Alhamdulillah, akhirnya kelar juga baca novel ini.
Dapat hadiah dari mentor menulis @arynilandari saat itu yang sedang menantang kami lewat challengenya, terimakasih kak!
Ingin menyegerakan membacanya tapi masih belum tertarik, kupikir ah paling ngga jauh-jauh dari percintaan remaja yang itu-itu aja.
Ternyata aku salah besar. Malu sendiri dengan kalimat “dont judge a book by its cover.”
Membaca halaman awal sudah membuatku penasaran. Kalau tidak ingat ada kewajiban-kewajiban yang menunggu di depan mata, mungkin aku tetap melanjutkan membacanya hingga rasa penasaran terbayar tuntas dlm waktu singkat
Mbak Ary benar-benar brilliant banget mengolah sebuah cerita yang kelihatannya sih sederhana, tapi lalu menjadi kompleks dan penuh konflik. Ah ngga rugi pernah berguru bersama beliau.
Aku mendapat ilmu baru perihal prosopagnosia atau face blindness dari novel ini. Riset beliau tentang prosopagnosia juga membuatku hanyut dalam cerita seorang Rayn yang hanya bisa mengenali orang lewat harumnya, ciri-ciri selain di wajah, warna rambut dan perawakannya. Bisa dibayangkan ngga bagaimana seorang penderita prosopagnosia dapat bersosialisasi? Bahkan wajah Ayah dan Ibunya pun penderita tak akan bisa mengingatnya. Begitu kelopak mata mereka berkedip, hilanglah memori itu.
Bagaimana seorang face blindness bersahabat? Bagaimana ia jatuh cinta pada pandangan pertama, namun setelahnya ia lupa bagaimana wajah seseorang yang dikaguminya itu?
Pelik!
Kisah cinta di dalamnya juga tidak membosankan dan tidak mudah ditebak! Bukan menye-menye cinta monyet ala-ala FTV gitu. Ceritanya mengalir pas dan logis. Jarang kutemui saat membaca novel-novel teenlit lain yang biasanya bisa ditebak akan seperti apa ceritanya.
Terlebih, tidak ada kisah khayalan ala pangeran dan wanita miskin yang kemudian harus berpisah karena status sosial. Membaca Pelik semua terasa logis dan perkaranya tidak seremeh : “aku suka kamu tapi kamu suka sahabatku.” Atau, “aku suka kamu tapi aku miskin.”
Juga hal-hal lain yang mungkin tidak patut ditiru oleh anak-anak remaja. Novel yang mendidik, meskipun tidak bisa dirasakan secara langsung. Paling tidak, di dalamnya kak Ary tidak menuliskan adegan kekerasan, perundungan ala-ala FTV, dan kejadian-kejadian lain yang kadang membuat orang tua gerah dan geram.
Ah keren banget kak @arynilandari, tidak peduli masa-masa remaja sudah terlewati, novel ini mengobati sedikit rindu akan kisah remaja yang lucu dan menyenangkan.
⭐3.5/5
Author : Ary Nilandari, penerbit Bentang Pustaka, 264halaman, cetakan pertama Agustus 2018.