Berbicara soal Money Parenting, saya teringat dengan cerita yang terjadi di tengah-tengah kehidupan keluarga dan kehidupan bertetangga kami. Cerita yang sebenarnya sudah cukup sebagai pelajaran bagi orang-orang di sekitarnya. Namun entah mengapa kejadian tersebut selalu berulang, dari generasi ke generasi.

Sudah tiga tahun sejak Ayah dan Ibu meninggal. Sudah tidak ada barang-barang di rumah yang bisa dijual. Hutang kami semakin banyak. Satu-satunya benteng kami, rumah ini terpaksa harus dijual.

Pada akhirnya hutang piutang yang melilit dua pasangan suami istri di rumah tersebut tidak menyisakan apapun. Bahkan rumah peninggalan orangtua mereka terpaksa harus dijual. Hasilnya digunakan untuk membayar hutang dan sisanya untuk mengontrak rumah. Tidak ada yang tersisa. Ketika lebaran nanti entah mau berkumpul dimana jika sanak keluarga mereka datang.

eatspringKejadian tersebut di atas tentu tidak sedikit. Ada banyak juga hutang piutang karena gaya hidup yang berujung pada kebangkrutan. Beberapa tetangga saya sudah mengalaminya, dan kisah ini terus berulang mulai dari nenek mereka, ibu atau ayah mereka, hingga dirinya sendiri.

Meskipun rumah memang bukan aset, namun banyak orang gagal untuk “mengamankan” uangnya. Apalagi di tengah era internet of things seperti ini, begitu banyak informasi yang masuk ke telinga masyarakat, apalagi soal gaya hidup. Sehingga kadang mereka merasa sedih ketika tidak bisa mengikuti tren kekinian seperti yang telah mereka nikmati di internet. Lalu tanpa sengaja memasukkannya ke dalam “list kebutuhan”, padahal hanya sekadar keinginan.

Sebenarnya anak-anak mereka bisa melanjutkan kuliah, pekerjaan suaminya pun lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bahkan untuk menabung. Namun lagi-lagi semua kembali pada gaya hidup. Dompet suami mana pun pasti tidak akan pernah cukup jika digunakan untuk memenuhi gaya hidup bukan kebutuhan hidup. Inilah yang benar-benar saya tanamkan dalam diri sendiri dan kelak anak saya jika ia sudah dewasa. Penting memahami seberapa besar pemasukan orangtua dan berapa pengeluaran yang menjadi beban bersama, sehingga kita tahu bagaimana cara mengelolanya.

Apa yang Saya Ajarkan Pada Anak Untuk Mengatur Keuangan?

“Nih buat Caca,” akungnya memberikan satu lembar lima puluh ribu padanya. Namun gadis cilik itu menatap saya yang tengah mengawasinya. Seolah ingin meminta izin ‘boleh ngga Caca ambil uang ini?’

Lalu saya pun mengangguk tanda setuju karena ia ingin mengambil pemberian Akungnya.

“Pinter, buat beli apa Nak?” tanya Akungnya setelah Caca menerima pembelian beliau.

“Buat beli baju toto anak,” ucapnya polos. Toto anak artinya adalah dokter anak yang diucapkan oleh anak umur 3 tahun.

“Eh pintar sekali!” Puji Akungnya tulus.

Ya, sejak ia tahu bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu kita perlu “uang”, Caca saya ajarkan untuk menabung dan “berinvestasi” sejak dini. Meskipun kadang saya sangsi apakah dia mengerti maksud saya atau tidak. Namun sedikit paksaan tersebut akhirnya dapat membawanya pada suatu kebiasaan. Bahwa ketika ia menginginkan sesuatu, ia harus “mengumpulkan uang” terlebih dahulu.

money parenting

Salah satu contoh nyatanya adalah yang baru-baru ini kami alami. Caca begitu ingin punya baju dokter-dokteran seperti milik sepupunya. Meskipun harganya tidak seberapa dan bisa kami beli hari itu juga, saya sadar bahwa Caca harus mulai mengenal “nanti”, “sabar ya”, dan “yuk nabung dulu”. Lalu berbekal pola pengasuhan ibu saya puluhan tahun lalu, saya pun mengikutinya.

Yakni tidak langsung memberikan sesuatu yang diinginkan oleh anak. Namun juga harus menanamkan padanya soal kerja keras, sebanding atau tidaknya pengeluaran kita dengan apa yang kita dapatkan, tentang sebuah kesederhanaan dan hidup hemat, tentang kerja keras dan juga kebutuhan. Here we are, saya ingin sekali membagi pengalaman dengan teman-teman tentang Money Parenting itu sendiri.

Yuk kita mulai dari nol dulu, hehe..

Apa itu Money Parenting?

Dilansir dari website eatspring.id Money parenting adalah proses pembelajaran anak tentang tanggungjawab keuangan dan sosial saat memperoleh uang.

Ini adalah cara bagi kita, sebagai orang tua untuk menyampaikan sikap dan keyakinan tentang keuangan kepada anak-anak dengan harapan hal ini akan berpengaruh pada keuangan yang mereka peroleh. Saya setuju sekali dengan pendapat soal money parenting ini. Sejak kecil, sebaiknya anak-anak memang perlu tahu bagaimana kita (orangtuanya) mendapatkan uang, dibelanjakan untuk apa, dan bagaimana kita harus menyisihkan beberapa bagian untuk masa depannya.

money parenting

Money Parenting Juga Life Skill?

Menurut saya money parenting ini juga salah satu life skill yang seharusnya diketahui dan dikuasai anak-anak kita kelak. Mengapa?

Coba lihat kasus di awal paragraf dalam tulisan ini. Kalau saja ia memahami bagaimana mengelola keuangan dengan baik (apalagi sang suami bekerja dengan gaji UMR), saya pikir mereka tidak akan kehilangan satu-satunya benteng pertahanan berupa rumah yang mereka miliki.

Jadi sejak kecil, mereka (tetangga saya) selalu dipenuhi keinginannya. Ayahnya adalah salah satu pegawai BUMN yang kalian tahu lah ya – dan hampir-hampir mereka tidak pernah kehabisan uang jajan. Sekolah pun selalu punya sepatu dan tas yang bagus. Diantar menggunakan mobil dan sopir pribadi. Bisa dibilang mereka tidak pernah gagal mendapatkan apa yang mereka inginkan semasa ayahnya hidup. Namun sejak ayahnya meninggal, meskipun sudah menikah, tetap saja mereka masih belum bisa meninggalkan gaya hidup dan kebiasaan “boros”nya selama ini.

Saya ngga menilai dari luar sih, justru mereka yang bercerita sendiri pada kami (tetangganya) ketika saat itu mereka mengatakan sedang mengalami kesulitan keuangan. Jadi, kalau sejak kecil tidak dididik untuk mengatur keuangan dengan baik, memahami sekeras apa usaha orangtua untuk memberikan fasilitas pada anak-anaknya, kita tidak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan setidaknya belajar mengelola keuangan dari orangtua kita.

Oleh karena itu money parenting saya katakan sebagai salah satu life skill juga. Karena hal ini penting. Bertukar pikiran mengenai uang dengan anak-anak. Karena yang namanya pengelolaan uang adalah suatu hal yang akan dilakukan oleh siapapun, bahkan anak-anak. Pengelolaan juga sebaiknya diajarkan dimulai sedini mungkin dari mengatur uang saku di sekolah agar tidak semuanya habis dalam satu waktu.

Kalau anak-anak memiliki keterampilan mengelola uang, mereka akan mendapatkan banyak manfaat ketika mereka sudah cukup dewasa dalam menghadapi masalah keuangan yang sebenarnya cukup mengkhawatirkan.

Berdiskusi dengan anak tentang uang dan menanamkan cara menjalankan praktek pengelolaan yang benar sejak usia muda merupakan salah satu cara untuk memastikan anak kita mengetahui cara mengelola keuangannya. Karena yang sebenarnya kita lakukan adalah mempersiapkan mereka untuk masa depan mereka, salah satunya soal keuangan ini.

Seberapa Percaya Dirimu Pada Anak Untuk Mengelola Uang?

Eastspring Investments melakukan survei di antara 10.000 peserta di 9 Negara Asia – survei Asia Money Parenting – dan menemukan fakta bahwa 95% orang tua meyakini bahwa sangat penting untuk mengajari anak mereka menggunakan dan mengelola uang.

money parenting

source : eatspring.com

Namun demikian, dalam hal mengasuh atau pengelolaan uang, rata-rata indeks kepercayaan orang tua berada pada 0,65 (berarti hanya 1 yang benar-benar yakin). Nah, bagaimana dengan kita nih? Seberapa berani kita menaruh kepercayaan pada anak dalam mengelola uang?

Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memperhatikan dan belajar soal money parenting ini ketika mereka :

  • tidak tahu bagaimana cara menyampaikan keberhasilan money parenting
  • ingin mengetahui apa yang dilakukan orang lain, sehingga mereka dapat belajar dan berbagi kiat agar berhasil mengajarkan kepada anak mereka.
  • ingin mengetahui lebih akan pengetahuan, pandangan dan alat yang dapat membantu mereka agat dapat memberikan saran yang baik bagi anak-anak.
  • ingin meningkatkan pengetahuan finansial mereka sendiri agar bisa memberikan bimbingan yang tepat bagi anak-anak.

Keempat hal tersebut di atas tentu saja akan membawa akibat atau dampaknya. Akibatnya, orangtua sering kali tidak mengetahui tingkat keberhasilan mereka, terutama ketika tidak ada alat ukur untuk mengukur upaya pengasuhan/pengelolaan uang mereka. Begitulah yang terjadi.

Namun kita semua bisa melaluinya dengan terus belajar dan berproses dengan niat yang tulus dan kerja keras. Berikut adalah tips pengasuhan atau pengelolaan keuangan.

5 Tips Pengasuhan/Pengelolaan Keuangan

Berikut adalah tips money parenting atau yang juga biasa disebut pengasuhan atau pengelolaan keuangan yang bisa kita terapkan pada anak-anak :

1. Dimulai sejak usia dini

apa itu moduit parentingRiset menunjukkan bahwa usia yang baik untuk memulai yakni ketika anak beranjak ke usia 3 tahun. Pada saat mereka berusia 4 atau 5 tahun, kita dapat menjelaskan pentingnya kebiasaan berbelanja yang baik dan pada usia 7 tahun, para orangtua dapat memulainya dengan membuka rekening tabungan.

Oleh karena itu pada saat Caca berusia 2 tahun (atau mungkin kurang dari itu) seringkali saya libatkan dirinya dalam kegiatan “berbelanja”. Sehingga ia tahu ketika kita “mengambil sesuatu” di mini market, maka juga harus “menbayarnya” dengan uang. Ia mulai terbiasa untuk meletakkan barang ke kasir, lalu menunggu saya membayarnya untuk mendapatkan barang yang ia inginkan.

2. Memimpin dengan teladan

Orangtua adalah figur atau teladan utama yang dilihat oleh seorang anak. Jadi meskipun penghasilan kita cukup, sebaiknya juga jangan berlebihan dalam melakukan pengeluaran. Kita bisa berikan contoh yang sehat bagaimana membayar tagihan tepat waktu dan tetap menjaga agar pengeluaran tidak melebihi pemasukan/tetap terkendali.

Ingat ya, seorang anak itu selalu belajar dengan konsep “mimikri” atau menyerupai dimana ia hidup atau tinggal, sebagai bentuk adaptasinya. Jadi yuk contohkan pada anak-anak hal-hal yang baik soal perencanaan keuangan sejak dini 🙂

mengajarkan money parenting

source : eatspring.com

3. Memulai dari hal kecil

Kita bisa memulainya dengan memberi sedikit uang saku terlebih dahulu, lalu bantu anak-anak menghargai upaya agar mendapatkan “ekstra uang” dan memahami batasan jumlah yang bisa mereka miliki.

Contohnya saja ketika saya dulu masih TK, ibu dan ayah tidak pernah memberi saya uang saku kecuali di hari Jumat. Karena saya diberi bekal makanan ke sekolah dan untuk pulang pergi ke sekolah pun saya tidak membutuhkan uang untuk membayar transportasi. Ayah dan Ibu memberi saya seratus rupiah (di tahun 90-an) di hari Jumat karena mereka tahu di hari tersebut adalah “hari bebas jajan” di lingkungan sekolah kami.

Jadi saya bisa membeli permen atau jajan kesukaan di sekitar sekolah yang biasanya tidak diperbolehkan di hari lain. Tentu saja saya tidak bisa menghabiskan seratus rupiah itu untuk jajan semua. Karena di hari Jumat juga bu guru di sekolah biasanya mengedarkan “kotak amal” untuk bakti sosial di akhir tahun.

Barulah ketika masuk usia Sekolah Dasar, Ayah dan Ibu menaikkan uang saku saya menjadi Rp 150,-. Seratus lima puluh rupiah di zaman itu sudah bisa jajan es krim dan juga satu macam camilan atau makanan ringan. Berangsur-angsur uang saku tersebut naik hingga menjadi seribu rupiah saat kelas 6 SD. Karena saat itu saya boleh pulang sendiri menggunakan angkutan umum dan jam pelajaran juga lebih panjang.

Begitulah gambaran tahapan yang juga saya ingin tanamkan pada Caca, anak saya yang saat ini masih menduduki usia pre school atau PAUD.

eatspring4. Buat mereka bekerja untuk itu

Bagian yang paling penting adalah mengajarkan pada mereka bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan itu perlu kerja keras.

Tentu kita tidak ingin setelah anak kita tumbuh dewasa, lalu bertanya-tanya mengapa mereka tiba-tiba harus bekerja untuk sesuatu yang dulunya didapatkan dengan cuma-cuma? Oleh karena itu sebagai gantinya dengan memberi mereka uang jajan, kita bisa terapkan hal sederhan dengan meminta mereka untuk mengatur meja makan, membereskan ruang tengah atau kamarnya sendiri untuk memperoleh uang jajan mereka.

Anak-anak yang bekerja untuk mendapatkan “imbalan” tersebut niscaya akan menghargai hadiah tersebut. Hal ini juga membantu menghapus bayangan mereka bahwa uang itu tumbuh dari pohon atau jatuh dari langit.

5. Bantu mereka menabung & menumbuhkan tabungannya

Nah pada bagian inilah saya juga masih dan terus belajar tentang menumbuhkan kegemaran menabung. Namun saya sudah mulai menyediakan celengan untuk Caca dan sesekali memandunya untuk menyetor sesering mungkin. Jadi harapannya saat ia memasuki Sekolah Dasar, saya akan membuatkan sebuah rekening untuknya dan menunjukkan cara kerjanya.

Bahkan saya juga telah berpikir untuk memperkenalkan konsep “investasi” dengan menambah jumlah tertentu untuk setiap tambahan di tabungannya. Misalnya saja dari sepuluh ribu rupiah yang bisa ia hemat, saya akan memberikan 500 rupiah untuknya, dan seterusnya.

Harapannya saat ia memasuki usia pra remaja, ia akan terbiasa dan mulai mengenal konsep “investasi” ini.

money parenting

Berinvestasi Sejak Dini di Invesnow.id, Demi Masa Depan Penuh Arti

Salah satu tempat investasi yang aman dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan adalah Invesnow.id. Invesnow adalah salah satu layanan yang menyediakan reksadana dengan agen profesional yang telah  tersertifikasi dan berpengalaman dalam mengelola investasi reksadana.

Tim Invesnow yang berpengalaman di industri keuangan akan memberikan layanan analitis dan rekomendasi berdasarkan kebutuhan yang sesuai dengan keuangan kita. Selain itu Invesnow juga menyediakan saran investasi dan pilihan produk dengan mengukur risiko yang tepat dan potensi imbal hasil untuk kita.

Aman karena Invesnow telah mengantongi izin dari OJK. Izin yang telah diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan adalah sebagai Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek yang khusus didirikan untuk memasarkan Efek Reksa Dana (sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 39/POJK. 04/ 2014). Jadi sudah pasti aman yaa 🙂

Invesnow bekerja sama dengan berbagai Manajer Investasi dengan performa terbaik

 Hanya reksa dana dengan minimal nilai Bintang 3 ke atas versi Infovesta yang dipilih oleh Invesnow. Reksa dana tersebut juga wajib memiliki dana kelolaan lebih dari Rp. 25 (dua puluh lima) miliar agar terhindar dari kemungkinan likuidasi reksa dana.
Walaupun tidak ada jaminan bahwa kinerja di masa datang akan positif atau mengalahkan indeks, namun setidaknya reksa dana yang dijual oleh Invesnow sudah dinilai memiliki kinerja historis unggul, dikelola oleh Manajer Investasi berpengalaman, dan memiliki Corporate Governance yang baik.
Invesnow juga melakukan review berkala atas kinerja reksa dana dan Manajer Investasi agar memberikan rasa aman berinvestasi bagi investor.

darimana orangtua kita mendapatkan uangBagaimana? Siap untuk menumbuhkan uangmu di masa depan? Yuk mulai perjalanan investasimu sekarang 🙂

Bagaimana dengan teman-teman? Sudah menerapkan money parenting dalam pola pengasuhan selama ini? Jika sudah, bagi pengalamannya di kolom komentar dong!

Referensi :

eatspring.id

invesnow.id