Untuk membahas buku ini mungkin sudah ketinggalan zaman ya, buku jadul yang booming saat saya masih SMA. Tapi tak apa lah ya, siapa tau ada yang belum baca.
Dulu ketika ada keinginan untuk membaca Digital Fortress sempat terhalang karena tidak punya uang untuk beli sendiri, mau pinjem pun antreannya sangat lama, jadi pelan-pelan terlupakan dengan buku-buku lain hingga sekarang.
Sempet di-becanda-in teman soal ini, “Loh jadi kamu belum baca?” Hehe, begitulah hingga buku ini sampai di tanganku beberapa pekan lalu, hasil bertukar bacaan bersama sahabat.
Sudah tidak diragukan lagi dong ya bagaimana tulisan Dan Brown. Selalu cemerlang dan mengejutkan di tiap chapter. Membaca Digital Fortress mengingatkanku pada zaman dimana warnet selalu jadi tempat tongkrongan di masa itu. Mengingatkan tentang 3 setengah floppy yang banyak kita sebut disket untuk media mengumpulkan tugas TIK. Mengingatkanku tentang Yahoo Messenger yang kemarin sudah resmi ditutup, dan masih banyak lagi kenangan di masa itu.
Dan Brown seperti biasa selalu melakukan riset terdalam tentang apa yang ditulisnya. Jujur saja, konflik yang dia ciptakan begitu kompleks dan membuatku sempat terkecoh menebak siapa sebenarnya dalang dibalik kejadian demi kejadian. Begitu rapi dan berakhir fantastis, dan yang paling melegakanku adalah berakhir dengan bahagia.
Salam terakhir dariku, Quis custodiet ipsos custodes 😉
Nah, bagi yang belum membacanya segera buru bukunya dan siapkan cemilan dan teh hangat untuk teman berimajinasimu. Selamat membaca! 🙂
#gerakanoneweekonebook #oneweekonebook #bookreview