Dulu saya pernah menulis soal cara membangun Personal Branding sebagai blogger dari sudut pandang Satya Winnie, seorang travel blogger yang saat ini merambah juga ke dunia influencer. Konten-kontennya edukatif dan saya juga salah satu follower militan beliau.
Nah, kali ini kita membahas tentang personal branding dari sudut pandang seorang pengusaha sekaligus influencer pula, yakni Fellexandro Ruby. Ada yang sudah kenal dong pasti? Yuk deh langsung ke intinya!
Personal Branding Ala Fellexandro Ruby
Dalam membangun personal branding, yang harus kita perhatikan adalah apa karya yang bisa kita banggakan?
Be so good that people google about you and your work.
Be so good that people cant ignore you.
Be so good that your reputation precedes where you live and who you know.
(Fellexandro Ruby)
Karya kita lah yang akan berbicara untuk diri kita sendiri dan ini adalah pembuktian terbaik yang membedakan orang keren dengan orang yang hanya bisa ngomong (pencitraan). Ada kan yang gedek banget sama orang yang suka teriak sana sini tapi karyanya 0? Ada kan orang yang tiba-tiba terkenal diundang sana sini, tapi orang-orang tidak tahu karyanya apa?
Harus kita akui, di era “kalau ngga muncul di Instagram berarti belum kejadian” ini, kita akan semakin butuh untuk membangun influence lebih dari karya.
Bahkan dengan karya pun, kadang karya kita juga tenggelam dengan kebisingan di luar sana. Tentu saja dalam konteks ini yang saya bicarakan adalah kebisingan yang tidak penting dan mendidik. Atau kadang, kita punya lingkaran yang terlalu sempit, sehingga karya kita berputar di orang yang itu-itu saja.
Oleh karena itu saat ini personal branding secara online adalah jalan yang menyenangkan sekaligus juga melelahkan tapi wajib untuk kita jalani. Personal branding ini menurut Fellexandro Ruby, ibaratnya seperti megafon yang menceritakan karya kita agar dapat sampai ke audiens yang lebih besar.
Personal branding yang akan bisa membawa kita ke tempat-tempat yang belum pernah kita tuju sebelumnya. Proyek, kolaborasi, perusahaan, rekan bisnis yang berikutnya bisa datang dari bagaimana cara kita menceritakan karya lewat personal branding.
Personal branding is not just a means to share your stories, but also a way to attract like minded people, opportunities and your tribes.
Personal Branding dan Pencitraan, Apa Bedanya?
Perlu teman-teman ketahui bahwa personal branding ini bukan pencitraan semata. Sekilas mungkin orang akan melihat bahwa kita sedang pencitraan, its okay. Kita pun tak perlu menjelaskan ke banyak orang kalau kita sedang membangun personal branding.
Namun perlu diketahui bahwa personal branding adalah orang-orang dengan mentalitas sebagai berikut :
Saya berbagi pengalaman, ilmu, dan pemikiran personal yang bermanfaat bagi orang lain, dengan menggunakan media yang cocok untuk dampak yang baik.
Mari kita perhatikan kalimat dari Fellexandro Ruby tersebut dan kita dalami satu per satu.
Personal branding berangkat dari karya
Personal branding adalah orang-orang yang talk the walk.
Apa itu talk the walk? Yakni orang-orang yang berani melakukan apa yang mereka khutbahkan. Yakni sudah melakukan dulu sebelum bersuara.
Kita bisa membagikan pembelajaran kita, proses memulai dari nol, ilmu yang kita kumpulkan selama ini, apa pun yang bisa bermanfaat bagi orang-orang yang mengonsumsinya. Bermanfaat dalam hal ini berarti edukatif atau menghibur yaaa.
Jadi, personal branding adalah membangun reputasi dengan memamerkan karya dan skill yang kita miliki, no gap, dan butuh track record yang baik. Sedangkan pencitraan adalah melakukan apa saja yang penting ‘publik’ suka dan tidak berdasarkan kompetensi yang kita miliki, track record pun pasti akan menjadi pertanyaan.
Mulai Membangun Personal Branding
Personal branding pada intinya adalah membangun reputasi seumur hidup. Karena itulah dibutuhkan konsistensi. So, harusnya mulai sekarang, teman-teman sudah harus tahu media apa yang akan digunakan untuk membangun personal branding tersebut.
Untuk Audio teman-teman bisa gunakan Google Podcast, Podcast, Spotify, Instagram, dan Linked In.
Untuk Text teman-teman bisa gunakan blog baik WordPress maupun Blogspot, Kompasiana, Wattpad, Medium, Twitter, bahkan Instagram dan Linked In sekalipun.
Untuk Video teman-teman bisa gunakan Twitch, Tik Tok, Youtube, Instagram dan Linked In juga. Ada pun gambar, teman-teman bisa maksimalkan Instagram dan Linked In.
Ada sebanyak itu pilihannya, coba deh cari yang kamuu bangettt! Manakah dari sekian banyak platform tersebut yang cocok sebagai publisher karya kita? Kalau karyamu berupa tulisan seperti saya, maka penggunaan blog entah itu berbayar atau yang gratisan adalah hal yang tepat. Kalau kita percaya diri dengan penampilan, lebih suka ngomong di depan kamera, platform dengan dukungan video adalah yang paling tepat.
Bagaimana? Sudah tahu kan perbedaan personal branding dan pencitraan?
Upgrade Diri Untuk Membangun Personal Branding
Lalu yang tak kalah pentingnya selain mempersiapkan platform dan paham apa yang kita sukai dan kita ahli di mana adalah jangan lupa untuk selalu upgrade diri. Karena ‘The Best Investment is in Yourself’.
Theres nothing noble in being superior to your fellow man; true nobility is being superior to your former self (Ernest Hemingway)
Namun apakah cukup sampai di situ? Tentu saja tidak.
Upgrade diri memang penting. Namun, ada satu hal yang juga harus kita perhatikan, dont get caught up in intellectual masturbation kalau kata Fellexandro Ruby. Memang terdengar kasar, tapi begitulah adanya.
Yang kita lihat akhir-akhir ini adalah orang-orang yang nyandu belajar, tapi miskin eksekusi. Ikutan workshop, daftar webinar ini itu, baca buku banyak banget, tapi nggak ada waktu untuk merenungkan manfaatnya dalam kehidupan mereka sehari-hari, apalagi untuk dipraktikkan.
Sayang duitnya, guys. Karena kita harus sadari bahwa belajar itu tidak berhenti di “tahu”.
Ambil waktu dan kesempatan sebanyak-banyaknya untuk mengaplikasikannya. Teman-teman juga bisa mencoba aturan yang kita buat sendiri. Misalnya mengalokasikan sekian persen dari pendapatan tiap tahun untuk investasi ke diri sendiri, dan sebelum investasi itu menunjukkan hasil nyata dalam hidup, kita harus menahan diri untuk investasi lebih lanjut di tahun berikutnya.
Kalau sudah begitu, kita akan belajar pula tentang sebuah prioritas. Tidak semuanya dipelajari tapi tidak satu pun yang dikerjakan. Jadi, sebisa mungkin praktikkan segera apa yang sudah kita dapat dari hasil upgrade diri itu ya!
Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa membantu teman-teman untuk membangun personal branding bagi yang belum, atau memperkuat personal branding yang sudah dimiliki saat ini.
Selamat berkarya!
Jadi merasa diingatkan kalau membangun reputasi itu seumur hidup. Karena itu dibutuhkan konsistensi.
Konsistensi ini yang jadi PR banget, padahal inginnya bisa ngebranding diri hehehe
Sedihnya pencitraan dikonotasikan negatif padahal gak semua gitu yaa.
Makasih insight barunya. Jangan ragu pamer karya di medsos dan blog ya buat personal branding. 2024 ini mau personal branding lagi akuu as a writer.
Karena suka menulis jadinya masih terus berusaha membranding diri sebagai penulis blog. Pengen merambah dunia tulis menulis lainnya juga sih. Wah iya lagi belajar itu tidak hanya sekedar tau harus bermanfaat juga ya mba. Semangat membangun personal branding
Wah iya. Penting untuk tahu kita kuatnya dimana. Jadi nanti bisa menyesuaikan mau memaksimalkaan platform yang mana. Sejauh ini, memang kuatnya dinulis, jadi pilihannya blog.
Membangun personal branding itu tidak mudah, harus melalui proses dan tahapan yang panjang juga. Makanya jengkel juga, kalau ada orang sirik, dengan kerberhasilan orang lain yang didpat dari proses personal branding.
Misalnya saat ada teman baru terbitkan buku baru. Ada saja yang bilang pamer. Padahal itu bagian dari personal branding juga.
Dulu aku ngiranya pencitraan itu selalu negatif, ternyata nggak selamanya gitu ya. Thanks untuk insightnya jadi paham deh
Duh jadi tertampar pas ada tulisan, ada yang teriak sana sini, tapi karya Nol. Ngebahas personal branding dan pencitraan memang selalu menarik.
Bangun personal branding diri mungkin gak susah, dibanding dengan mempertahankan, khususnya pada sebuah karya karena memungkinkan berubah misal tadinya A jadi L
Wah menarik nih kalau baca atau ngobrolin tentang personal branding. Secara pribadi penasaran sih bagaimana cara membangun personal branding yang baik 🙂
kok saya ngerasa ketabok ya mbak, rajin belajar tapi minim eksekusi. Ya, Allah kek kayak suruh bangun gitu dari tidur panjang. finally, thanks advisenya mbak untuk menahan diri investasi diri sebelum investasi yang sekarang ada hasilnya.
sekilas memang tampak beda tipis ya antara perssonal branding dan pencitraan tapi sebetulnya jauh banget ini sih. kalau personal branding memang terletak pada karya sementara pencitraan lebih ke ngikuti apa yang lagi tren gitu gak peduli ada karya sesuai skill atau gak.
tapi ya keduanya gapapa banget kan kalau mau dilakukan seseorang buat cari massa? hehe.. dibalik kesannya yg negatif, pencitraan juga diperlukan ya hehe
Pencitraan memang jelas beda sama personal branding. Sedihnya orang pencitraan itu menghalalkan segala cara
Baru kepikiran untuk selalu upgrade diri.
Jadi semisal ada platform yang “Aku banget”, terus akunya nyaman, apakah itu berarti meninggalkan platform lama yang uda dibangun bertahun-tahun?
Ini dilema banget sih, ka Ji.
But, nuhun yaa.. jadi mikir kemana-mana inih.. Bhuahaha.. ka Ji jagoan bikin aku ovt.