Tanda penyakit hati adalah salah satu indikator yang harus kita ketahui kalau ingin hidup dengan bahagia.
Kita tahu bahwa setiap anggota tubuh makhluk diciptakan untuk fungsi tertentu. Tanda bahwa anggora tersebut sakit karena adanya disfungsi atau ketika mengalami ketidakstabilan. Tangan yang sakit tidak akan bisa bekerja. Mata yang sakit tidak sanggup melihat. Hati yang sakit membuatnya tidak memerankan fungsi khusus dimana ia diciptakan untuknya. Yaitu ilmu, hikmah, dan ma’rifah, mencintai Allah dan beribadah kepadaNya, serta mendahulukan semua itu di atas segala keinginan.
Seandainya manusia mengetahui segala sesuatu tetapi dia tidak mengetahui Allah, maka ia tidak mengetahui apapun.
Hakikat Penyakit Hati
Penyakit hati adalah penyakit yang samar, pemiliknya mungkin tidak mengetahui karena itu dia melalaikannya. Andai ia mengetahui, maka sulit baginya untuk bersabar menelan pahitnya obat. Karena obatnya adalah menyelisihi hawa nafsunya sendiri.
Andaipun ia bisa tahan, namun tidak ada dokter ahli yang bisa mengobatinya. Karena pada dokter di bidang ini adalah para ulama dan penyakit itu sendiri sudah mengungkungi mereka, dan dokter yang sakit jarak dilirik pengobatannya. Sehingga penyakitnya menjadi kronis, ilmu tentang hal ini menjadi semakin tergerus. Penyakit hati dan pengobatannya terlihat asing, orang-orang melakukan amal-amal yang sepintas adalah ibadah, namun batinnya adalah adat (rutinitas dan kebiasaan) semata. Inilah tanda dasar penyakit hati.
Mengobati Penyakit Hati
Mengupayakan pengobatan dan kesembuhan sebuah penyakit adalah wajib sebagai bentuk ikhtiar kita terhadap takdir Allah. Bagaimana ia bisa menjadi sehat kembali, maka kita serahkan saja hasilnya pada Allah.
Ketika memulai pengobatan, kita harus mulai melihat dulu pada penyakitnya. Kalau penyakitnya kekikiran maka obatnya adalah memberikan harta tetapi tidak berlebihan, yang bisa mencapai tingkat mubadzir. Karena jika demikian maka akan muncul penyakit yang baru. Sehingga ia seperti orang yang mengobati kedinginan dengan panas yang berlebihan. Apa yang terjadi? Pasien menjadi kepanasan, muncullah penyakit baru. Maka dalam hal ini yang dituntut adalah keseimbangan.
Bagaimana mengetahui keseimbangan?
Al Imam Ibnu Qudama Al-Maqdisi mengatakan,
Bila kamu ingin mengetahui keseimbangan, maka perhatikanlah dirimu. Bila mengumpulkan harta dan menahannya lebih nikmat bagimu dan lebih mudah daripada memberikannya kepada yang berhak, maka sadarilah bahwa akhlak bakhil telah menguasaimu. Maka obatilah jiwamu dengan memberi.
Bila memberi kepada yang lebih berhak lebih nikmat dan ringan bagimu daripada menahan, maka kamu telah dikuasai sikap mubadzir. Maka kembalilah menjaga sikap menahan. Terus ketahui bagaimana dirimu, dengan mudah dan sulitnya menahan. Sehingga hubungan hatimu dari harta terputus, maka hatimu tidak cenderung untuk memberikannya atau menahannya.
Maksudnya sepatutnya kita berlaku seperti air. Tidak terlalu menahan, juga tidak terlalu melepas.
Sehingga kita akan selamat dari akhlak-akhlak yang lainnya. Sehingga hati sama sekali tidak memiliki ketergantungan dengan sesuatu apapun dari perkara dunia. Maka ketika jiwa kita meninggalkan dunia, hati dalam keadaan tidak mempunyai keterkaitan dengannya, tidak menoleh kepadanya dan tidak pula merindukan sebab-sebabnya. Maka saat itulah jiwa kita kembali kepada Tuhannya sebagai jiwa yang tenang.
Meraih Keseimbangan Sejati
Keseimbangan sejati memang berada diantara dua sisi yang sangat samar. Bahkan dikatakan oleh para ulama ia lebih lembut daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang. Maka tidak mengherankan bila orang yang bisa berjalan dengan baik di atas jalan lurus di dunia ini, dia bisa melewati jembatan akhirat dengan baik pula. Karena sulitnya istikamah, maka seorang hamba diperintahkan agar mengucapkan setiap hari,
Tunjukilah kami jalan yang lurus (Al-Fatihah : 6)
Kalaupun kita tidak mampu istikamah, paling tidak terus berusaha mendekat pada istikamah. Memburu keselamatan dengan cara terus beramal shalih.
Barangsiapa mengetahui pendeknya umur dibandingkan dengan umur kehidupan akhirat, maka dia akan rela memikul beban safar untuk beberapa hari sehingga ia akan mendapatkan kenikmatan abadi.
Bagaimanapun orang yang memiliki tekad yang kuat untuk terus bersabar, kelak ia akan mendapatkan buahnya yang manis.
ihdinas siratal mustaqim.. jalan yang lurus kadang tidak mesti lurus, kadang naik turun belok kanan kiri tapi menuju arah yang benar
harus ada guru yang membimbing..
sekaliber mbah yai ahmad dahlan juga masih harus berguru ke mbah yai sholeh darat & syaikhina kholil bangkalan….
sungkem wolak walik ningg…..
[…] Baca Juga Tanda Penyakit Hati dan Kesembuhannya […]