Alhamdulillaah, setelah sekian lama menunggu akhirnya Pengen Jadi Baik 9 keluar jugaa, hihi.. ternyata yang menantikan rilisnya jilid 9 ini bukan hanya saya sebagai ibu rumah tangga yang punya anak usia 4,5 tahun. Tapi juga keponakan saya yang masih duduk di kelas 3 SD hingga SMP.

Begitu komik Pengen Jadi Baik jilid 9 ini rilis, grup whatsapp keluarga langsung heboh. Iya, seantusias itu kami dengan komik ini.

Review Pengen Jadi Baik 9

review pengen jadi baik 9Seperti biasa, komik Pengen Jadi Baik untuk segala usia ini masih sama, mengusung cerita sehari-hari yang dikemas dengan lucu namun sarat dengan hikmah. Dibuka dengan perkenalan keluarga Abah, pekerjaannya, dinamika di lingkungan sekitarnya, dan yang paling saya nantikan adalah bahasan-bahasan perihal riba dan hutang piutang.

Kenapa jadi tema yang saya nantikan? Karena saya tidak punya hal lain untuk dibagikan pada mereka-mereka yang selama ini hidup seolah tenang dan damai, padahal hutang belum selesai.

Dongkol banget ngga sih kalau kita yang hidupnya serba pas-pasan, menabung setengah hidup, tapi uang yang dibawa oleh teman seolah dilupakan tanpa pertanggungjawaban. Enak banget hidupnya, update liburan kemana-mana, makan enak dengan keluarga, eh hutangnya belum dibayar. Bahkan tidak ada upaya untuk nyicil.

Yaah jadi curhat, wkwkw. Ya intinya sih Pengen Jadi Baik selalu menjadi komik yang kami nantikan kisah-kisahnya yang tak terduga, garingnya jokes bapak-bapak, dan hikmah serta pengingat yang kadang tidak pernah terbersit dalam kepala.

Seperti pengingat yang diungkapkan oleh Abah di halaman 25 tentang harta yang kita dapatkan.

Jadi, harta kita itu cuma tiga. Apa saja?

  1. Makanan yang sudah kita makan
  2. Apa saja yang kita kenakan
  3. Harta yang kita infaq-kan di jalan Allah. Inilah harta yang akan jadi bekal tabungan kita di akhirat

Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Hamba berkata: harta-hartaku. Bukankah hartanya itu hanyalah tiga? Yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, dan yang ia beri, yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ditinggalkan. (HR. Muslim)

Lalu sesaat saya membayangkan, betapa harta yang selama ini kita kumpulkan memang tak akan dibawa “pulang”. Justru harta yang kita “habiskan” di jalan Allah-lah yang akan menjadi harta yang menemani kita di akhirat kelak.

Tidak hanya itu, Abah juga kerap memberikan sindiran tentang kondisi di negeri ini. Sindiran dengan ilmu yang membuat kita tidak hanya jadi netizen yang julid (selama ini gitu), tapi juga mengambil ilmu dan ibrah dari sebuah kejadian. Pun pemberitaan yang sempat ramai beberapa waktu lalu tentang salah satu pejabat pajak yang “diduga” kaya karena hasil korup. Secara realistis, Abah mengingatkan kita (para netizen yang suka kepo ini) tentang prasangka.

Juga tentang pandangan orang-orang yang menganggap dirinya sebagai ‘si paling open minded’ hahaha, asli, di episode ini saya paling ngakak dan ngga berhenti tertawa karena perumpamaan Abah yang top banget! Penasaran kan? Baca saja komiknya, hihi..

Pengingat-pengingat seperti ini tuh rasanya berharga dan mengena di hati. Salah satu sarana dakwah lewat pena dari Abah. Lalu saya membayangkan ada berapa banyak buah kebaikan yang akan dipetik oleh Abah kelak karena bukunya yang laris manis ini kemudian menjadi kesukaan anak-anak. Menjadi rujukan bagi bocah-bocah yang siapa tahu kelak menjadi pemimpin atau ulama di negeri ini. Jadi jalan kebaikan bagi siapapun termasuk lewat komik. Siapa sangka ya kan?

Untuk itulah review Pengen Jadi Baik 9 ini ada. Saya juga ingin menjadi bagian dari kebaikan yang disebarkan oleh Abah. hehehe.. 

S.O.P Memberi Hutang dari Pengen Jadi Baik 9

Nah ini, bagi teman-teman yang belum berkesempatan untuk membaca komik ini, saya bagi deh sini satu halaman yang menurut saya cocok banget untuk teman-teman yang suka banget memberi utang.

SOP atau Standard Operating Procedur Memberi Hutang dirangkum oleh Abah dalam komiknya sebagai berikut:

  1. Kita tanya dulu nih, ‘buat apa?‘ (urgent atau tidak urusannya, jika digunakan untuk hal konsumtif maka katakan tidak).
  2. Mau utang berapa? Kita sanggup atau tidak secara finansial? Lalu yang dipinjam uang besar atau uang kecil? Pertimbangkan risikonya jika yang bersangkutan wanprestasi alias suka mangkir ketika hutang harus dilunasi. Sebagian orang ada yang bersedia meminjami sebesar maksimal dia sanggup memberi. Biasanya saya gunakan ini untuk orang-orang terdekat yang mudah sekali berhutang kesana kemari dan kondisinya memang selalu dalam kondisi terdesak karena gali lubang tutup lubang.
  3. Siapa yang jadi saksinya? Ini penting sekali untuk membuat perjanjian hutang piutang dengan dua saksi laki-laki. “Yaelah minjem segitu doang pake saksi!” Maka bisa kita jawab, ya kalau ngga mau ngga apa-apa juga kali, silakan berhutang ke orang lain”.
  4. Jangan lupa cek track record dia soal hutang piutang (amanah atau tidak orangnya? Jujur ngga?)
  5. Jika ada orang yang tak sanggup membayar karena memang kekurangan (bukan karena ngemplang), maka tawarkan opsi-opsi baru. Misalnya reschedule jatuh tempo, atau tawarkan mengangsur sampai berapa kali sanggupnya, atau bebaskan saja hutangnya sebagian atau seluruhnya.

Bagaimana dengan teman-teman? Sudah pernah  melaksanakan S.O.P seperti tersebut di atas? Kalau saya sih sudah, tapi yang namanya mental buruk, ternyata S.O.P nomor 1 hingga 4 pun tak bisa membuatnya membayar hutangnya, hingga pada akhirnya kami “dipaksa oleh waktu” untuk merelakannya.

Berat memang, tapi saya berharap Allah yang akan membalas segalanya. Udah, itu aja sih. 

Bagaimana? Ada yang sudah pernah baca Komik Pengen Jadi Baik ini? Kalau sudah, ceritakan mana kisah yang paling teman-teman sukai di kolom komentar yuk!

Semoga review Pengen Jadi Baik jilid 9 ini bermanfaat yaa!