Jujur saja novel Dan Brown selalu berhasil membuat saya terpukau dan terkecoh. Meskipun sudah membaca karya-karya nya yang lain, tetap saja “muslihat” nya hampir-hampir selalu tak tertebak, kecuali Digital Fortress kemarin (kebetulan tebakannya benar, hehe).
Deception Point ini cocok banget memang dibaca saat iklim Pemilu seperti ini. Apalagi tahun depan kita memilih Presiden baru sebagaimana yang berlangsung pada cerita Deception Point. Politik itu kotor. Politik itu rusuh. Politik itu jahat. Benar adanya. Namun jika semua itu berada di bawah kekuasaan orang yang jahat.
Tindakan heroik Rachel sebagai anak dari Senator yang mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika mengingatkan saya bahwa ketidakpedulian kita terhadap politik di Indonesia akan membawa masa depan bangsa ini menjadi lebih buruk. Jika orang-orang baik semuanya diam, maka sama saja kita membiarkan orang jahat menguasai panggung politik di negeri kita. Jadi, jangan sampai tindakan ketidak pedulianmu itu dapat merugikan orang-orang baik yang tengah memperjuangkan bangsamu di panggung Pemerintahan. Lakukan apa saja yang kau bisa untuk bangsa yang lebih baik, lebih mandiri dan lebih berprestasi.
Kita tidak akan pernah tahu tipuan apalagi yang dirancang dan dilakukan oleh para petinggi di White House, begitu pula Rachel dan ilmuwan sipil lainnya yang terperangkap dan terancam hidupnya demi kestabilan nasional yang didengungkan oleh orang-orang suruhan Presiden. Lalu, siapakah sebenarnya dalang di balik seluruh kejahatan dan kebohongan publik ini? Lawan politik Presiden kah? Atau justru Presiden itu sendiri?
Baru selesai Reread beberapa hari yang lalu untuk bisa menulis review. Akhirnya jadi kepingin punya sendiri buku seri Dan Brown ini, huhu.
#bookreview #gerakanoneweekonebook #DeceptionPoint