Hari ini saya berkesempatan menjadi fasilitator pada pelatihan kader Tuberculosis di Fave Hotel. Saat dokter Chusnul menyampaikan tentang Kebijakan Penanggulangan TBC saya tertarik untuk mencatatnya. Betapa terkejutnya saya akan angka penderita TBC yang ternyata sudah tidak bisa disebut sedikit lagi. Angka yang menakutkan melihat jumlah penduduk Indonesia yang menduduki peringkat ke-4 di dunia.

Silakan dianalisis bagaimana bahayanya angka-angka ini kelak akan menyebarkan penyakit ke sekitarnya. Berikut hasil yang saya peroleh untuk saya bagikan bagi teman-teman semua. Karena Indonesia termasuk dalam wilayah penyebaran TBC yang relatif tinggi. Sehingga perlu kita ketahui bersama ilmu yang telah disampaikan oleh dokter Chusnul Muarif kali ini.

Berdasarkan data WHO di tahun 2017 tercatat ada 10.400.000 kasus TBC dengan rincian :

  • 3.700.000 (35%) wanita
  • 6.700.000 (65%) pria
  • 1.030.000 (9,9%) positif HIV 374.000 (36%) meninggal.
  • 1.040.000 (10%) TB anak 140.000 meninggal.
  • TB Resisten obat sebanyak 240.000 meninggal.

Sedangkan kondisi TBC di Indonesia menurut WHO di tahun 2017 tercatat sebagai berikut :

  • Diperkirakan 1.020.000 kasus TBC baru/tahun (391/100.000 penduduk)
  • Kematian 110.000 (42/100.000 penduduk)
  • 45.000 kasus dengan HIV positif (17/100.000 penduduk)
  • 11. 000 kasus resisten obat.

Bisa dibayangkan betapa banyaknya kasus TBC (yang terlapor) dan akan menjadi embrio penularan di lingkungan masing-masing jika tidak tertangani dengan baik. Belum lagi dengan kasus yang belum terlaporkan di fasilitas layanan kesehatan terdaftar. Menjadi tugas kita bersama untuk terus mengedukasi masyarakat agar penularan TBC bisa dicegah sedini dan seefektif mungkin. Sehingga tidak ada lagi kasus penderita TBC tidak memakai masker ketika berinteraksi dengan orang lain. Seperti yang pernah saya ceritakan pada link berikut :

Melawan Stigma Negatif TB dengan Pemakaian APD yuk!

Kegiatan yang selama ini sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan bersama dengan SSR TB Care Aisyiyah Kota Malang diantaranya

  • Promosi Kesehatan  seperti yang sudah dilakukan oleh kader-kader TBC di Aisyiyah Kota Malang. Salah satunya dengan gagasan ketuk pintu seribu rumah untuk menemukan sebanyak-banyaknya suspek.
  • Surveilans TBC
  • Pengendalian Faktor Resiko dengan memberikan edukasi pada masyarakat lewat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
  • Penemuan dan Penanganan Kasus TBC juga salah satunya lewat program kerja kader TBC Aisyiyah Kota Malang dengan melaksanakan fungsinya sebagai penyuluh sekaligus pendamping kesehatan agar sebisa mungkin tidak mangkir obat.
  • Pemberian Kekebalan lewat pemberian makanan bernutrisi agar penderita maupun kader tidak mudah tertular penyakit lain.
  • Pemberian Obat Pencegahan

Sebagai masyarakat yang peduli akan kesehatan lingkungan, yuk sebarkan seluas-luasnya edukasi TBC pada orang-orang terdekat agar rantai penyebaran TBC yang sudah sekian banyak itu bisa terputus dan terselesaikan secepatnya. Demi Indonesia bebas TB. Demi generasi muda yang sehat dan lebih bermanfaat untuk tahun bonus demografi mendatang.