Sebelum membahas lebih dalam, ada baiknya nih teman-teman tahu apa itu sebenarnya Digital Minimalism?
Digital Minimalism adalah filosofi penggunaan teknologi dimana seseorang memusatkan waktu onlinenya hanya pada segelintir aktivitas yang telah ia pilih dengan cermat dan membawa manfaat optimal bagi dirinya. (Cal Newport, Penulis Buku Digital Minimalism)
Dengan kata lain, seorang Digital Minimalism tidak akan menggubris atau akan membiarkan aktivitas online yang tidak akan memberinya nilai tambah untuk kehidupannya. Dan itu semua dilakukan dengan senang hati.
Sebagaimana yang juga disampaikan oleh Yuval Noah Hariri bahwa dunia yang sangat berisik dan penuh dengan gelombang tsunami informasi ini sungguh tidak relevan lagi. Oleh karena itu kejernihan berpikir adalah kekuatan tersendiri bagi manusia yang hidup di dunia saat ini.
Sadar atau tidak, tsunami informasi memang memberikan banyak “gangguan” di samping manfaatnya yang juga tidak bisa kita abaikan.
Oleh karena itu meskipun istilah Digital Minimalism ini baru-baru saja saya dengar, namun idenya sungguh menggelitik dan memberikan tantangan sendiri bagi saya yang sudah dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang tak relevan dan juga mengganggu hidup.
So, inilah Digital Minimalism versi Jeyjingga yang sudah saya putuskan untuk dilakukan sejak satu minggu yang lalu dan lumayan mendapatkan manfaatnya akhir-akhir ini. Harapannya apa yang sudah saya lakukan dalam rangka menjadi Digital Minimalism dapat seterusnya dipraktikkan secara konsisten untuk kehidupan yang lebih baik ke depannya.
Langkah Nyata Menuju Digital Minimalism Versi Jeyjingga
So, here we go, inilah yang saya lakukan :
1. Filtering Aplikasi yang ada di Dalam Handphone
Langkah awal ini sebenarnya karena memori di gawai saya tersisa tidak lebih dari 20GB saja, dan untuk iphone itu sudah menuju ambang batas yang tidak bisa ditolerir. Padahal saya sudah berlangganan icloud dan juga google storage, namun ternyata bukan foto dan video yang menyita 128GB memori dalam handphone saya. Lalu apa dong? Jawabannya adalah aplikasi.
Untuk whatsapp saja membutuhkan 9GB sendiri. Duh rasanya galau banget dan akhirnya saya menyortir aplikasi mana saja yang sekiranya tidak memberikan manfaat atau nilai tambah dalam hidup saya. Kalau whatsapp sudah jelas ya tidak mungkin saya hilangkan meskipun aplikasi tersebut menyita memori paling besar.
Ada beberapa aplikasi yang akhirnya saya hapus dan menurut saya bisa dilakukan di laptop atau iPad, termasuk Netflix yang menyita cukup banyak tempat. Alhamdulillah, ternyata apa yang saya lakukan ini adalah salah satu bentuk Digital Minimalism.
Sehingga ketika nanti saya ingin “membunuh” waktu, nampaknya saya punya pilihan lain yang lebih bermanfaat daripada harus nonton Netflix wkwkw. Mengerjakan cicilan tulisan untuk buku kedua saya misalnya? Atau membaca buku untuk mempertajam diksi, memperkaya kosa kata dan juga memperluas pengetahuan misalnya? Nah, ternyata ada banyak hal yang bisa kita lakukan lho!
2. Menghapus Salah Satu Sosial Media yang “Tidak Penting”
Dalam hal ini saya akhirnya merelakan Facebook untuk saya hapus dari handphone karena merasa kurang mendapatkan manfaat darinya. Kalau untuk urusan pekerjaan yang mengharuskan saya posting di Facebook nampaknya saya masih bisa mengaksesnya melalui laptop.
Sebenarnya pengen banget menghapus twitter, tapi nampaknya tidak bisa karena urusan pekerjaan. Sejujurnya twitter adalah salah satu media sosial yang banyak menyita waktu saya dan akhirnya bikin FOMO. Semoga saja tahun depan sudah bisa menghapus twitter ya!
3. Membisukan Notifikasi Aplikasi Chat
Hal ini sudah lama saya lakukan, akhirnya yang bunyi hanya notifikasi email yang tentu berhubungan langsung dengan pekerjaan saya sebagai blogger ya.
4. Meluangkan Waktu Untuk Kegiatan Positif
Lakukan hal menyenangkan di luar sana tanpa harus berhubungan langsung dengan teknologi. Jika teman-teman menyukai kerajinan tangan, maka lakukanlah. Luangkan waktu untuk membaca buku jika memang teman-teman suka membaca buku.
Bisa juga mengikuti challenge komunitas online maupun offline untuk membaca buku dengan tema tertentu.
Atau bisa juga dengan mengalihkannya ke musik, bermain sepatu roda, menulis, journaling, dan masih banyak lagi hal positif yang bisa teman-teman lakukan di luar sana.
Teman-teman juga bisa mengisi waktu dengan rutin berolahraga setiap hari di samping melakukan hal-hal yang disukai.
Kenapa Sih Kita Harus Protektif dengan Atensi Kita?
Karena apa yang kita lihat dan juga dengar sangat berpengaruh terhadap cara pandang dan juga kualitas hidup yang kita miliki.
Menggunakan terlalu banyak teknologi digital pada akhirnya membuat pikiran kita keruh, sulit fokus. Penelitian mengatakan bahwa orang yang sulit fokus sebenarnya karena terlalu banyak informasi di kepalanya dan cenderung selalu berpikiran negatif.
Lebih sering cemas, lelah mental, bahkan mengarah pada depresi. Sering bukan kita jumpai fenomena tersebut akhir-akhir ini? Bahkan angka bunuh diri melonjak drastis di berbagai negara. Ternyata, bukan karena mental mereka yang lemah dibanding generasi terdahulu. Namun, memang karena paparan informasi yang terus menerus hingga membebani otak kita.
Kalau sudah begini, bagaimana bisa kita menjadi individu yang produktif dan sehat?
Sampai sini, tentu teman-teman memahami ya kenapa anak-anak memang kalau bisa tidak memegang handphone terlebih dahulu sebelum ia benar-benar membutuhkan. Bahkan Steve Jobs sendiri tidak mengizinkan anaknya menggunakan iPad maupun ponsel pintar sebelum cukup umur lho!
Lalu Jack Dorcey melakukan meditasi satu jam setiap hari untuk menjernihkan pikirannya dari tsunami informasi yang begitu menguras pikiran. Mereka semua tahu bahwa dampak buruk penggunaan teknologi yang tidak cermat dan juga tidak bijak dapat memberikan beban yang bisa saja tidak bisa dipikul hingga mengakibatkan pada gangguan mental.
Kalau kita sebagai umat Islam alhamdulillah sudah disyariatkan untuk mendirikan shalat 5 waktu yang dapat menyeimbangkan itu semua. Namun tentu saja itu kurang kan?
Oleh karena itu teman-teman juga butuh olahraga dan juga ibadah tambahan seperti mendengarkan kajian dengan bahasan keilmuan positif, mengaji, dan juga meluangkan waktu untuk kegiatan sosial yang mendatangkan kebahagiaan untuk orang lain dan juga diri sendiri.
Itulah Digital Minimalism versi Jeyjingga yang sudah saya lakukan hingga saat ini. Bagaimana Digital Minimalism versi teman-teman nih? Bagikan pengalamanmu di kolom komentar yuk!
Referensi :
Youtube Greatmind
Oh iya, baca tulisan teman saya yang lain juga soal digital minimalism di sini yuk!
Waww, so gewddd jeyjingga for another insight, trnyta penting ya ‘digital minimalism’ itu, mengingat memori gawai sy pun terbatas. Thankyou!
Aku kayaknya masih belum banyak menerapkan digital minimalism. Padahal, aku menyadari kalau sebagian besar waktuku sudah habis bersama gawai.
Rasanya, aku ingin mulai membatasi. Tapi, niatnya belum cukup kuat hingga belum ada usaha yang terlihat hingga saat ini.
Kayaknya, aku sudah harus memaksa diri untuk menyortir teknologi mana yang harus kubatasi penggunaannya dah.
Wahh setujuu mbakk. Kalau sudah menerapkan digital minimalism maka akan sadar dan gak buang waktu untuk scroll medsos terus HP teruuus lalu ghibah online atau komen di postingan artis. Malah komen2 di sana bisa ada yg toxic euy. Kudu di-cut yaa.
Samaa untuk efbe buka di laptop kan bisa dan jarang dibuka, ini juni dibuka terus karena ikut event nulis sih, july bisa jarang2 lagi.
Sammma. Aku juga udah install FB di HP. Apalagi IG nyambung ke FB. Paling intip FB aja dari PC.
Akibat jarang dibuka, sekarang jadi aneh loh liat status-status FB. Kayak…masih zaman gitu yah curhat di FB?…haha…
Yg bikin pusing juga. Semua bank sekarang pakai aplikasi, e-wallet. Belum lagi iming-iming toko online & booking-booking…semua pakai aplikasi.
Bener banget kak. Banjir informasi tuh bnyk sekali. Kdg kita ampe bingung informasi yg benar tuh yg mana, bahkan dr media besar sekalipun. Butuh cek ricek segala sisi utk mendapatkan informasi penting yg kita inginkan.
Aku pun jg matikan notifikasi chat, bahkan suarapun jg aku matikan. Begitu jg telepon. Ntr kalo ada yg pntg ya biar chat.
Tanpa saya rencanakan, saya juga menerapkan digital minimalism. Sama sih, awalnya karena galau dengan internal storage. Berikutnya karena alasan kesibukan sehingga hanya aplikasi tertentu yang sering saya buka. Lumayan jadi terjaga mata dan pikiran saya dari hal-hal tak penting yang berseliweran di media-media itu.
wah aku paling sepakat sama filtering aplikasi di ponsel, yang sudah tidak digunakan nih. selain karena kapasitas penyimpanan yang terbatas, juga kalau enggak dipakai dalam waktu lama, ya udah malah lupa juga sih.
nah, aku juga menerapkan membisukan notifikasi aplikasi chat tapi lebih tepatnya untuk group chat yang ramai hehehehe agar lebih tenang
Menurutku digital minimalism memang penting, mengingat efek gadget untuk kesehatan sendiri juga tidak baik, terlebih jika kita sering fokus kepada dunia digital saja maka tugas rumah juga akan berpengaruh menjadi terganggu bahkan tertunda. Kita juga butuh istirahat jauh dari gadget dan sejenisnya.
Sebenarnya emang capek kalau terus terpapar media sosial. Tapi beneran susah untuk yang usahanya memang harus online, huhuhu.
Filtering aplikasi pada ponsel memang perlu banget, soalnya tanpa terasa penuh sama notifikasi, terus memori ponsel pun juga penuh huhu
Menariiik. Mesti kuterapkan juga dalam keseharianku. Kalau aplikasi mah di hape nggak banyak. Tapiiii biasanya cukup banyak waktu habis di IG buat cari tahu info terbaru dari media-media besar.
Penting banget sih filtering aplikasi di sosmed tuh. Apalagi kalau aplikasinya gak memberi banyak manfaat sih mbak. Kadang bisa bikin otak pusing.
Ini sebenenarnya penting, tapi untuk chat whatsapp aku memang tipe orang yang selalu membalas dan membuka segala chat yg masuk. Mau pekerjaan mau bukan hehe.. kayaknya dah jd kebiasaan
Kayaknya aku juga harus mulai ikut menerapkan digital minimalism ini deh. Soalnya kadang seperti terlalu kebawa media sosial dan buang waktu untuk hal yang tidak penting
Rutinitas yg jadi idaman banyak orang deh ini, termasuk aku. Tapi rasa²nya memang butuh NIAT yg KUAT, yah, Jingga.
Aku dulu pernah gak pegang Hp 3 bulan, karena rusak, tapi dari situ keknya pikiran malah lebih plong gitu karena nggak ngeliat sama ngebaca hal² yg gak penting.
Wah iya, emang agak susah melakukan digital minimalis ini
Tapi klo tahu caranya, ya pasti bisa dilakukan ya
Digital Minimalism versiku, matiin notifikasi aplikasi yang gak penting, matiin nada notifikasi saat kerja, dan yang paling penting, gak install game di hp, meminimalisir penggunaan storage buat aplikasi WhatsApp, serius boros banget itu aplikasi kalo kita udah banyak chat sama masuk di grup.
Jadi fyi, aplikasi WhatsApp ku itu ada 2, dan masing-masing ku pantau terus biar gak makan storage lebih dari 3GB wkwkwk
Kudunya bisa siih yaa.. kita gak terlibat terlalu lama dengan gadget.
Aku gak sampai Digital Minimalism, tapi memang uda less interest sama sosmed yang sekiranya aku ga dapat manfaat, seperti Facebook, Tiktok dan Instagram.
Sama ecommerce Copi yaa..
Yang bikin kita penasaran sama “barang diskon” atau lebih parahnya sampe kebeli.
Huhhu..
Yauda memang yang paling pas adalah mensyukuri apa yang sudah dipunyai.
Kalau butuh atau perlu, lakukan. Kalau engga, ya menikmati hidup.
Kalau yang biasanya aku lakuin itu adalah menyeleksi foto dan juga chat yang tidak ingin disimpan.. Jadi galeri dan pesan pun lebih neat dan enak dilihat 😉
Saya juga berusaha membatasi aplikasi di ponsel dan mengurangi waktu sosial media yang tidak begitu penting. Mengalihkan waktu untuk hal-hal positif seperti membaca, menulis, atau berolahraga memang membawa perubahan positif dalam kualitas hidup.
baru tahu istilah Digital Minimalism loh, tahunya diet sosmed aja. tapi secara garis besar sama ya. memlih menggunakan aplikasi apa, berapa lama durasinya dan memilih menonton apa. saya pribadi sih jarang scroll scroll kepo aplikasi sosmed kecuali yang emang kontennya menginsprasi. tapi itu pun kalo lebih dari 15 menit mata udah siwer.