Komik Pengen Jadi Baik volume 6 akhirnya terbit! Komik penuh teladan yang selalu saya nantikan terbitnya. Meskipun saya sudah mengurangi membaca komik, namun untuk Pengen Jadi Baik, komik karya Abun Nada dan sejenisnya, saya tak ingin ketinggalan dong! Apalagi isinya benar-benar bikin kita menyadari banyak hal yang selama ini dianggap “biasa saja”. Salah satunya perkara hutang dan riba yang sampai sekarang pun saya masih mempelajarinya agar tidak terjerat diantaranya.

Komik Pengen Jadi Baik, Potret Harapan Orang Tua untuk Anak

orang tua sebagai teladan kebaikan

Selama membaca Pengen Jadi Baik, saya selalu berdoa agar anak saya kelak seperti K atau Kevin, atau bisa lebih baik. Aamiin. K yang merupakan tokoh utama dari serial komik ini punya adab dan akhlak yang luar biasa. Baik itu ke orang tua, guru, teman, dan sesama makhluk Allah. K adalah representasi anak-anak harapan kita semua, harapan semua orang tua.

Pengen Jadi Baik volume 6 menceritakan kisah K yang menjadi anak pindahan dari Jombang ke Jakarta. Saat mengikuti tes masuk SD, K mendapat nilai yang memuaskan. Bahkan lulus dari SD dengan predikat salah satu lulusan terbaik dengan banyak nilai yang sempurna. K juga bermain kok. Hanya saja K hidup di tengah lingkungan keluarga yang penuh teladan. Kalau waktunya salat ya salat, meskipun kadang K membawa mainannya juga ke masjid. Fitrah anak-anak.

Namun kesuksesan Mama K dan Papa Squ mendidik K menjadi seorang anak salih membuat saya tertegun. Hampir di setiap cerita, Papa Squ dan Mama K jarang memberi ceramah pada K. Namun mereka langsung memberikan teladan di depan K. Sedekah misalnya, praktik sedekah di depan K yang dilakukan oleh kedua orang tuanya adalah salah satu uswah hasanah yang harus ditiru oleh orang tua zaman sekarang.

Kalau menyuruh anak salat tepat waktu tapi dirinya sendiri masih sibuk dengan gawai dan menunda salat, bagaimana bisa berharap anak akan salat tepat waktu juga? Kalau menyuruh anak untuk mengaji sementara ibunya tidak mau ketinggalan episode FTV, bagaimana bisa anak akan mau mengaji? Sekali lagi, teladan inilah yang kadang luput kita sadari, saya khususnya. Menyuruh anak untuk bersikap baik dan tidak memilih-milih makanan, sementara saya masih memilih-milih makanan juga. Bukankah ini tidak adil?

Perkara Agama menjadi Mudah

pengen jadi baik

Tak bosan-bosannya Pengen Jadi Baik selalu menyisipkan pesan agar pembaca selalu berhati-hati agar tidak bermudah-mudah dalam berhutang. Apalagi hutang riba. Saya pun berkali-kali juga diingatkan agar memberi kemudahan pada orang yang berhutang. Karena memberi kemudahan pada orang yang berhutang termasuk kebaikan dan mendapat pahala dari Allah.

Khusus di edisi Pengen Jadi Baik 6 ini, Papa Squ juga menggambarkan pengalamannya dalam menghadapi pandemi. Masih relevan dengan saat ini. Pesan-pesan agar tidak panic buying, mematuhi anjuran Pemerintaha agar tetap di rumah saja, hingga selalu menerapkan protokol kesehatan dimanapun berada.

Hal paling menarik ketika Papa Squ membahas orang-orang yang menganggap remeh virus Covid-19 dan menjadikan alasannya takut pada Tuhan agar ia bebas melakukan apa saja. Termasuk tidak mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran Pemerintah dan badan kesehatan dunia.

Yah, di luar sana ada sebagian masyarakat yang ignorant, tak peduli dengan segala imbauan Pemerintah. Merasa badannya sehat dan baik-baik saja, padahal bisa jadi sebenarnya dia membawa penyakit tersebut, dengan dalih,

Sama Corona aja takut, Huu! Kagak ada iman”

Namun akhirnya, dia menulari penyakit ke orang-orang lain di sekelilingnya. Padahal takut dengan marabahaya yang mengancam keselamatan seperti takut kebakaran, diterkam binatang buas, dikeroyok penjahat, tertular wabah penyakit, takut tersengat listrik, takut tenggelam, dan lain-lain adalah takut yang alami dan wajar.

Diberikan rasa takut oleh Allah itu agar kita menjaga diri dari celaka dan kebinasaan. Rasa takut yang wajar dan alami begini, tentu saja boleh. Menghindar dari bahaya kan termasuk ikhtiar kita, contohnya memakai masker di tempat umum. Analoginya seperti ketika kita memakai helm untuk menaati aturan lalu lintas dan supaya aman jika terjadi kecelakaan. Padahal belum pasti juga kita akan mengalami kecelakaan. Nah, memakai helm itulah yang diberi nama ikhtiar.

Mematuhi aturan lalu lintas, ikuti rambu-rambu jalan dan berada di jalur yang benar adalah termasuk ikhtiar agar kita semua selamat. Mati atau tidak kita karena kecelakaan lalu lintas itu takdir Allah. Namun kita wajib berikhtiar agar kita dan orang lain selamat. Begitu pula dengan virus Corona ini, mati atau tidak seseorang ya memang takdir Allah. Ikhtiar kita adalah menjaga kesehatan diri sendri dan juga orang lain.

Begitulah, dan masih banyak lagi pelajaran berharga yang diberikan Papa Squ untuk pembaca sekalian di Pengen Jadi Baik Volume 6 ini. Yuk baca bukunya, reguk lautan hikmahnya 🙂 Yuk jadi baik, jangan jadi orang yang alergi pada kebaikan 🙂

cover pengen jadi baik 6

 

Baca Juga Kisah Sang Budak dan Anjing