Tips Menulis Novel kali ini saya rangkum dari materi yang telah disampaikan oleh Najhaty Sharma, penulis Novel Dua Barista yang sudah mencapai ribuan eksemplar di cetakan pertama dan keduanya. Meskipun saya belum pernah membacanya, namun tips dari Mba Haty (begitu panggilan akrab beliau) patut disimak dan kalau bisa diterapkan sih. Apalagi untuk saya yang bikin novel saja ngga selesai-selesai, hehe..

Jika teman bloger ingin menulis sebuah novel, maka ada baiknya untuk memperhatikan poin-poin penting sebelum memulainya. Jika sudah dimulai, maka selesaikan. Karena jika tak pernah selesai, tidak akan pernah menjadi novel (ya iyalah ya..)

Tips Menulis Novel Viral dan Laris

Sebelum menuju “laris”nya sebuah novel, sebaiknya perlu diperhatikan poin-poin yang harus ada di dalam novel. Sehingga label “laris dan viral” itu tidak hanya sekadar label, tapi juga punya kualitas atau value yang patut diperjuangkan oleh pembaca.

tips menulis novel viral dan laris

Beberapa tips secara teknis mungkin sudah banyak dipahami oleh teman bloger, baik sebagai penulis pemula maupun penulis profesional. Saya sendiri masih menyebut diri sebagai penulis pemula yang masih kurang sekali ilmunya. Apalagi di ranah fiksi. Novel tidak hanya sekadar menceritakan sebuah imajinasi, meskipun fiksi tapi harus tetap masuk akal dan punya “nilai” kan?

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menulis sebuah novel diantaranya unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Disebut unsur intrinsik sebuah novel jika ia adalah unsur yang berperan dalam membangun novel dari dalam/unsur dalam cerita itu sendiri. Yakni tema, penokohan, alur/plot, latar/setting, sudut pandang, dan amanat.

Tema : Tema merupakan ide atau gagasan utama dari sebuah novel. Tanpa tema, sebuah novel tidak akan memiliki sebuah “nyawa”. Maka sebelum menulis, tentukan terlebih dahulu, tema apa yang akan diangkat dalam sebuah novel yang akan ditulis.

Tokoh / Penokohan : Tokoh adalah pelaku dalam sebuah novel. Sedangkan penokohan merupakan watak atau karakter dari tokoh yang ada dalam cerita novel. Bagaimana watak karakter tiap tokoh, harus dirancang secara detail. Hal ini bisa kita tulis secara tersirat dalam sebuah narasi misalnya. Lalu bisa juga dalam dialog-dialog antar tokoh maupun dialog dengan diri sendiri. Teman bloger juga bisa memasukkannya dalam alur melalui konflik demi konflik. Atau bisa juga dengan menerangkan berdasarkan latar yang ada dalam novel tersebut.

Membuat tokoh menurut Mbak Haty memang harus diimajinasikan seperti “benar-benar ada”. Lalu membuatnya semenarik mungkin. Agar dalam penulisan tidak macet, maka konsep tentang tokoh harus kita siapkan dengan sangat matang. Membuatnya semenarik mungkin agar pembaca tidak bosan adalah salah satu hal yang wajib dilakukan penulis.

Alur / Plot : adalah hal penting yang akan membangun jalannya sebuah cerita dalam novel. Umumnya, alur dalam novel dibedakan menjadi 2 macam, yakni alur maju dan alur mundur. Alur maju adalah alur yang cerita di dalamnya bergerak secara urut dan memiliki jalan cerita yang rapi.contoh penggunaannya adalah pada novel biografi dan autobiografi. Alur mundur atau biasa disebut flashback merupakan alur yang ceritanya bergerak secara loncat (awal-akhir-awal-akhir). Sangat sering digunakan dalam dalam novel misteri atau novel fantasi.

Latar/Setting : Latar / setting adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa yang ada dalam cerita. Latar adalah salah satu unsur pembangun cerita yang vital. Latar dibagi menjadi : Waktu, Tempat, Sosial budaya, Keadaan lingkungan, dan Suasana. Penting bagi kita untuk mengambil latar yang sudah kita kuasai.

Sudut Pandang : Sudut pandang sendiri adalah cara pandang seorang pengarang dalam menyampaikan cerita novelnya. Sudut pandang sendiri bisa dibagi menjadi empat macam, yaitu:

Sudut pandang orang ketiga – serba tahu.
Sudut pandang orang ketiga – sebagai pengamat.
Sudut pandang orang pertama – sebagai pelaku utama.
Sudut pandang orang pertama – sebagai pelaku sampingan.

Amanat : adalah sebuah pesan tertentu yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui cerita dalam novel. Amanat bisa berupa kritik sosial, ajakan, protes, dan lain sebagainya. Amanat umumnya dibagi menjadi dua : tersurat yaitu disampaikan dengan jelas dan tersirat, yaitu disampaikan secara tersembunyi.

Jika sudah mempersiapkan hal-hal tersebut di atas, maka selanjutnya adalah merangkai ide-ide cerita yang ada menjadi sebuah satu kesatuan yang menarik. Sehingga menjadi “viral dan laris” merupakan bonus karena novel kita memang “layak”.

Bagaimana Agar Novel Menjadi Laris?

Menjadi viral sepertinya sesuatu yang menurut saya subyektif. Maka contoh novel yang viral di sini juga tergantung minat masing-masing pembaca bukan? Maka hal yang bisa saya bahas di sini adalah beberapa yang disampaikan oleh Mbak Haty agar novel menjadi laris. Ditambah dengan pengalaman saya menjual novelisasi Biografi berjudul Narasi Gurunda yang merupakan buku solo pertama saya.

Menurut Mbak Haty, memasarkan sebuah karya sama halnya dengan menjual produk. Harus tahu target marketingnya siapa saja. Kalau sudah sesuai target market maka akan lebih mudah untuk memasarkannya karena sudah sesuai dengan segmen pasar. Segmen pasar ini penting untuk merencanakan marketing. Yaitu marketing organik maupun non-organik. Begitu penuturan Mbak Haty.

Marketing organik ini maksudnya memasarkan dari nol, tanpa adanya bantuan iklan. Murni dari teman terdekat, saudara, orangtua, maupun kenalan.

Sedangkan marketing non-organik kita bisa memanfaatkan instagram Ads, Facebook Ads, promo/diskon, dan lain sebagainya.

Tahapan Memasarkan Buku Bagi Penulis

Menurut Coach David MinG, founder Penerbit Litera Media Tama dalam bukunya “Menulis Semudah Tersenyum” disarankan bahwa proses kampanye sebuah buku ada baiknya dimulai sejak penulisan naskah mentah. Upload progres atau cuplikan buku melalui media sosial dengan melibatkan calon pembaca. Seperti membuat pertanyaan di kolom instagram story, wa story, dan lain-lain. Kita juga bisa memposting quote yang ada di dalam buku ke media sosial. Membuat calon pembaca “memahami” terlebih dahulu garis besar cerita dalam buku kita.

Tahap Proses Pracetak :

  1. Membuat akun buku instagram : Sebenarnya tidak harus instagram sih. Kembali lagi pada “target market” kita. Namun instagram menjadi nilai lebih karena sangat cocok dijadikan sebagai media promosi yang mana hanya mengandalkan foto produk.
  2. Membuat landing page : Ini adalah salah satu tools jualan yang menarik untuk saat ini. Ketika market mendapatkan promosi dari buku kita, market membutuhkan info buku lebih detail dan dalam. Tidak mungkin info detail buku terpampang secara keseluruhan di poster. Isi landing page bisa meliputi alasan mengapa orang butuh membaca buku ini, siapa saja yang membutuhkannya, profil kita sebagai penulis, paket harga, dan lain sebagainya.
  3. Mencari Kata Pengantar dan Endorse dari tokoh. Sebagaimana yang telah saya lakukan pada novelisasi Gurunda, saya meminta kata pengantar dari Bapak Walikota Malang, Endorse dari Bapak menteri Menko PMK beserta istri, kepala Kantor Kementrian Agama, dan lain sebagainya.
  4. Mengumpulkan database sebanyak-banyaknya. Karena kekuatan marketing hari ini adalah list building. Siapa yang mempunyai data lebih banyak, dialah yang menang.
  5. Membangun pasukan reseller. Sambil menunggu naskah dipermak oleh penerbit, kita dapat menghubungi siapa saja yang sekiranya berpotensi untuk dijadikan reseller.
  6. Membangun komunitas dengan sharing gratis. Merawat komunitas dengan ilmu-ilmu yang linier dengan buku kita adalah salah satu bentuk pemasaran lho.
  7. Buatlah cerita mengenai penulisan buku. Kata seorang pakar, market itu tidak membeli produk, tetapi market membeli stori (kisah dibalik sesuatu). Mengapa hal ini penting untuk proses pemasaran? Karena selain budaya orang kita yang senang mendengarkan cerita, juga dapat meningkatkan kepercayaan diri market kepada buku kita dan penulisnya.
  8. Membuat Waiting List. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga target market pada awal pemasaran. Orang-orang yang masuk ke dalam waiting list ini adalah orang yang diasumsikan antusias dan tertarik dengan buku kita. Terlebih jika kita bisa memberi bonus jika mereka mengisi waiting list yang sudah kita buat melalui g-form. Melalui waiting list inilah kita bisa memperkirakan berapa jumlah buku yang akan terjual.

Tahap Preorder :

  1. Menentukan Tanggal Istimewa ketika PO dibuka. Kita bisa memulainya pada hari-hari besar nasional atau kegamaan. Tujuannya adalah agar market mengingat kapan PO dimulai.
  2. Memberi bonus tambahan. Agar value dari buku kita bertambah, penting menambahkan hadiah jika membeli. Hadiah bisa dalam bentuk kaos, pena, buku, tumblr, dan lain sebagainya.
  3. Live Facebook atau Instagram. Membagi beberapa ilmu yang kita bahas dalam buku lewat live facebook atau instagram akan makin membuat audience penasaran dan menunggu buku kita.
  4. Membuat konten pendukung, seperti testimoni, gambaran isi buku, spesifikasi, countdown hari pre order, dan lain-lain.
  5. Menggerakkan pasukan reseller
  6. Update data atau bukti transfer pembeli. Tujuannya untuk merangsang market agar ikut memesan
  7. Menghubungi Waiting List

Bagaimana dengan Tahapan setelah buku sudah selesai dicetak? Tunggu lanjutannya di postingan berikutnya yaa 🙂

Referensi :
Sharing Live bersama Penulis Dua Barista, Najhaty Sharma dalam Program Sharing Session ODOP Indonesia Content Creator
Menulis Semudah Tersenyum oleh Prof Wahyudi Siswanto dan David Ming