This is My Way adalah buku solo pertama karya Maftuha, seorang kawan yang sudah saya anggap seperti adik sendiri. Diawali perkenalan lewat salah satu komunitas menulis ODOP tahun 2019 lalu saya mengenalnya sebagai sosok perempuan yang keinginan belajarnya sangat kuat dan pantang menyerah. Meski beberapa kali fokus menulisnya kadang sempat ter-distract, maklum dulunya masih jomlo (*peace haha). Akhirnya, saya ikut bangga Maf bisa menyelesaikan naskahnya tepat waktu.
Bila engkau ingin mengetahui secara persis di mana letaknya batas-batas kemungkinan dalam hidup ini, aku kira engkau harus berani mencoba melangkah setapak. Melewati sedikit saja garis kemungkinan. Sampai engkau masuk dalam wilayah kemustahilan yang telah banyak membuat orang putus asa. Setelah engkau alami sendiri, nanti baru tahu bahwa kemustahilan itu hanya imajinasi orang yang berakal pendek. Imajinasi tersebut dibangun karena berdasarkan ketergantungan kepada sesama. Tetapi ketika bergantungmu kepada Tuhan Yang Mahakuasa maka apa saja bisa.
(Penggalan Irama Cinta, Buya Syakur – Pengasuh PP Candangpinggan, Indramayu)
Membaca penggalan Irama Cinta dari Buya Syakur sebelum membaca bab pertama dari This is My Way ini seolah sedang mengingatkan saya sebagai pembaca bahwa sudahkah kalimat yang selama ini kita lafazkan dalam doa dan salat benar-benar diterapkan dalam tingkah pola?
Bahwa sesungguhnya, salatku, hidup dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Membaca This is My Way mampu mengingatkan saya betapa kuasa Tuhan itu memang tidak terbatas. Apa yang tidak mungkin di mata manusia, bisa saja terjadi atas kehendak Allah. Kadang, sebagai manusia kita hanya ingat untuk terus berusaha, lalu berhenti dan mengusahakan hal lain. Tanpa sejenak memberi jeda pada jiwa untuk menyerahkan segala urusan yang sudah diselesaikan pada Tuhan Sang Penggenggam Alam Semesta.
Manusia terlalu pongah ketika menumpukan segala sesuatu dari kerja kerasnya saja tanpa mengingat bagaimana takdir Allah bekerja, maka di sinilah kekuatan doa. Penulis mencoba menyampaikan banyak hikmah pada kita bahwa bagaimanapun perjalanan hidup, jangan lupa akan hakikat kita sebagai manusia, musafir di bumi ini.
Penulis memberikan banyak contoh real dalam bukunya, mulai dari persoalan pendidikan, kegalauan yang tidak semestinya, serta bagaimana menghadapi orang-orang toxic di sekitar kita. Bagian paling menarik dan related dengan banyak pembaca nampaknya permasalahan tentang pernikahan.
Pertanyaan soal, “Kapan nikah?” nampaknya menjadi salah satu trending topic di Indonesia. Meskipun sebenarnya pertanyaan itu tidak salah, namun kadang hal tersebut bisa menjadi motivasi bagi yang mendengar untuk bersegera menikah. Lalu apakah bersegera menikah juga salah? Tentu saja tidak. Menyegerakan kebaikan adalah hal yang dianjurkan. Namun, kita harus tahu apa sebenarnya alasan ingin segera menikah?
Apakah karena omongan orang lain? Atau karena memang kita benar-benar ingin dan wajib menikah?
Penulis memberikan gambaran bagaimana orang yang ingin menikah karena memang sudah siap dengan ilmu dan segala konsekuensinya, juga orang yang ingin menikah hanya karena keinginannya. Kalimatnya yang luwes dan bahasanya yang sederhana menghadirkan kesadaran pada pembaca untuk menjalani hari dengan bahagia karena inilah jalan yang harus kita tapaki sendiri, bukan orang lain.
Penulis juga secara lengkap memberikan gambaran bagaimana ketika Sayyidina Ali dan Fatimah Az-Zahra saling menantikan saat-saat menjadi pasangan halal. Berkaitan dengan hal tersebut, diharapkan pembaca tidak lagi galau perkara cinta, jodoh, dan hal-hal sejenisnya.
Ada banyak buku yang saya baca, tetapi tidak semua bisa memenuhi gizi untuk pikiran. Membaca bab demi bab dalam This is My Way, saya menyadari banyak hikmah yang bisa diambil darinya. Saya belajar sekaligus melahap gizi yang dibutuhkan. Sebab manusia butuh dua sayap untuk bisa terbang mencapai kebahagiaan. Satu sayap jasmani, satu sayap rohani. Keduanya harus seimbang. Teman-teman harus jadikan This is My Way sebagai salah satu referensi di saat kita butuh penyeimbang.
This Is My Way, Sebuah Perjalanan Menemukan Hakikat Hidup yang Sesungguhnya.
Penulis : Maftuha
Penerbit Caraka Publishing, Tuban. 162 halaman, Cetakan Pertama Agustus 2020
Review telah dimuat di www.sanggarcaraka.com
Pertanyaan “Kapan nikah?”, Alhamdulillah belum pernah aku rasakan. Karena memang aku termasuk yang cepet nikah. Tamat kulliah, Alhamdulillah langsung ada yang meminang. Tapi walaupun gitu, tetep saja ada pertanyaan lain misal kapan punya anak, kapan nambah adik, kenapa gak kerja, dll yang bikin tonix banget. Sepertinya cocok banget baca buku ini ya mbak.
This is my way…waw, tentunya jalan setiap orang pasti beda-beda ya khan? dan sepertinya buku ini bagus untuk dibaca-baca? bwt, buku ini sudah ada di gramed belum ya? thanks infonya..
Terbitnya indie Kak. Jadi belum masuk gramed
Reviewnya bagus kak ji, bisa dibuat gambaran
Wah, fokus ke sini: ” Sebab manusia butuh dua sayap untuk bisa terbang mencapai kebahagiaan. Satu sayap jasmani, satu sayap rohani.” sepertinya This is My Way pas buat teman rohani di masa pandemi
Related banget nih ‘kapan nikah’, hampir tiap tahun pasti ditanyain. Bukan nggak mau, pastilah mau, kebaikan kok ditunda. Tapi balik lagi ya J, This is My Way, mungkin saya masih harus baik dulu ke sesama. Karena nggak ada yg mustahil bagi Allah SWT, kalau udah waktunya nikah, sama Afgan juga bisa aja yekaan
“Kapan nikah?”
“Kapan punya anak?”
“Kapan nambah anak?”
Semua pertanyaan itu pernah aku dengar. Tidak hanya dari mulut orang asing yang sekedar ingin basa-basi, tetapi juga dari mulut orang-orang terdekat. Seringnya sih aku tanggapi santai aja, tapi ada masanya aku meradang juga, apalagi kalau lagi PMS. Hahaha. Isi bukunya bagus, nih. Menikah itu kan bukan untuk 1-2 hari, tapi seumur hidup. Jadi memang harus dilakukan dengan penuh persiapan baik lahir maupun batin.
Kalau pertanyaan “apa kegiatan di rumah?” toxic bukan ya mbak? hehe soalnya biasanya orang menganggap remeh kalau yang kita jawab adalah “saya mengurus anak dan rumah tangga.”
Dan, pertanyaan mereka itu justruy kebetulan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Misal dalam hal ini, memang benar, saya juga tidak mau di rumah aja. Maunya ke luar dan punya “pekerjaan” karena itu yang bisa membahagiakan kita. Keingian terdalam yang sulit diwujudkan secara realitas. Akhirnya pendapat orang menambah beban pikiran.
Oh ya, buku ini apakah bisa menjawab salah satu kegalauan tersebut? Kalau ya, mau deh beli dan baca. hehe
Pertanyaan kepo-kepo gitu engga banget deh. Buku ini sebagai penyeimbang rohani kita, supaya engga mudah baper yah.
Memang kita engga hanya jasmani, tetapi juga rohani ya. Bukunya sepertinya ringan dan gaya bahasa populer ya?
Benarkah buku this is my way penuh gizi untuk pikiran? perlu punya nih buat refreshing otak biar gak mampet.
Pertanyaan kapan menikah, belum pernah saya dapatkan. Soalnya saya menikah di usia 24 tahun. Padahal dulu cita-cita saya menikah di usia 28, eh jodohnya lebih cepat. Memang menikah itu harus punya ilmu, hal ini saya rasakan banget kita awal-awal menikah.
Manusia emang kewajibannya berusaha dan berdoa perkara hasil biar Allah yang tentukan. Rekomended deh kak kayaknya bukunya. Boleh pijem gak nih?
Baca ulasan ini jadi tertarik membacanya juga. Review yang menarik nih mbak, cari di shopee ah
Buku yang sangat cocok untuk dibaca oleh kalangan muda. Memang menemukan jalan yang tepat dan lurus itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh keseriusan dan kesungguhan untuk menolak semua gemerlap yang menipu hati dan mata
Buku model seperti ini memang harusnya banyak beredar di pasaran. Sudah paling benar berusaha sebisa kita dan menyerahkannya kepada kekuatan yang paling besar. Ditambah dengan rintangan dan problematika kehidupan, yang namanya iman harus dimantapkan supaya tidak terseret dalam pergaulan yang tidak baik, mengatasi amarah juga jika pertanyaan klise mulai dilontarkan.
Jika orang bertanya pertanyaan klise, saya biasanya menjawab dengan “Minta doanya saja supaya disegerakan”. Dari situ saya malah seneng kalau ditanya, artinya ada yang nambah mendoakan” hehe
halo kak Jihan,
pertanyaan mendasar yang bikin hati jadi balik bertanya, sudahkan? heemmm, ternyata yaa belum. sebuah buku yang bisa mengingatkan kita akan niatan hidup seperti buku ” This is My Way” ini bisa kembali merefresh dan jadi reminder ya. kadang hingar bingar hidup dan segala keindahan dan kerumitannya membuat kita lupa sama tujuan awal, ibadah karena dan hanya untuk Allah saja.
Yuk Mbak… Baca 😀
Terima kasih banyak ulasannya Mbak Ji.. Kakakkuh… peluk jauhhh.