Hari-hari berat bagiku adalah saat jauh dari rumah. Aku yang hampir tidak pernah jauh dari rumah jadi takut pada hal-hal yang semestinya tidak kutakutkan.
Takut tidak bisa tidur, takut tidak bisa buang air besar sesuai dengan siklus biologis, takut muntah, dan segala ketakutan-ketakutan lain yang mestinya bisa dilatih untuk dihilangkan.
Bahkan setelah menikah aku mencoba untuk “menginap” di rumah mertua untuk dua hari-padahal jarak antara rumah mertua dan rumah ku hanya 10 menit-dan tidak membuatku segera “nyaman” untuk beradaptasi. Bahkan aku membawa serta bantal dan selimutku kesana, demi bisa tidur.
Benar saja, malam pertama kulalui hanya dengan 3jam tidur yang tidak nyaman. Entahlah, sebentar-sebentar terbangun tengah malam kemudian mata sulit terpejam lagi.
Penderitaanku tak cukup sampai disitu, paginya aku mual-mual karena masuk angin. Buang air besar tak lancar. Bahkan seharian tidak bisa buang air besar, padahal perut sudah begah. Seolah-olah, ini bukan kamar mandi yang biasa kupakai, maka aku tidak bisa buang air besar disini! Sungguh! Sampai seperti itulah aku jika jauh dari rumah.
Tak heran jika aku tak betah menginap berlama-lama di suatu tempat yang jauh dari rumah. Bahkan untuk tidur pun harus di kasur ku sendiri, di kamarku sendiri. Aku tidak pernah nyaman tidur di kamar ayah ibu misalnya. Atau kamar adikku. Tidak pernah.
Apalagi travelling! Hampir dipastikan aku tidak akan bisa bertahan hidup di luar sana. Ini bukan lebay, tapi memang begitulah kenyataannya hidupku. Mungkin benar kata orang, aku kurang latihan, aku tidak mau keluar dari zona nyaman. Yes, indeed. Karena belum ada orang sabar yang mau menemaniku tertatih-tatih keluar dari zona nyaman. Jika perjalanan dua jam Malang Surabaya saja membuatku muntah, dan tidak ada orang yang mau membantuku untuk sembuh dari syndrome itu, maka selamanya aku tidak akan bisa.
Meskipun akhir-akhir ini aku sudah berhasil melewati Malang Surabaya tanpa mual dan pusing, namun itu semua karena ada yang menemaniku. Entah nanti jika terpaksa harus sendirian, tak tahu bagaimana nasibku. Aku masih terlalu takut untuk bepergian jauh. Sebenarnya ingin, tapi ketakutanku mengalahkan segalanya.
Sampai-sampai aku selalu berpikir untuk membawa serta “kamarku” seperti seekor kura-kura jika aku terpaksa harus bepergian. Travelling? Ngga dulu deh ya.
Tips mengajakku travelling ; “Kalau mau ngajak travelling sekalian yang jauh agar tidak segera bisa pulang memikirkan rumah yang nyaman yaa..”
Hehe.. 😬😌
Nah, alternatif lainnya maka aku harus belajar untuk jauh dari rumah. Jauh dari segala hal yang selama ini membuatku nyaman.
Bagi tips dong agar aku bisa menikmati travelling solo seperti kalian?
Terimakasih 🌼🌼🌼
# challenge31 #travelling