Si Isya, anak saya yang usianya lima tahun akhir-akhir ini suka banget bermain peran. Mulai dari tukang bakso, tukang bikin kue, tukang bikin gelang, sampai jadi tukang jual nasi goreng.

Atas nama Jihaaan~!!

Begitu teriaknya, sambil pura-pura memberikan “hasil karyanya” pada saya. Yang dipanggil Jihan alias Ibunya sendiri sambil menahan ketawa menghampirinya dan mengambil “pesanan”.

Jelas banget Isya meniru Mbak-mbak yang sering ia singgahi di rumah makan, warung, atau kedai kopi saat menemani Ibu dan Bapaknya wwkwkkw. Memang ya, si anak adalah peniru ulung. Sampai-sampai cara pelayanan mbak-mbaknya ikut ditiru juga.

manfaat bermain game untuk anak

Karena sekarang sedang suka sekali dengan sesuatu yang berhubungan dengan kuliner. Entah itu jadi penjual nasi goreng hingga jajanan, Isya juga kerap kali berakting seperti peserta Master Cheff. Oleh karena itu saya mengenalkannya sebuah game edukasi yang berkaitan dengan kuliner, namanya Culinary Schools. Kita bahas selengkapnya nanti yaa setelah pembahasan berikut.

Manfaat Mengenalkan Anak Pada Teknologi Animasi dan Gaming

Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan :

“Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu”

Ungkapan tersebut juga dinukil oleh Socrates yang menguatkan pada pemahaman, pola asuh dan juga pendidikan saya pada anak untuk memperlakukan mereka sesuai zamannya.

Jadi kalau ada yang mendukung anak harus benar-benar jauh dari teknologi digital, saya tidak sepenuhnya setuju. Karena bagaimanapun anak harus dikenalkan dengan digitalisasi yang sudah merambah ke banyak sektor. Bahkan mungkin seluruh aspek dalam kehidupan kita.

Salah satunya anak juga harus akrab dengan apa yang akan mereka “gunakan” nantinya, dalam hal ini teknologi. Entah itu yang berkaitan dengan akademis maupun yang bukan. Pada dasarnya masih banyak kok aplikasi maupun game yang “ramah anak” dengan berbagai pertimbangan yang tentu saja dibuat sesuai usia dan bagaimana stimulus dan respon anak-anak.

Beberapa manfaat anak-anak melihat kartun, bermain game di komputer, tablet, maupun laptop di antaranya sebagai berikut :

  • Membantu anak-anak memulai pembelajaran yang menyenangkan dan tidak monoton serta interaktif. Tentu saja kartun atau gamenya disesuaikan dengan usia dan juga kemampuan konsentrasi anak.
  • Membantu mengembangkan keterampilan kognitif pada anak seperti bekerja dan memori jangka panjang, perhatian yang berkelanjutan, logika dan penalaran, pemrosesan visual dan juga pendengaran. Hal ini alhamdulillah membuat Isya lebih kreatif dan membuat prakarya “nyata” dari benda-benda di sekitarnya.
  • Mengenalkan anak terhadap berbagai bahasa sehingga kemampuan linguistik anak semakin berkembang.
  • Membantu anak meningkatkan imajinasi dan juga kreativitas. Anak saya bahkan mampu memikirkan ide-ide baru yang terinspirasi dari game yang dimainkannya begitu juga dengan apa yang dia tonton (dalam pengawasan saya dan Bapaknya). Isya juga sering “menceritakan kembali” apa yang ia dengar dan lihat dengan runtut, sehingga tentu saja hal ini bermanfaat untuk perkembangan logikanya.
  • Sebagai sarana hiburan dan membangun kepercayaan diri yang baik.

Senang sekali akhirnya bisa menemukan game yang bikin anak saya betah sekaligus sebagai media pembelajaran untuknya.

Culinary Schools Ajak Anak Mengenal “Kitchen”

Kitchen Set di rumah memang dibuat agak “tinggi” dan jelas tidak bisa dijangkau oleh Isya, anak saya. Sehingga mau tidak mau kadang kami “mengerjakan” pekerjaan dapur bersama-sama di meja makan kecuali cuci piring hehehe.. 

Kalau sedang tidak di rumah sendiri (kami sering banget bolak balik ke rumah Kakeknya Isya juga) pada akhirnya Culinary Schools adalah solusinya hehe.. 

Ada banyak banget game di dalamnya. Saya pikir cocok banget dimainkan oleh anak-anak, juga Ibu-Ibu seperti saya yang mungkin butuh healing barang sebentar saja. Salah satunya ini nih:

Game yang bikin anak-anak belajar tentang membuat sebuah hidangan. Dalam game ini, justru saya senang karena Isya juga bisa berlatih Bahasa Inggris sederhana tentang bahan-bahan makanan dan juga alat-alat di dapur. Kali ini, kita mau bikin chocolate cake nih!

cullinary food game

Caranya gimana ya? Step berikutnya kita akan diberi petunjuk lewat kalimat sederhana seperti gambar di bawah ini. Jadi ilmu baru juga lho untuk saya sebagai Ibu yang jarang banget baking. Setidaknya saya tahu apa saja yang dibutuhkan untuk membuat sebuah chocolate cake. 

Ketika diklik, di dalam kulkas sudah ada bahan-bahan seperti yellow bowl, egg, cocoa, dan lainnya. Anak akan belajar apa saja yang harus diambil dari dalam kulkas dan juga apa saja alat yang diperlukan. Seperti steve, spatula, dan lainnya.

Setelah mempersiapkan bahan-bahan, kita juga akan diberi petunjuk tentang cara pembuatan. Seperti yang ada di dalam gambar berikut :

Mudah kan? Tinggal mengikuti saja langkah demi langkah yang diberikan oleh Culinary Schools dengan baik sampai chocolate cake yang diminta bisa dihidangkan! Yey!

Nah game berikutnya yang saya jelajahi bersama Isya adalah Cooking Truck Restaurant. Jadi game ini tidak jauh berbeda dengan game sebelumnya. Hanya saja dalam Cooking Truck Restaurant, kita tidak diberi petunjuk berupa teks. Hanya ada gambar yang dipesan oleh “pelanggan”, dan kita sebagai pembeli harus menyesuaikan pesanan yang ada.

cullinary schools game

Tuh kan, semakin tinggi levelnya semakin rumit pesanan dan semakin singkat waktu yang diberikan oleh “pelanggan”. Agak nervous juga nih si Isya, dan tak jarang dia ngamuk-ngamuk karena gagal membuat pesanan. Wkkwkwkw, dari sinilah saya memberinya pengertian dan melatihnya untuk belajar mengelola emosi.

Eaa, bisaan nih! Tapi benar lho, kontrol emosi melalui game seperti ini juga akan melatihnya menjadi orang yang lebih baik, ngga gampang emosian di kehidupan nyata. Hehehe..

cullinary schools game

Karena saya dan Isya memang suka banget dengan game yang berbau masak-masak dan pelayanan seperti ini, akhirnya game ketiga juga bertema Serving Eaters on Kids Food Game. Cara mainnya sama dengan Food truck restaurant di atas, namun yang satu ini menurut saya lebih rumit. Karena kalau salah ambil bahan, ngga bisa ngulang. Atau mungkin saya aja nih yang belum menemukan caranya.

cullinary schools game

Untuk teman-teman yang kepo dengan game seperti yang saya mainkan dengan Isya di atas, boleh banget lho mengunjungi Website Culinary Schools di sini.

Yang paling saya suka adalah animasi yang tidak berlebihan dan slow untuk anak-anak, jadi mereka tidak akan terpapar over stimulasi yang menyebabkan susah berkonsentrasi di dunia nyata. Justru karena game yang slow dan animasi yang sederhana seperti ini membuat Isya penasaran bagaimana cara membuatnya.

Syukur-syukur nih besok dia ingin jadi programer yang bikin game juga ya kan.

Yuk coba mainkan Culinary Schools di perangkatmu. Sederhana dan tidak perlu instal macam-macam kok. Ditambah game ini juga tidak ada iklannya sama sekali di tengah permainan, jadi ngga bikin emosi deh wkwkw. Pilihan game nya juga banyak banget, dijamin tidak akan bosan!

Selamat mencoba yaa!