknya orang, karena sesaat setelah pikiran itu. Maka, kau dapati dirimu sendiri yang jelek. Hentikan berpikir kecil. Karena, sesaat setelah itu, kau akan tetap akan kecil selamanya.

Gemakan hal yang besar. Karena, setelah itu kau akan dapati, dirimu menjadi besar sendiri. (Kompasiana/Iskandar Zulkarnain)

Setidaknya begitulah prinsip kebaikan yang bisa kita gemakan lewat internet. Mari kita pilih, gemakan kebaikan atau keburukan?

Connectivity, Creativity, dan Charity IndiHome Untuk Bangsa

Tidak hanya menebar kebaikan selama pandemi, namun IndiHome juga memastikan bahwa konektivitas dan kreatifitas anak bangsa pun juga patut didukung bersama internet nomor satu di Indonesia. Banyak internet masuk desa melalui jaringan IndiHome yang luas sehingga anak-anak pun bisa belajar daring dengan tenang selama pandemi.

charity indihome

Connectivity yang menjadi tagline IndiHome ini benar-benar menolong kita selama pandemi sehingga setiap orang bisa melaksanakan aktivitas tanpa batas meskipun di rumah saja. Internet cepat yang dimiliki IndiHome setidaknya membuat saya dan keluarga besar bisa saling terhubung meskipun tak mampu berjabat tangan karena pembatasan sosial berskala besar beberapa waktu lalu.

IndiHome juga menyediakan wadah untuk blogger melalui beberapa acara bloggerdays yang pernah saya ikuti bersama IndiHome. Selain itu IndiHome juga memberi wadah bagi mereka yang ingin menyebarkan kebaikan lewat kreatifitas dalam memotret obyek, membuat video, hingga mendukung majunya academy e-Sport di Indonesia.

Selain connectivity dan creativity tanpa batas yang diberikan oleh IndiHome, ada satu hal lagi yang saya sukai. Yakni ketika banyak orang meluangkan waktunya untuk kebaikan. Tak terkecuali dengan IndiHome. Salah satu wujud nyata yang dilakukan IndiHome untuk membantu sesamanya yakni melalui program Charity IndiHome 2021.

IndiHome, Internetnya Indonesia yang kita kenal sebagai layanan fixed broadband milik PT Telkom Indonesia ini membuktikan baktinya pada negeri. Tidak hanya Connectivity dan Creativitynya, tapi juga melalui program IndiHome Charity, telah disalurkan alokasi dana senilai Rp 420 juta bagi seluruh masyarakat Indonesia yang terdampak pandemi di sekitar wilayah kerja Telkom seluruh Indonesia.

Bertajuk Karya Tanpa Batas Bersama IndiHome, program amal atau IndiHome Charity tersebut bertujuan menghadirkan semangat produktif dan kreatif di tengah masyarakat Indonesia. Dalam prosesnya, pendistribusian diserahkan langsung melalui lembaga, organisasi masyarakat, sekolah, serta yayasan yang sudah ditentukan oleh masing-masing Telkom Regional.

Setiap Telkom Regional mendapat alokasi hingga Rp60 juta, yang dibagi menjadi tiga paket amal yang besarannya disesuaikan kebutuhan pada setiap Telkom Regional. Program IndiHome Charity sekaligus merupakan bagian implementasi misi menyeimbangkan aspek bisnis dan sosial.

charity indihome

Source : IndiHome.co.id

Saya jadi teringat seorang teman yang kehilangan pekerjaannya karena pandemi. Disusul dengan fitnah yang tersebar di kampungnya, sehingga makanan dan minuman yang ia jual sehari-hari pun tak laku satu pun selama beberapa hari. Tentu adanya bantuan dari IndiHome untuk masyarakat sekitar yang terdampak menjadi sangat berarti.

Semangat untuk berbagi dari program Charity IndiHome inilah yang turut menyambung kebahagiaan dan menumbuhkan semangat mereka yang terdampak agar tetap bertahan, kuat dan tangguh menghadapi pandemi.

Hakikat Bahagia Tanpa Batas Bersama IndiHome Charity

IndiHome Charity yang dilakukan selama pandemi tersebut bukan untuk orang lain lho. Tapi juga sebagai wujud IndiHome memberi arti sebuah kebahagiaan.

IndiHome Charity tersebut mengingatkan saya tentang tulisan dari Buya Hamka :

Jika hidup hanya sekedar hidup untuk bekerja, maka kera di hutan pun juga hidup dan bekerja.

Jika hidup hanya untuk memenuhi kebutuhan makan, maka babi di hutan pun demikian.

Maka, jadilah manusia yang punya manfaat. Sehingga hidup tidak hanya sekadar hidup. Karena membawa manfaat pada sesama akan memberikan kebahagiaan pada diri kita. Jadi, tidak akan ada ruginya, kok. Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh seseorang ketika saya mengikutinya dalam majelis beliau tentang hakikat bahagia tanpa batas.

Bisakah kita merasakan bahagia tanpa batas tersebut?

Kisah ini dimulai dari seorang kaya raya yang ditanya oleh temannya, “Apa yang membuatmu bahagia?” lalu dijawablah pertanyaan itu, “Bahagia adalah ketika aku bisa membeli barang mewah yang kuinginkan.”

Lalu ketika keinginan tersebut sudah terpenuhi, makna bahagianya kini berubah. Selama beberapa waktu setelah ia berhasil membeli barang mewah sesuai keinginannya, ia pun merasa bosan. Kebahagiaan yang dirasakannya ternyata hanya sementara saja.

Seorang temannya pun kembali menanyakan pertanyaan yang sama. Jawabannya pun berubah menjadi :

“Bahagia adalah ketika aku bisa mengoleksi barang-barang mewah dan antik.” Tuturnya.

Tak lama kemudian, keinginannya untuk bisa mengoleksi barang-barang mewah itu pun terpenuhi. Kali ini ia pikir kebahagiaannya akan bertahan lama. Namun, ternyata dirinya salah. Kebahagiaan itu masih saja tidak bisa bertahan lama dalam hatinya. Hakikat kebahagiaan itu pun mengusik dirinya.

Tak lama, sahabatnya pun kembali. Kali ini tidak lagi menanyakan arti kebahagiaan versinya.

“Ayo ikut aku,” ucap sahabatnya. Ia pun menurut dan mengikuti kemanapun sahabatnya pergi. Hingga mereka pun sampai di suatu tempat yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnya. Bangunannya mirip rumah pada umumnya, hanya saja di bagian depan nampak papan nama yang menjelaskan rumah apa yang sedang mereka singgahi.

Begitu langkah kakinya sampai di dalam rumah, ia melihat banyak anak yang tidak sempurna fisiknya. Temannya pun menjelaskan bahwa anak-anak itu butuh kursi roda. Tanpa pikir panjang, ia membeli kursi roda untuk semua anak yang membutuhkannya di rumah itu.

Setelah kursi roda datang dan dibagikan untuk setiap anak yang membutuhkan, hatinya terasa lapang. Tidak disadari, bibirnya melukis senyum di wajahnya yang tidak lagi muda. Hatinya hangat melihat senyuman anak-anak yang sedang sibuk memainkan kursi roda milik masing-masing. Gejolak di dadanya tak dapat dibendung. Ia tak pernah merasakan sensasi kebahagiaan sedemikian kuatnya.

Lalu sesaat ketika ia memutuskan untuk undur diri, seorang anak dengan kursi rodanya menghampirinya, dan memegang kaki kanannya. Ia pun berhenti dan menoleh pada anak yang menatapnya tak berkedip dan menyuguhkan senyuman paling manis yang pernah ia lihat.

“Ada apa? Apa kau butuh sesuatu lagi?” tanyanya.

Anak itu hanya menggeleng, sambil tetap tersenyum.

“Lalu? Apa kau ingin kue?” tanyanya lagi, dan dijawab dengan gelengan kepala si anak yang kian keras dibanding sebelumnya. Ia mengerutkan dahinya, bingung. Jika ia tak menginginkan apapun, mengapa ia mencengkeram kakiku begitu kuat? Tanyanya dalam hati.

“Aku hanya ingin melihat wajah Tuan. Menghapalnya. Merekamnya dalam otakku. Jadi jika nanti aku bertemu dengan Tuhanku, aku akan mengatakan bahwa orang inilah yang dulu di dunia membuatku bahagia.” Ucap Sang anak sambil tersenyum lebar.

Begitu mendengar penuturan sang anak, hatinya mendadak sangat sesak, ia pun menangis. Namun tangisannya kali ini adalah tangisan haru dan bahagia. Hatinya pun terasa hangat.

Ternyata, inilah kebahagiaan yang selama ini ia cari dan idam-idamkan. Kebahagiaan yang mendatangkan rahmat, kebahagiaan yang membuat dirinya merasa seperti di awan, kebahagiaan yang tidak akan pernah hilang dari dalam hati dan pikirannya. Kebahagiaan tanpa batas.

Inilah kebahagiaan yang sesungguhnya. Ketika kita bisa membuat orang lain tersenyum merasakan manisnya bahagia. Dan IndiHome Charity telah membantu mewujudkannya 🙂

charity indihome

Referensi Pendukung :

Indihome.co.id