Beberapa waktu lalu ICC (Indonesia Content Creator) yang digawangi oleh Ibu Kafa alias Kak Iffia Rahman, memberikan sebuah tema pada kami, yaitu tentang resolusi. Saya berpikir selama ini tidak pernah menuliskan apa saja resolusi di tahun-tahun mendatang. Hanya sekadar ingin namun tak pernah tertulis. Nampaknya tahun ini memang harus dituliskan, agar pada 2021 nanti, ketika saya membaca kembali tulisan ini, ada yang bisa direfleksikan. Apa yang harus diperbaiki, apa yang harus ditinggalkan, dan apa yang harus ditingkatkan.

Resolusi 2021? Pentingkah?

Sebenarnya seberapa penting sih membuat resolusi itu? Bagi saya, untuk melakukan suatu hal harus ada tujuannya, harus ada goalnya. Tujuan akan membuat kita lebih fokus, juga mencegah kita untuk berbuat hal-hal yang kurang bermanfaat. Jika terus mengingat kembali apa tujuan hidup, tentu kita akan segera kembali sadar ketika sudah keluar dari track yang benar.

Jadi apakah penting menulis resolusi? Bisa jadi iya. Ketika tulisan itu akan memacu kita untuk berbuat lebih baik, bekerja lebih keras, mengapa tidak? Tulisan juga mengikat apa-apa yang kita pikirkan dan ucapkan. Maka ketika ada ide yang baik datang ke dalam pikiran, menulis adalah salah satu hal yang bisa menyelamatkan ide itu dari kebinasaan karena keterbatasan otak kita.

Apalagi jika kita tidak punya resolusi apa-apa, lalu apa sebenarnya yang ingin kita capai kalau tidak punya resolusi apapun?

Ah, aku ngga mau bikin resolusi toh tahun depan lalu tahun berikutnya lagi resolusinya ngga jadi apa-apa, alias menguap begitu saja.

Justru ketika kita tidak punya resolusi kita akan seperti manusia yang kehilangan tujuan. Ibarat seorang musafir yang tidak tahu akan kemana pemberhentian selanjutnya. Maka selamanya ia akan menjadi seorang musafir yang tidak memiliki apa-apa. Berbeda dengan orang yang memiliki resolusi, sebuah harapan yang ingin dicapai. Meskipun pada akhirnya resolusi itu tidak bisa dicapai dalam waktu satu atau dua tahun. Namun jelas ia memiliki tujuan hidup jangka pendek, jelas ia memiliki harapan dan pencapaian.

Naik Kelas Bersama Resolusi

Resolusi juga berarti salah satu upaya menaiki tangga menuju kelas yang lebih tinggi. Resolusi yang kita buat tentu ingin lebih baik, lebih berkualitas dan lebih bermanfaat dari tahun ke tahun. Seiring dengan proses menuju manusia yang lebih baik pula.

Jika tahun lalu resolusi saya ingin memiliki satu buku solo, maka tahun depan saya ingin lebih lagi. Begitulah kira-kira gambarannya. Jadi, apa nih resolusi teman bloger di tahun 2021 mendatang? Kalau saya, ingin melanjutkan program kemanusiaan yang dulu sempat hiatus beberapa tahun karena (alasan) kesibukan.

resolusi 2021

Komunitas Masyarakat Peduli (KMP) demi Indonesia Menuju Zero TB

Berawal dari sebuah gerakan bebas TBC yang menjadi salah satu program Kementrian Kesehatan dan dibantu oleh salah satu fundrising asal Jenewa, Swiss. Jadi, fundrising tersebut memberikan pembiayaan untuk kader atau volunteer serta penderita TBC di Indonesia. Tugas utama mereka adalah menemukan suspek terduga TBC serta memutus rantai penyebarannya. Baik melalui penyuluhan berkelompok ataupun secara langsung.

Setelah mereka menemukan terduga TBC, para volunteer inilah yang juga berkewajiban untuk memeriksakan mereka ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. Jika positif, maka tugas mereka bertambah. Yaitu mendampingi pengobatan pasien sampai sembuh. Tugas yang berat dan tidak mudah. Selain karena risiko penularan yang besar karena bisa lewat udara (percikan bersin dan batuk), juga karena kebanyakan pasien selama ini berasal dari kelas ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah. Sehingga kesadaran untuk menghindari pemicu TBC serta penularannya sangat rendah. Pun dengan semangat untuk sembuh.

resolusi 2021

pasien suporter dan salah satu penderita TBC

Oleh karena itu volunteer bukan hanya terdiri dari pencari suspek dan pendamping minum obat. Namun juga didampingi oleh beberapa orang yang khusus dihadirkan untuk menangani kasus-kasus luar biasa seperti mangkir dari minum obat, tidak punya sanitasi di dalam rumah, kondisi rumah yang sangat memprihatinkan (tidak ada pertukaran udara yang sehat), hingga kasus tidak diterimanya penderita di keluarganya maupun masyarakat sekitar.

Oleh karena itu, gerakan ini perlu disokong dengan adanya sebuah komunitas masyarakat yang peduli, khususnya pada penderita dan terduga TBC. Maka terbentuklah KMP (Komunitas Masyarakat Peduli) yang beberapa tahun lalu akhirnya terwujud melalui proses yang sangat panjang. Dan saat itu saya masih menjadi anggotanya. Kemudian hiatus dalam waktu yang lumayan lama karena kurangnya koordinasi dan kebanyakan dari pengurusnya masih disibukkan dengan urusan pekerjaan masing-masing.

Hingga saat organisasi kami memutuskan untuk tidak melanjutkan kerjasama dengan Global Fund, barulah KMP ini mau tidak mau dipaksa harus menyokong kegiatan di atas. Jika tidak, maka kebaikan ini akan terhenti. Tentu saja saya tidak mau kebaikan berhenti karena tidak ada pendanaan. Maka ketika saya diundang rapat oleh SSR TB Care Aisyiyah Malang, dalam perjalanan saya berazzam, menguatkan tekad untuk melanjutkan perjuangan. Kami semua yang hadir sadar bahwa tidak akan ada bayaran untuk kegiatan ini, justru kamilah yang harus menghidupi kegiatan ini. Entah dengan dana pribadi atau ikut membantu mengumpulkan dana agar program baik ini terus berjalan.

Pendampingan Terduga Hingga Pasien TBC Korban “Penelantaran” Anak = Resolusi 2021

Seharusnya kesehatan yang kita punya sudahlah cukup sebagai pengingat untuk selalu bersyukur. Menjadi pengingat untuk terus berbuat baik pada sesama. ⁣Resolusi 2021 sepertinya harus menekan ego, mengesampingkan ambisi, dan mulai kembali memenuhi panggilan ummat.

Namanya Retno atau Ratna, entah mana yang sesuai dengan akta kelahirannya. Siang itu harusnya ia seperti teman-temannya yang lain, belajar di sekolah dengan penuh suka cita. Namun ada penyakit yang menggerogoti tubuhnya hingga ia harus dirawat di bangsal khusus rumah sakit. ⁣
Retno adalah gadis kecil berusia 13 tahun yang kemarin tidak lagi memiliki mimpi. Ibunya meninggal saat usianya empat tahun, karena sakit yang juga diderita Retno hingga saat ini. ⁣⁣
Bapaknya menikah lagi dengan perempuan lain dan tidak lagi peduli dengan Retno. Bahkan untuk sekedar makan pun entah harus meminta kemana lagi selain pada pamannya. ⁣⁣

menolong retno

retno yang menderita gizi buruk

⁣⁣
Retno menderita gizi buruk. Hanya tinggal tulang dan kulit yang membungkus jasadnya. ⁣⁣
⁣⁣
Saat kita makan enak dan memesan apa saja lewat kurir, Retno berjuang bagaimana caranya ia makan hari ini, besok dan seterusnya sementara ia harus sekolah. ⁣⁣
Selain gizi buruk, Retno juga menderita TB Kebal Obat. Tahun 2016 lalu ia sudah terkena TB kelenjar, namun pengobatan yang ia lakukan tidak berhasil karena bolong-bolong. Akhirnya hari ini ia harus menanggung derita penyakit lamanya yang jauh lebih membahayakan dibanding sebelumnya. Begitu juga efek samping yang lebih menyakitkan dibanding pengobatan sebelumnya. ⁣⁣
⁣⁣
Belum lagi sexual abused yang pernah ia alami, menjadikan dirinya tak lagi peduli bahwa dirinya sendiri layak hidup dan bahagia. ⁣

Mari kita tengok bagaimana kita makan, tidur, belajar, dan merasakan kebahagiaan. Masihkah ada alasan untuk tidak bersyukur? ⁣
Masihkah tidak menggerakkan hati dan laku kita untuk berbuat sesuatu? Masihkah kita berdiam dan menopang dagu di depan televisi? ⁣
Memberi tidak akan membuatmu miskin. Harta kita sesungguhnya adalah yang kita bawa mati, harta kita sesungguhnya adalah apa yang kita berikan pada orang-orang yang membutuhkan seperti Retno. ⁣
Level kehidupanmu tidak turun dengan banyak memberi. Justru pemberianmu pada anak-anak seperti Retno lah yang membuatmu kaya. ⁣

Tidak harus dengan harta, senyum tulus pada saudaramu juga sedekah yang tak ternilai harganya saat ia membutuhkan dukunganmu. ⁣

Retno, gadis kecil malang yang hanya ingin dicintai oleh orang tuanya.
Retno, gadis kecil yang ingin sembuh dan segera kembali ke sekolah demi cita-citanya.⁣⁣
Terimakasih kakak-kakak pasien supporter yang telah memberikan cinta yang begitu besar untuk Retno, hingga ia mau minum obat lagi demi kesembuhannya. Doakan Retno bisa segera sembuh dan pulih seperti sedia kala. Karena Retno juga ingin seperti kakak-kakak, menebar cinta dan kebaikan hingga ujung dunia. ⁣⁣
Retno percaya masih ada cinta di dunia ini. Masih ada kasih sayang dari orang lain untuknya. Untuk itulah Retno mau sembuh, karena masih ada orang yang peduli dan mencintai Retno tanpa syarat. ⁣⁣

Your greatness is not what you have, its what you give. ⁣

Resolusi 2021 nampaknya akan berat, namun bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Menolong orang-orang seperti Retno adalah misi saya. Mudah-mudahan team ini akan berjalan lurus, selalu dalam lindungan Allah. Namun team kami tidak bisa sendirian, kami butuh tangan-tangan relawan yang penuh kasih tanpa pamrih seperti teman bloger sekalian.

Kalau suatu saat saya mengunggah foto atau poster meminta bantuan, kiranya berkenan menyambut kami walau dengan senyuman dan dukungan 🙂

Bagaimana dengan resolusi 2021 versi teman bloger? Boleh sharing di sini yaa.

Artikel ini diikutsertakan minggu tema komunitas Indonesian Content Creator