Ada satu buku yang menyita waktu saya di penghujung akhir 2018 ini.
Buku terjemahan yang ternyata mudah dipahami. Biasanya buku terjemahan lebih susah ya untuk dipahami apalagi banyak istilah-istilah kedokteran yang kadang ngga nyambung. Namun nyatanya buku ini MasyaAllah penuh ilmu dan manfaat banget untuk saya.
Judulnya Emotional Intelligence karya Daniel Goleman. Mengapa favorit? Karena banyak hal baru yang saya pelajari dari sini. Bahkan bahasan banyak bab yang ditulis dalam buku ini bisa saya tulis kembali dengan menggabungkan beberapa sumber lain dari jurnal dan menjadi sebuah artikel tentang science dan psikologi.
Persoalan mendasar yang masih saja melekat pada budaya dan pendidikan kita. Apakah IQ adalah takdir? Ternyata tidak sebagaimana yang lumrah kita pikirkan. Dalam buku ini dijabarkan berbagai penelitian dan eksperimen sosial yang memperlihatkan mengapa orang ber-IQ tinggi mengalami kegagalan dan orang yang ber-IQ rendah kadang menjadi sangat sukses. Penyebabnya adalah kecerdasan emosional yang mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat, motivasi diri, empati serta kecakapan sosial.
Kabar membahagiakannya, kecerdasan emosional tidak ditentukan sejak lahir.
Bagaimana kecerdasan ini terbentuk? Dibahas lengkap dalam buku ini dengan dasar-dasar ilmiah yang tak diragukan lagi.
Duh jatuh cinta banget pokoknya sama isinya ❤️
#gerakanonedayonepost #desemberbercerita