Salah satu kewajiban orang tua terhadap anak adalah mendidik anak dengan baik atau memberikan pendidikan yang terbaik. Pendidikan terbaik untuk anak adalah pendidikan yang mampu mengantarkan anak selamat di dunia dan akhirat. Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya dari manusia dan batu…”(QS. Attahrim : 6)
Diantara tujuan dari pendidikan anak dalam Islam adalah sebagaimana do’a Nabi Ibrahim yang sering kita lantunkan yaitu : “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al Furqan:74)
Yaitu agar anak yang dididik menjadi penyejuk hati orang tua dan sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. Bukan hanya taqwa untuk diri sendiri tetapi menjadi imamnya orang-orang yang bertaqwa. Maka pendidikan yang diberikan kepada anak harus fokus mengarah kepada tujuan tersebut.
Proses Pendidikan yang dilakukan oleh orang tua atau pun guru untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan cara atau tahapan agar anak sesuai dengan harapan dan doa orang tua.
Tujuh Tahapan Mendidik Anak dalam Islam
1. Memberikan Contoh atau Teladan
Sebelum kita mengajarkan sesuatu kepada anak kita atau orang lain, yang perlu kita perhatikan adalah sudahkah kita melaksanakannya.
Setiap kali Rasulullah ingin mengajar sesuatu ajaran kepada umat adalah diberikan contoh terlebih dahulu. Bagaimana mungkin kita menyuruh anak kita sholat tepat waktu, sedangkan orang tuanya sering terlambat.
2. Memberikan Perintah dan ajakan
Setelah ada contoh, maka langkah yang harus kita perhatikan adalah memerintahkan/mengajak melakukan apa yang kita contohkan tadi. Gunakan kata-kata ajakan atau minta tolong, contohnya : ayo sholat! Tolong disimak!
3. Memberikan Teguran
Apabila anak belum mau memenuhi perintah atau permintaan kita, maka lakukanlah teguran yang sifatnya mengingatkan atau mempertegas perintah. Perlu juga diingat, bahwa ketidaktegasan kita dalam menegur akan mengakibatkan anak akan meremehkan setiap teguran yang kita lakukan.
4. Memberikan Celaan
Perbuatan yang tidak baik harus kita cela, karena kalau sampai anak yang lain mengetahui perbuatan tercela itu dibiarkan akan ditiru oleh yang lain. Hal yang dicela adalah sikap/perilakunya yang kurang baik, bukan pribadi anaknya.
5. Memberikan Larangan
Dalam Pendidikan Islam melarang itu diperbolehkan. Orang tua melarang perbuatan tercela yang dilakukan oleh anak dengan argumen yang masuk akal atau sesuai dengan pemahaman tiap anak.
6. Memberikan Ancaman
Ancaman merupakan pemberitahuan tentang hukuman yang akan diberikan kepada anak jika ia tetap melanggar. Pemberitahuan konsekuensi yang logis dari perbuatan yang dilakukan. Langkah ini merupakan langkah terakhir dalam mengingatkan. Kalau bisa ancaman itu dihubungkan dengan landasan Al Qur’an dan Hadits.
7. Memberikan Hukuman
Menghukum anak dipilihkan hukuman yang mendidik. Penekanannya adalah bahwa hukuman itu untuk perbuatannya dan bukan kepada individunya.
Dalam memberikan hukuman ini dalam Pendidikan islam ada cara dan ketentuannya yaitu : Merupakan upaya terakhir setelah melalui beberapa cara pendisiplinan lain, tidak memukul dalam keadaan marah, menghindari tempat yang vital, pukulan tahap pertama tidak boleh keras dan tidak menyakitkan, tidak boleh memukul anak di bawah 10 tahun, bukan untuk pelanggaran pertama, memukul anak tidak diwakilkan ke orang lain, bisa lebih berat sesuai tingkat pelanggaran dan usianya.
Demikian tujuh tahapan dalam mendidik anak dalam Islam, dari tujuh tahapan di atas yang paling efektif adalah mendidik dengan keteladanan. Memberikan teladan atau contoh terlebih dahulu sebelum tahapan yang lain. Karena contoh visual lebih mudah diterima oleh anak dibanding dengan kata-kata. Semoga bermanfaat!
Referensi : Pendidikan Anak dalam Islam (DR. Abdullah Nashih Ulwan)
Keteladanan atau pemberian contoh itu memang penting. Anak lebih percaya contoh sikap dan perbuatan daripada diceramahi
Masyaallah.. cateet! Semoga bisa nerapin sama anak nih di rumah, aamiin.. Memang better sih kasih contoh yg baik dulu yah, Mbak. Karena anak adalah peniru yg baik.