“Terimakasih sudah menyenangkanku malam ini. Aku tidak akan melupakannya seumur hidupku.”

“Apapun kulakukan untukmu. Selamat malam, selamat tidur.”

Pangeranku pun pergi di tengah gerimis hujan. Menuju kota sebelah, tempat tinggalnya yang nyaman.

Sesampainya di rumah, aku segera bersih diri setelah seharian bermain bersama pujaan hati di sebuah tempat wisata yang baru dibuka. Sudah lama aku menginginkannya, akhirnya hari ini dia memenuhi inginku. Betapa berbunganya hatiku. Seolah tak ada hal lain yang membuatku bahagia selain dirinya.

“Hati-hati ya mas.” segera aku mengirim sebuah pesan singkat untuknya melalui gawaiku.

Tak lama aku memejamkan mata, merasakan lelah yang membahagiakan, handphone ku berbunyi. Sebuah telephone dari nomor tak dikenal.

“Halo?”

“Halo, benar dengan Rere?” tanya sebuah suara parau di seberang. Seorang wanita.

“Iya benar, ini siapa?”

“Ini Ida, pacar Dani.” ucap wanita di ujung telephone yang seketika membuatku terduduk lemas. Deg!

“Pacar?” aku bertanya menyelidik.

“Iya, aku sama Dani sudah pacaran 4 tahun lebih. Aku mau kamu tau bahwa dia pacarku. Tolong, menjauh lah dari Dani.”

“Iya, maaf. Terimakasih sudah memberitahuku Mbak.” ucapku seraya segera menutup telephone dan segera menghubungi lelaki yang baru saja membawaku terbang malam ini.

Hanya butuh waktu satu menit untuk membuat telephone ku dijawab oleh lelakiku.

“Mas, siapa Ida?”

“Bukan siapa-siapa dek.”

“Jangan bohong. Barusan dia nelpon aku. Kalo emang bener, kita putus.”

“Jangan dek, tunggu! Aku bisa jelasin ke kamu.” suara di seberang tampak panik.

Aku tak peduli. Segera kuakhiri pembicaraan. Kubanting handphone pemberiannya keras-keras ke lantai.

Aku menangisi satu tahun kebodohanku mempercayainya.

#oneweekonepost