Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas adalah judul ketiga dari karya Eka Kurniawan yang saya baca. Setelah jatuh cinta karena Cantik itu Luka, akhirnya saya penasaran dengan buku-buku Eka yang lain, dan benar saja endingnya selalu memuaskan saya sebagai pembaca. Setelah dibuat penasaran apa maksud Eka menulis tentang ini semua, tentang alegori sebuah kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.

Penuh dengan Tokoh yang ‘Tidak Waras’

Di puncak rezim yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa : dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila, dan dua bocah melihatnya melalui lubang di jendela. Dan seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.

seperti dendam rindu harus dibayar tuntas

Biar saya jelaskan terlebih dahulu apa itu sebenarnya alegori. Alegori merupakan sebuah majas yang menyatakan dengan ungkapan kiasan atau penggambaran.

Umumnya alegori merujuk kepada penggunaan retorika, tetapi alegori tidak harus ditunjukkan melalui bahasa, misalnya alegori dalam lukisan atau pahatan. Adapun jika menyangkut novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ini, alegori merupakan majas, sebuah kiasan. Contohnya seperti : Hidup itu seperti roda berputar, kadang di atas, kadang pula di bawah.

Hidup digambarkan seperti sebuah roda yang tempatnya kadang bisa di atas dan kadang bisa juga di bawah. Pun yang ada di dalam buku ini.

Sebenarnya sudah sejak 2018 saya membaca novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas ini. Namun, baru hari ini nampaknya review yang saya tulis akan tampak lebih menarik. Semata karena beberapa waktu lalu novel ini telah diangkat menjadi sebuah film dan telah rilis di Indonesia pada 2 Desember 2021 lalu.

Kalau dari novelnya sih memang khas Eka Kurniawan, teman-teman akan mendapati banyak kalimat vulgar dan sepatutnya memang dibaca untuk usia 20 tahun ke atas. Kisah dalam novel ini sebenarnya menggambarkan keseharian hidup yang simple. Konfliknya ngga macam-macam, tapi eksekusinya sungguh luar biasa.

Ajo Kawir, seorang jagoan yang tak takut mati. Hasratnya yang besar untuk bertarung didorong oleh sebuah rahasia, yakni ia impoten. Ketika berhadapan dengan seorang petarung perempuan tangguh bernama Iteung, Ajo babak belur hingga jungkir balik, dan dia jatuh cinta.

Nah, kisah asmara Ajo Kawir dan Iteung inilah yang menjadi sentral dari cerita ini dan sempat membuat hati ikut teriris. Ketika penghianatan yang sedemikian sakit itu ternyata masih menyisakan cinta yang mendalam. Kalau saya jadi yang disakiti sih sudah pasti ‘ngga bakal‘ mau untuk kembali. Namun namanya hidup tidak ada yang tahu kan?

Ajo Kawir, akhirnya menemukan cintanya kembali meskipun hatinya pernah disakiti sedemikian dalam. Namun hati yang ikhlas dan tekad kuat untuk menjadi orang yang lebih baik pada akhirnya membawa dirinya sendiri pada kebahagiaan di dunia yang sesungguhnya. Bagaimana kelanjutannya? Hehe.. ada baiknya teman-teman membaca novelnya. Sehingga akan tahu keutuhan cerita dari Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan ini.

Kontroversi Film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas

Namun sebelumnya mungkin teman-teman bertanya-tanya, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas tayang dimana?

Dalam versi Bahasa Inggrisnya berjudul : Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash) merupakan film drama aksi Indonesia tahun 2021 produksi Palari Films yang disutradarai oleh Edwin serta diproduseri oleh Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia.

Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Eka Kurniawan tahun 2014. Film ini ditayangkan perdana pada segmen Concorso internazionale dalam ajang Locarno International Film Festival 2021 di Swiss. Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas dirilis di bioskop Indonesia pada 2 Desember 2021 dan sampai saat tulisan ini dibuat sepertinya masih bisa teman-teman nikmati di bioskop kesayangan.

Karya Eka Kurniawan ini merupakan film ketiga yang diproduksi Palari Films setelah Aruna & Lidahnya (2018), yang berjaya memenangi dua di antara sembilan kategori yang didapat pada Festival Film Indonesia 2018. Keren banget kan?

Film ini juga merupakan film panjang kelima karya Edwin setelah Aruna & Lidahnya. Palari Films mengumumkan telah mengantongi hak adaptasi Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas keluaran 2014 oleh Eka Kurniawan. Proses adaptasi memerlukan waktu yang lebih lama, sehingga Edwin mengajukan novel keluaran tahun yang sama, Aruna & Lidahnya karya Laksmi Pamuntjak sebagai proyek baru yang lebih dahulu diproduksi,yang disebut oleh produser Meiske Taurisia sebagai adaptasi lepas dari novel tersebut karena isi film tidak sama persis dengan novelnya.

Biaya produksi film ini juga ditopang oleh dana sebesar US$15.000 yang berjaya didapat sebagai ganjaran atas kemenangan naskah film dalam kategori Busan Award di Asian Project Market, Festival Film Internasional Busan 2016.

Bersamaan dengan pengumuman film ini, aktris Ladya Cheryl diumumkan akan memerankan karakter Iteung. Hal ini menandakan kembalinya Ladya ke dunia akting setelah terakhir kali membintangi Postcards from the Zoo (2012) yang juga disutradarai Edwin. Pada November 2020, Marthino Lio dan Sal Priadi bergabung memerankan tokoh utama Ajo Kawir dan Tokek, berurutan.

Film ini menjadi debut Sal Priadi di dunia seni peran. Reza Rahadian dan Ratu Felisha diumumkan menjadi tambahan terkini dalam film tersebut pada Juli 2021.

Omong-omong soal Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, ternyata setelah rilisnya film ini ke Indonesia masih banyak ada beberapa orang yang menganggap bahwa film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas adalah suatu kemunduran dari perfilman Indonesia. Sebagai penikmat novel Eka Kurniawan jelas saya kaget dengan pendapat tersebut.

Jelas karena justru saya berpendapat sebaliknya. Film yang bisa mengambil tempat di Festival Film Internasional ini tentu menjadi sebuah kemajuan industri perfilman Indonesia. Terlepas bagaimana pesan yang disampaikan, tentu kita harus melihatnya dari kacamata yang berbeda. Jika disandingkan dengan nilai-nilai moral, apakah Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas tidak punya nilai moral?

Menurut saya ada lho. Setiap pesan yang disampaikan Eka memang bernada satir dan dibungkus dalam majas yang manis dan kadang untuk sebagian orang tidak ada indah-indahnya. Namun sekali lagi, inilah seni. Tidak ada yang tampak benar ataupun salah, karena seni ya memang soal selera kan?

Gimana? Ada yang sudah nonton film ini? Jangan streaming film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar TUntas Lk21 ya. Jangan juga sekali-kali cari gratisan dengan membaca Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas pdf. Jangan! hargai karya anak negeri. Hehe..

Yuk bagikan keseruanmu nonton atau baca karya Eka Kurniawan ini di kolom komentar.

Judul Buku : Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas oleh Eka Kurniawan

Cetakan kedelapan, September 2018, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.

Referensi : Wikipedia

Baca review buku saya lainnya di sini yuk!