Putus dengan pasangan bukan hal yang mudah untuk dilakukan, semua orang tahu itu. Terlebih jika kita sudah menjalani hari-hari dan mulai terbiasa dengannya. Apalagi di usia yang menurut kebanyakan orang adalah usia “matang”. Berpisah atau putus dengan pasangan pasti akan membuat kita terpukul, sedih, dan tak jarang orang akan mengalami stres hingga depresi ringan. Kita akan malas dan enggan memulai hubungan baru karena pasti kita harus menyesuaikan diri lagi.

Apalagi jika hubungan telah berjalan bertahun-tahun. Tentu tidak mudah mengubah kebiasaan tanpa pasangan yang selama ini menemani hari-hari kita. Namun, pernahkah kita melihat dalam diri, mengapa pasangan tidak nyaman dengan kita? Mengapa pasangan kita cenderung lari dan menghindar ketika kita mulai membahas masa depan? Barangkali, kita perlu evaluasi diri terlebih dahulu sebelum mencari tahu apa yang terjadi pada pasangan kita.

Kisah Danielle dan Lifetrapnya

putus dengan pasangan

Sebelum itu, mari kita lihat kisah seorang wanita bernama Danielle. Ia disebut-sebut memiliki lifetrap Abandonment. Bagaimana dan apa lifetrap itu, teman bloger bisa membacanya di sini.

Ia berusia tiga puluh satu tahun dan sedang berhubungan dengan Robert, yang tidak mau membuat komitmen dengannya. Mereka berdua sudah berhubungan selama sebelas tahun, dan meskipun Danielle sudah sering meminta, Robert tak mau menikahinya.

Sesekali, Danielle pun putus dengan pasangan nya, Robert. Ketika ini terjadi, Danielle kemudian merasa sangat hancur lalu ia memulai terapi selama masa putusnya dengan Robert itu. Bisa dibilang Danielle sangat terobsesi dengan Robert. Obsesif inilah yang menjadi ciri lifetrap Abandonment. Meskipun selama putus dengan pasangan, Danielle kadang-kadang juga kencan dengan pria lain, hanya sekadar untuk having fun. Bahkan tipe pria yang menurut kita adalah pria yang mapan dan stabil justru membuat Danielle bosan.

Bagaimana Danielle bisa sangat terobsesi dengan Robert dan menolak pria yang mapan dan lebih stabil, ternyata berkaitan erat dengan lifetrap Abandonment nya.

Jadi, masa kecil Danielle ini ternyata dihabiskan dengan Ibunya yang alkoholik. Ketika Danielle berusia tujuh tahun, ayahnya meninggalkan mereka untuk menikah dengan wanita lain. Ayahnya pun perlahan-lahan semakin jauh dari keluarga ketika ia punya anak-anak dari istri barunya. Perlahan ayahnya meninggalkan Danielle dan saudara perempuannya dengan seorang Ibu yang jelas tak dapat mengurus mereka dengan benar.

Danielle ditinggalkan kedua orangtuanya. Ibunya meninggalkan Danielle karena selalu hidup dengan alkoholnya, dan ayahnya juga meninggalkannya dengan wanita lain.

Melawan Rasa Sakit Karena Putus dengan Pasangan

Sangat sulit memang mengubah rasa sakit yang sangat dalam tanpa menghidupkannya kembali. Maka ketika Danielle menjalani fase terapi untuk keluar dari Lifetrap Abandonment nya ini ia harus mengingat kembali masa kecilnya. Membiarkan bayangan masa lalu datang dan masuk ke dalam pikiran kita sedalam mungkin. Ketika bayangan itu sudah sangat jelas, maka kita juga akan mengingat bagaimana rasa sakitnya.

Imagery semacam itu memang menyakitkan. Jika kita merasa tak sanggup atau ketakutan karena pengalaman masa kecil tersebut, itulah tanda bahwa kita butuh terapi. Masa kecil yang sangat menyakitkan hingga kita tak mau mengingatnya.

Setelah bayangan masa lalu terasa menyakitkan, kita harus membuka dialog dengan diri sendiri di masa lalu. Bayangan anak kecil yang sakit dan ingin dilupakan, harus disembuhkan. Cara terapi yang dilakukan Danielle adalah dengan mengajak bayangan anak kecil tersebut berbicara, baik lewat pembicaraan dengan kita di dalam hati maupun dengan tulisan.

Kita boleh menulis surat pada anak itu dengan tangan dominan (kalau ketika menulis dominan dengan tangan kanan, maka lakukan dengan tangan kanan). Lalu meminta anak kecil itu menuliskan jawabannya dengan tangan satunya. Ide berdialog dengan anak kecil ini memang terdengar aneh awalnya, saya pun juga berpikir seperti itu ketika pertama kali membaca salah satu penyembuhan dari Lifetrap Abandonment ini. Namun hal ini ternyata efektif lho. Ternyata tulisan Danielle menunjukkan bahwa ia berusaha meminta perhatian dari ibunya yang sedang mabuk.

lifetrap abandonment

Lalu di sisi lain, kita pula yang akan menghibur, menawarkan bimbingan dan nasihat serta berempati atas perasaannya. Danielle pun menyebutkan bahwa hal yang diinstruksikan oleh terapisnya untuk terus dilatih ini membawa banyak keuntungan padanya.

Setiap Orang yang Kita Sayangi Akan Meninggalkan Kita

Latihan tersebut menyadarkan Danielle bahwa setiap orang yang kita sayangi kelak akan meninggalkan kita. Akhirnya Danielle pun menerima lifetrap-nya baik secara emosi maupun secara akal.

Ketika kita merasa tidak berharga, jelek, atau apapun itu yang menyebabkan putus dengan pasangan, kita harus membuktikan Apakah benar aku seperti itu? Tuliskan bukti-bukti yang mengatakan bahwa kita tidak berharga dan jelek sehingga pantas untuk ditinggalkan. Tuliskan bukti-buktinya baik pro maupun kontra. Misalnya saja kita merasa tidak diterima secara sosial, maka tuliskan dulu semua bukti yang mendukung bahwa kita memang tidak diterima secara sosial. Lalu buat daftar lain tentang semua bukti yang melawan hal itu bahwa sesungguhnya kita diterima secara sosial.

Dalam banyak kasus, menurut Jeffrey E.Young bukti yang ditulis tersebut adalah salah. Pada kenyataannya kita ini berharga, kompeten, tidak gagal, tidak pantas diperlakukan kasar, dan lain-lain. Namun ada juga yang benar. Misalnya saja ketika kita mungkin sering ditolak dan menghindar sepanjang hidup, sehingga kita gagal mengembangkan kemampuan bersosialisasi, sekaligus tak diterima secara sosial dalam hal tertentu. Atau mungkin kita telah menghindari banyak tantangan sekolah dan karir sehingga kita akan selalu gagal dalam bidang yang kita pilih.

Jika memang ternyata benar, maka tanyakan pada diri sendiri “Bagaimana saya dapat mengubah aspek diri saya ini?”

1. Menuliskan Surat 

Mengeluarkan amarah dan kesedihan yang kita rasakan adalah hal penting yang harus kita keluarkan dan salurkan dengan cara yang tepat. Satu hal yang membuat innerchild dalam diri kita membeku ialah semua perasaan yang tertahan dan tak sanggup atau enggan kita keluarkan. Maka menulis surat pada semua orang yang pernah menyakiti kita adalah salah satu cara yang ampuh untuk menyembuhkan diri sendiri.

Meskipun kita harus mengatasi banyak perasaan bersalah untuk melakukan ini, khususnya terhadap orangtua yang mungkin menjadi penyebab utama. Karena tidak mudah menyerang orangtua dengan melampiaskan amarah. Karena mungkin mereka memang tidak berniat jahat, dan dulunya mungkin punya niat yang baik. Namun menurut Jeffrey E. Young menyisihkan pertimbangan tersebut sebentar dan mengatakan yang sebenarnya adalah hal yang dapat membantu kita.

Meskipun kita tidak akan pernah mengirimkan surat itu pada tujuan, namun yang paling penting adalah kita sudah menuliskannya dan mengungkapkan perasaan kita. Meskipun seringkali tidak akan mengubah perilaku orangtua atau orang-orang yang menyakiti kita. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah karena memang menulis surat tersebut dibuat agar kita menjadi pribadi yang utuh kembali.

2. Mengamati dan Memutuskan Pola

Seperti halnya ketika kita membuat to do list hari ini, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Maka kita juga harus mulai mengamati lifetrap dalam diri. Kemudian menuliskan hal-hal yang membuat kita menyerah pada lifetrap yang ada dalam diri, dan bagaimana kita akan mengubahnya.

Contohnya seperti pada kasus Danielle, ia akan berusaha mengubah perilakunya terhadap teman-temannya. Ia berusaha menghentikan sikap tak menentunya yang kadang marah lalu kadang menempel. Seperti ia juga bersikap tak menentu pada Robert, pasangannya. Jika teman-teman Danielle tidak menjawab panggilan darinya ia akan menunggu beberapa lama dan menelepon kembali, bukan langsung menelepon dan marah, atau sedih berlebihan.

Danielle juga mulai meninggalkan teman-temannya yang tidak berkomitmen dan tidak stabil (biasanya juga alkoholik), termasuk pasangannya. Putus dengan pasangan, dalam hal ini Robert sebagai pasangan Danielle merupakan sebuah kehilangan, tapi setidaknya Danielle lah pihak yang mengambil keputusan.

3. Terus Berusaha

Jika teman bloger memiliki kasus yang sama seperti Danielle, jangan mudah menyerah atau kecewa. Hadapi dan latihlah terus agar kita tidak banyak kehilangan orang-orang yang semestinya berada di samping kita.

Jika Danielle atau kita berhasil melawan lifetrap tersebut dan mau untuk berusaha mengubah sikap maka hubungan kita dengan pasangan pun akan jauh harmonis. Orang-orang seperti Danielle dengan lifetrap Abandonmentnya ini akan belajar bagaimana membiarkan Robert punya waktu sendiri secara normal. Selama ini Robert terbelenggu oleh Danielle dan seringkali berusaha menghindarinya. Sebagian sikap kurang komitmen Robert adalah karena usahanya untuk menolak sikap Danielle yang terus saja menempel.

Usaha selanjutnya adalah Danielle memberitahu Robert bahwa ia harus menikahi dirinya atau dialah yang akan mengakhiri hubungan. Setelah semua perubahan yang dilakukan oleh Danielle, Robert pun memilih untuk menikahinya. Happy ending ya :’)

Tentu saja tidak semua hal dapat berjalan dengan baik selamanya. Kadang-kadang hubungan berakhir, entah itu karena diri sendiri, pasangan, maupun oleh takdir kematian. Tapi kita harus percaya bahwa lebih baik mengakhiri hubungan yang tanpa harapan daripada tetap terperangkap di dalam lifetrap Abandonment. Karena ketika kita terus membiarkan diri terperangkap, maka tidak akan ada perubahan dalam diri menjadi lebih baik, menjadi lebih diterima banyak orang, dan masih banyak lagi faktor mengapa orang lain akan merasa tidak nyaman berada di dekat kita.

4. Mengampuni Orang yang Salah

memaafkan orang lain karena putus dengan pasangan

Jika kita dulu pernah ditinggalkan, diabaikan atau bahkan mengalami kekerasan, mungkin kata pengampunan tidak akan bisa kita lakukan. Hal ini memang pilihan. Namun seorang psikolog, katakanlah dalam kasus Danielle, Jeffrey E.Young, PH.D menemukan bahwa dalam banyak kasus, mengampuni orangtua akan terjadi secara wajar, ketika proses penyembuhan mengalami kemajuan.

Setelah kita memutuskan rantai Lifetrap Abandonment, perkara memaafkan akan menjadi lebih mudah. Perlahan-lahan kita tak lagi melihat orangtua sebagai figur raksasa yang intimidatif dan negatif, dan semakin melihat orangtua sebagai seseorang yang punya problem dan masalahnya sendiri. Begitupun orang lain.

Kita akan melihat bahwa orangtua yang bersikap demikian justru sedang terperangkap dalam lifetrap mereka sendiri.

Jadi, jangan sampai putus dengan pasangan dan akan menyesalinya kemudian karena kita sibuk menyalahkan pasangan kita atau orang lain, sebelum mengevaluasi diri sendiri.

 

Referensi Terapi Lifetrap Abandonment : Reinventing Your Life by Jeffrey E. Young, PH.D and Janet S. Klosko, PH.D