Menepilah ketika lelah. Tak perlu berpacu hanya karena tak mau dianggap kalah.

Jangan pedulikan provokasi dan hal-hal yang menyulut amarah.

Nikmat Allah Ta’ala terlalu berharga dan indah. Sayang jika terkotori oleh keluh kesah. Mari fokus saja pada yang mendatangkan faedah.

Tengoklah anak-anak kita yang sedang lucu-lucunya. Mereka butuh teladan yang dapat menggemburkan hatinya. Apakah akan kita biarkan mereka direnggut gosip, sinetron dan sampah di sosial media?

Saya tulis buku ini dengan sedikit memberi porsi lebih pada soal pendidikan. Sekadar sebagai bahan inspirasi dan renungan. Mari kita luangkan lebih banyak waktu dan energi untuk menyiapkan generasi masa depan.

Tantangan mereka bisa jadi akan lebih berat dari yang saat ini kita rasakan.

Mari sudahi tengkar sesama saudara. Saling menjatuhkan tak akan membuat kita jadi juara. Sebab, pemenangnya justru mereka yang kasak-kusuk menginginkan kita binasa.

Semakin berat rasanya menjaga ukhuwah agar tak sampai terbelah.

Maka, ketika jiwa didera lelah, menepilah.

Tumpahkan semua gundah kepada Allah Yang Maha Pemurah 

-Abunnada-

menepilah ketika lelah

Menepilah Ketika Lelah adalah judul komik yang ditulis sekaligus diilustrasikan oleh Abunnada. Hayoo siapa yang tak kenal Abunnada?

Bagi yang sudah lama mengikuti instagramnya pasti sudah tak asing dengan kalimat indah nan sejuk ala beliau. Menepilah Ketika Lelah adalah salah satu komik untuk dewasa yang saya beli di tahun 2020 silam. Namun belum sempat terbaca.

Hingga pada akhirnya ada tantangan membaca lewat Reading Challenge ODOP, akhirnya saya berniat untuk menghabiskan buku ini. Alasannya bukan karena sudah lama plastiknya belum saya bongkar, namun lebih pada kebutuhan saya untuk saat ini.

Kebutuhan untuk mendukung sesuatu yang sedang saya kerjakan sekarang.

Menepilah Ketika Lelah seperti oase di tengah gurun pasir bagi saya yang merasa “kering”.

Memilih Menepilah Ketika Lelah

Memilih buku ini di rak untuk segera dituntaskan sore itu karena hati saya masih gundah. Sudah lama tak bersinggungan dengan manusia, akhirnya sore ini saya disibukkan dengan omongan orang lain perihal saya. Ceritanya panjang, bagaimana saya terkena badai fitnah yang menyakitkan di saat-saat penulisan artikel untuk lomba Tanya Veronika. Jika berkenan membacanya, teman bloger bisa mampir ke sini, bonus tips bagaimana menghadapi fitnah.

Lihat saja bagaimana Abunnada membuka bukunya. Sungguh meneduhkan dan seolah menyiram hati saya yang panas dengan air yang sejuk. Meskipun beberapa kali telah mendengar nasihat untuk bersabar, namun nasihat Abunnada menguatkan saya di saat yang tepat. Pada saat-saat yang sangat saya butuhkan.

Menepilah Ketika Lelah tidak hanya berisi tentang nasihat agama, tapi juga sharing pendidikan untuk anak, pengingat untuk berbakti pada kedua orangtua, hingga sebuah cerita yang menyadarkan kita tentang milik siapa diri kita sebenarnya.

Beberapa hal yang disampaikan Abunnada seperti bagaimana membentuk karakter anak sejak usia dini, bagaimana mendidik anak dengan kalimat yang santun dan penuh teladan, dan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan membuat saya berkaca.

Kaca itu menasihati saya : Sudah benarkah selama ini apa yang saya berikan terhadap anak? Apakah ini yang dinamakan teladan dan pendidikan yang baik?

Teman bloger akan melihat bagaimana Abunnada yang ternyata juga punya ilmu psikologi bermain dengan diksi yang indah dan memikat. Saya sampai heran, beliau ini komikus, penyair, atau psikolog? Hehe..

Analogi Minyak dan Air

Satu bab yang sangat membekas dari komik ini adalah ketika Abunnada menganalogikan pendidikan dengan minyak dan air.

Diceritakan dalam komik ini bahwa pada suatu hari, di sebuah pesantren, seorang ustadz berbicara pada santrinya.

“Anak-anak, pagi ini kita akan belajar tentang dosa dan cara membersihkannya. Kalian siap?”

“Siaap!” serempak anak-anak tersebut menjawab. Lalu sang ustadz memberikan penjelasan yang sungguh mencerahkan.

“Gelas bening ini adalah hati kalian ketika baru lahir. Jernih, bening, tanpa kotoran sama sekali. Air bening ini adalah amal-amal shalih. Minyak ini adalah maksiat dan dosa-dosa.

Semakin tumbuh besar kalian, amal kalian pun semakin banyak. Kadang, kalian beramal shalih, kadang bermaksiat. Sekarang, ustadz minta kalian sebutkan contoh maksiat atau perbuatan dosa. Setiapkali kalian sebutkan contoh maksiat, ustadz akan tuangkan minyak ke dalam gelas.”

Para santri pun menjawab bergantian, “Ghibah!” “Mencuri”, “Membentak ibu bapak”, “Bohong”

“Nah, sekarang ustadz minta kalian sebutkan contoh amal shalih. Setiap kali kalian sebut amal shalih, Ustadz akan tuang air jernih ini ke dalam gelas.”

Para santri bergantian menjawab, “Shalat!”, “Baca AlQuran”, “Patuh pada ibu bapak”, “Mengaji”.

“Perhatikan baik-baik. Minyak tidak bisa bercampur dengan air. Ini sama dengan amal shalih dan dosa. Mereka berdua tidak bisa bersatu. Mereka akan saling mengalahkan dan mengusir salah satu. Agar minyak dalam gelas bisa keluar semua, kita harus tuang air banyak-banyak. Ayo, sekarang kalian sebutkan sebanyak mungkin amal shalih yang kalian tahu!”

“Sedekah!”, “Berdoa”, “Memuliakan tetangga”, “Jujur”.

“Perhatikan baik-baik, untuk mengeluarkan minyak tadi dari gelas dan membersihkan gelas sampai tak bersisa bekas minyaknya, kita perlu satu botol besar air. Artinya, agar hati kita terjaga kebersihannya, maka kita harus sirami terus hati kita dengan sebanyak-banyaknya amal shalih. Untuk tujuan itulah kenapa ayah ibu kalian mengirim kalian belajar di pesantren. Agar waktu kalian diisi dengan amal-amal shalih. Di pesantren, kalian dilatih dan dibiasakan melakukan apa saja yang Allah cintai dan ridhai. Menjauhi perbuatan-perbuatan yang Allah benci dan murkai, agar hati kalian lebih terjaga. Kalian paham nak?”

Nasihat tersebut mengetuk hati saya bahwa dosa dan amal shalih tidak bisa menyatu sebagaimana minyak dan air.

Sungguh sebuah nasihat sederhana ya? Namun mengena di hati.

Buku ini disebut komik karena kebanyakan lembarnya adalah bergambar. Namun ada juga halaman-halaman yang berisikan tulisan saja. Jadi untuk teman bloger yang tidak terbiasa membaca buku dengan halaman tebal dan susunan paragraf rapat-rapat, baca komik ini dulu deh. Pasti akan jatuh cinta pada halaman pertama.

menepilah ketika lelah

Identitas Buku :

Menepilah Ketika Lelah, Penulis dan Ilustrator : Abunnada

Editor : Beta Uliansyah, Ary Susanti

Editor Ahli : Ustadz Nasir Umar bin Amr, Lc

ISBN : 978-623-7447-17-7, Cetakan Pertama November 2020, 216 halaman.

Diterbitkan oleh Penerbit Ahlan Pustaka Umat, Tangerang Selatan.