Sekolah Pesisi Juang

Sekolah Pesisi Juang : Meracik Filosofi Nordic, Menghidupkan Kapal Harapan di Tengah Kesenjangan Pendidikan Nelayan

No Comments

Photo of author

By jeyjingga

“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali” – Tan Malaka 

Kota yang diapit pegunungan ini lama-lama terasa sesak. Tidak hanya karena jalanan yang semakin semrawut, tapi juga karena begitu banyak pendatang yang memadati seluruh penjuru kota. Katanya mau hidup slow living, tapi yang terjadi justru tidak jauh berbeda dengan kota metropolitan dengan segala hingar bingarnya.

Banyaknya perguruan tinggi negeri maupun swasta yang berdiri kokoh di kota ini membuat para penuntut ilmu “enggan” kembali ke kampung halaman masing-masing untuk mengamalkan ilmunya. Ada banyak orang yang justru ingin memulai karirnya di kota.

Seperti kata Tan Malaka, mereka enggan menyambut cita-cita masyarakat “kampung” yang sederhana, dengan bekal cangkul, parang, maupun arit mereka. Maka yang terjadi adalah masyarakat yang tertinggal akan semakin tertinggal.

Namun, tidak demikian dengan pemikiran anak nelayan yang sejak kecil hidup di pesisir pantai dan telah selesai menuntut ilmu di kota Malang. Jauhari Tantowi namanya. Ia memutuskan kembali ke kampungnya untuk memulai perubahan besar yang berdampak nyata untuk masyarakat pesisir di sekitar tanah kelahirannya.

Pulang Ke Pesisir

Jauhari Tantowi belajar tentang survei, Sistem Informasi Geografis (SIG), penginderaan jauh, fotogrametri, dan hidrografi, termasuk juga pengolahan data geospasial dengan alat modern dan aplikasi komputer. Namun dengan semua ilmu yang ia pelajari dari Teknik Geodesi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang ini Jauhari Tantowi memilih untuk pulang.

Langkahnya mantap untuk meninggalkan kota pendidikan. Berbekal ilmu, keyakinan, harapan dan juga semangat juang Jauhari ingin mengubah keresahan menjadi secercah harapan.

Sekolah Pesisi Juang
source : itnmalangnews.id

Menginisiasi Sekolah Gratis Untuk Anak Nelayan

Bersama beberapa pemuda di pesisir Kampung Bugis, Bintaro, Ampenan, Jauhari Tantowi mendirikan sekolah non-formal untuk anak-anak nelayan di kampungnya. Sekolah ini dirasa perlu untuk mengembangkan semangat belajar anak-anak yang ada di pesisir Bintaro.

Bermula di tengah Covid-19, Sekolah Pesisi Juang didirikan karena hampir semua sekolah formal mewajibkan pembatasan aktivitas dan belajar dilakukan di rumah melalui daring. Padahal banyak dari mereka tidak memiliki gawai sebagai alat penunjang belajar. Jika ada uang, mereka meminjam handphone dengan tarif dua ribu rupiah agar bisa mengikuti pembelajaran daring.

Jauhari Tantowi dan teman-temannya tak ingin semangat belajar anak-anak di Bintaro padam. Oleh karena itu pada 18 Juni 2020, berdiri di atas luas tanah 6×10 meter, sekolah ini berdiri dengan fasilitas seadanya. Masih beralaskan tanah, beratapkan seng, juga tembok dengan cat yang tidak rata di sana sini.

Sekolah tersebut berhasil berjalan atas sumbangsih dari berbagai kalangan masyarakat. Donasi dari masyarakat berupa alat-alat tulis, alat bacaan, rak buku, dan masih banyak lagi. Adanya ketersediaan fasilitas ini dapat menunjang keberlangsungan pembelajaran dan lebih memberikan motivasi pada anak-anak di Bintaro.

Keberadaan Sekolah Pesisi Juang juga cukup memberikan dampak positif di kalangan masyarakat Bintaro, hal tersebut diketahui dari respon orang tua yang antusias melihat anaknya ikut serta belajar di sekolah ini. 

Selama proses pembelajaran berlangsung, pengajar terdiri dari berbagai kalangan mahasiswa dari Universitas yang berbeda-beda. Sistem pengajaran di sekolah ini juga disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak yang memang belum terlalu memahami materi yang sudah mereka terima di sekolah.

Sekolah Pesisi Juang
source : instagram (@sekolahpesisijuang)

Proses pembalajaran ini dilaksanakan dengan fokus pada tujuan utama belajar, namun tetap dibarengi dengan kegiatan bermain sambil belajar.

Pembagian kelas di sekolah Pesisi Juang terdiri dari dua kelas sesuai dengan jenjang sekolah secara formalnya, terdiri dari kelas A (usia pra-sekolah hingga kelas 3 SD) dan kelas B (usia 10 tahun / kelas 4 SD hingga jenjang SMP).

Seiring berjalannya waktu Sekolah Pesisi Juang semakin banyak dikenal dikarenakan kegiatan belajar selalu diunggah di beberapa sosial media, sehingga beberapa himpunan mahasiswa hingga beberapa organisasi di luar pulau NTB berdatangan melaksanakan pengabdian di sekolah ini.

Hadirnya sekolah berbasis non formal di daerah pesisir pantai Bintaro ini menjadi harapan bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuannya baik dari segi sosial, kognitif, hingga psikomotorik. Jika bakat ataupun skill yang dimiliki anak sejak dini bisa diketahui dan dikembangkan, maka anak-anak mampu mengenali dirinya sendiri secara lebih mendalam.

Bersama Relawan Tangguh Yang Berdampak, Menciptakan Sekolah Yang Membahagiakan

Di dalamnya, tak ada bangku atau meja, bahkan untuk yang lapuk sekalipun. Tantowi mengatakan, anak muridnya sudah terbiasa belajar duduk lesehan. Bahkan, bila mulai bosan, mereka tidur.

Sekolah Pesisi Juang
source : instagram (@sekolahpesisijuang)

Kenapa namanya Sekolah Pesisi Juang? Dengan nada menggebu, Tantowi menceritakan keresahannya tentang nasib kampungnya, yang digambarkan sebagai tempat yang nyaris dilupakan. “Diingat kalau ada pemilu saja,” sindirnya menohok.

Setelah itu, kampungnya seakan hilang dalam peta Kota Mataram. Bahkan kondisi di sana memperlihatkan ombak pasang yang mengganas dan cepat mengikis garis pantai yang menciutkan nyali.

Kampung itu adalah Kampung Bugis, Bintaro, Ampenan.

“Anda bisa lihat sendiri, bagaimana kami seperti dilupakan. Coba bandingkan dengan anak-anak yang di tengah kota dengan kami, anak nelayan yang dipinggir pantai, jauh sekali nasibnya. Bahkan untuk infrastruktur sekolah,” ungkapnya.

Sekolah Boleh Kecil, Tapi Hati Mereka Besar Seperti Anak-Anak Nordic 

Satu hal mencolok yang mengingatkan saya tentang sekolah di Finlandia, yaitu cara orang-orang Nordic dan juga para relawan Sekolah Pesisi Juang yang menunjukkan prinsip bahwa mereka menghargai kebahagiaan di atas pencapaian.

Sekolah Pesisi Juang
source : instagram (@sekolahpesisijuang)

Guru Finlandia mengambil keputusan kecil dan sederhana untuk mempromosikan proses belajar mengajar yang menyenangkan. Lalu pada akhirnya, seperti yang telah ditunjukkan oleh tes PISA, siswa-siswa mereka dapat melaluinya dengan sangat baik, bahkan jadi nomor satu di dunia. Begitu juga yang terjadi di Sekolah Pesisi Juang ini.

Mereka juga memperbaiki produktivitas dan meningkatkan kecerdasan sosial serta emosional. Jadi tidak hanya meningkatkan kemampuan intelektual lewat pembelajaran akademik.

Bagi saya yang pernah mempelajari bagaimana pentingnya Emotional Intelligence itu, hal ini menjadi sangat penting untuk dipelajari oleh anak-anak. Profesor dari sekolah Mc Combs Universitas Texas di Austin menulis sebuah buku yang relevan dengan pendidikan ala Finlandia ini, yaitu If You’re So Smart Why Arent You Happy? Yang diterbitkan pada tahun 2016.

Kebahagiaan adalah hal penting bagi seorang anak sebelum mereka memulai belajar. Bagaimana bisa kita akan memahami dengan baik pelajaran yang akan diikuti jika hati kita sendiri sedang sibuk memikirkan hal lain?

Kesamaan lain di antara orang-orang Nordic dan Sekolah Pesisi Juang adalah mereka saling bekerja sama. Mereka mengajukan empat bahan kebahagiaan (jika kebutuhan dasar seperti makanan dan papan sudah terpenuhi ya) yang meliputi : rasa memiliki (keterlibatan), kemandirian, penguasaan, dan pola pikir.

Banyak tamu yang melihat sekolah Finlandia secara langsung merasakan ketenangan siswa dan gurunya. Pun dengan Sekolah Pesisi Juang yang juga didatangi oleh banyak mahasiswa, pejabat, hingga perusahaan terkemuka yang hendak menyalurkan bantuan. Tentu saja ada banyak faktor di balik fenomena ini, namun satu alasannya adalah ruang pembelajaran yang selalu dijaga agar tetap sederhana.

Sekolah Pesisi Juang
source : instagram (@sekolahpesisijuang)

Nampak bahwa para murid Sekolah Pesisi Juang juga sudah terbiasa hidup mandiri, sebagaimana yang terjadi pada anak-anak Finlandia. Bahkan untuk berangkat dan pulang sekolah kebanyakan dari mereka berjalan kaki atau naik sepeda sendirian.

Mereka senang diberi kepercayaan dan tanggung jawab sendiri. Sejak usia dini, anak-anak Finlandia diberi kepercayaan yang berhubungan dengan banyak tanggung jawab. Anak-anak TK bermain tanpa pengawasan orang tua di halaman sekolah, mereka juga mengambil sendiri makanannya di kafe. Mereka dipercaya karena orang dewasa di sekitarnya yakin mereka mampu sukses dengan cara mereka sendiri. Pun dengan Sekolah Pesisi Juang yang mendidik siswa-siswinya untuk memiliki rasa percaya diri dan tanggung jawab.

Metode pengajaran di kelas juga selalu dilakukan dua arah. Mereka lebih banyak bergerak ketimbang duduk diam di atas kursi memperhatikan guru berbicara dari matahari terbit hingga terbenam. Murid dan guru tidak hanya diberi waktu istirahat lima belas menit setiap pergantian jam pelajaran untuk melepaskan penat.

Sekolah Pesisi Juang
source : instagram (@sekolahpesisijuang)

Sekolah Pesisi Juang menurut saya adalah sekolah yang penuh dengan keberanian yang jarang diekspos oleh media. Padahal kualitas siswanya pun tak kalah bagusnya dengan anak-anak perkotaan. Baik dari segi adab, moral, kecerdasan emosional maupun kecerdasan intelektual mereka.

“Anak-anak ini cepat tanggap, berani mencoba hal baru, dan punya semangat belajar yang luar biasa. Mereka cerdas dan tidak takut salah. Saya percaya mereka bisa tumbuh dan bersinar, bahkan di panggung dunia,” ungkap Jauhari Tantowi, sang pendiri, pada RRI.co.id di hari Jumat (30/5/2025).

Menurutnya, pendidikan bukan hanya soal nilai akademik atau ijazah, melainkan tentang membentuk karakter dan membuka jalan perubahan hidup.

Di Sekolah Pesisi Juang, mimpi tidak ditentukan oleh alamat rumah atau kondisi ekonomi, melainkan oleh keberanian untuk terus berjalan, meski dari tepian laut. Di sinilah anak-anak diajarkan bukan hanya untuk menjadi pintar, tapi juga peduli, tangguh, dan berani bermimpi.

“Harapannya, adik-adik ini bisa terus tumbuh dan mampu berkembang di dunia, baik di tingkat nasional maupun internasional. Mereka bisa mengubah nasib keluarga melalui pendidikan, dan suatu hari nanti, menularkan kebaikan kepada sesama,” pungkas Jauhari.

Sekolah Pesisi Juang boleh kecil, tapi anak-anak dan juga para relawan di sana memiliki semangat dan hati yang besar nan lapang.

Relawan Tangguh Yang Berdampak

Dalam perjalanannya hingga tahun 2025 ini, Sekolah Pesisi Juang telah berhasil membuat kelas Preschool dan Kindergarten.

Sekolah Pesisi Juang
source : instagram (@sekolahpesisijuang)

Sebagaimana yang telah saya tuliskan di atas, anak-anak tidak hanya belajar bahasa, berhitung, maupun ilmu alam. Namun mereka juga mendapatkan pelajaran mengaji dan menghafal ayat-ayat pendek dari Al-Quran. Harapannya sungguh mulia, yakni agar mereka tumbuh menjadi anak-anak yang peduli dan bermanfaat bagi sesamanya serta tidak akan pernah lupa dengan penciptanya.

Bisa dibayangkan bagaimana para relawan Sekolah Pesisi Juang ini menguasai banyak hal. Mulai pelajaran akademik, hingga pelajaran Al-Quran. Semata agar anak-anak nelayan yang memberikan tumpuan harapannya pada Sekolah Pesisi Juang ini “lulus sekolah” tidak hanya memiliki ilmu. Karena ilmu tanpa agama adalah kosong.

Tidak berhenti pada pembelajaran akademis dan keagamaan, sekolah dengan kurikulum Nordic di pesisir pantai ini juga memberikan pembelajaran langsung pada alam sekitarnya. Salah satunya yaitu dengan menjalankan satu program seperti memungut sampah di pesisir pantai dalam rangka Wolrd Clean Up Day.

Sekolah Pesisi Juang
source : instagram (@sekolahpesisijuang)

Apakah berhenti di situ? Tentu tidak. Karena sekolah sederhana ini juga punya program “Bioskop Rakyat” yang unik. Meskipun hanya bisa diadakan setiap satu bulan sekali untuk anak-anak, namun bioskop rakyat ini pada akhirnya menjadi hiburan gratis sekaligus pembelajaran baru bagi mereka.

Sekolah Pesisi Juang
source : instagram (@sekolahpesisijuang)

Sekolah Pesisi Juang Mendapat Penghargaan dari SATU Indonesia Awards

Sekolah yang hanya bisa kita tempuh melewati gang sempit dengan berjalan kaki beberapa puluh meter dari gang utama ini adalah bukti bahwa Jauhari Tantowi serius menangani Sekolah Pesisi Juang meskipun tak terjamah oleh bantuan. Entah dari Pemerintah setempat maupun Pemerintah Pusat.

Para relawan pun juga bekerja dengan ikhlas tak mengharapkan apapun dari Pemerintah. Mereka hanya ingin anak-anak nelayan ini juga memiliki akses belajar yang sama dengan anak-anak di perkotaan. Meskipun tak bisa dipungkiri keterbatasan fasilitas masih menjadi kendala bagi mereka bersama.

Sekolah Pesisi Juang
Program Sekolah Pesisi Juang, dukung anak-anak nelayan sekolah! (source : instagram (@sekolahpesisijuang))

Namun kendala tersebut seolah tak ada artinya, karena Jauhari Tantowi bersama pemuda lainnya optimis bahwa Sekolah Pesisi Juang yang fokus pada pendidikan anak-anak nelayan di Mataram akan menjadi anak pesisir yang cerdas, tangguh serta mampu memecahkan berbagai permasalah dalam hidup mereka.

Sekolah Pesisi Juang akhirnya berhasil masuk ke dalam nominasi penghargaan Satu Indonesia Award.

Jauhari Tantowi: Menghidupkan Kapal Harapan di Tengah Kesenjangan Pendidikan Nelayan

Harapan, usaha serta konsistensi yang dilakukan oleh Jauhari Tantowi, pemuda asal Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat ini pada akhirnya berhasil, ia mampu masuk ke dalam nominasi 20 besar ajang 16th Satu Indonesia Award. Salah satu ajang paling bergengsi di Indonesia yang diikuti oleh lebih dari 8000 orang di seluruh penjuru Indonesia.

Dalam sebuah wawancara (16/9/2025), Jauhari menegaskan bahwa : ”Pencapaian ini menjadi bukti jika gerakan kolektif mampu membangun masyarakat pesisir yang kuat dan cerdas melalui Sekolah Gratis Anak Nelayan Kota.”

Ia juga menambahkan,”Walaupun kami bergerak dengan swadaya tanpa sokongan pemerintah, tapi kami mampu menunjukan sebuah kemajuan pendidikan dan juga mampu membawa nama NTB di bidang pendidikan sebagai kebanggaan bersama, ini tentu tidak terlepas dari dukungan semua donatur dan pengurus Sekolah Pesisi Juang,” kata putra dari pasangan almarhum Trumarnoto dan Sri Nurhayani asal Kelurahan Banjar, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram ini.

Sekolah Pesisi Juang
Jauhati Tantowi (tengah)

Masuknya Jauhari Tantowi sebagai nominasi 16th Satu Indonesia Award dan perwakilan dari Indonesia Timur, menjadi bukti bahwa kemajuan akan pendidikan sudah terlihat dan sudah selayaknya menjadi atensi pemerintah. Namun, Jauhari Tantowi tidak sekedar bergerak, ia membangun peradaban untuk generasi NTB yang lebih baik.

Satu hal yang paling saya suka dari kata-katanya adalah :

“Tidak boleh ada satu anak pun yang tidak sekolah.” (Jauhari Tantowi)

Cita-citanya sungguh mulia. Jauhari Tantowi berhasil membuktikan bahwa sekolah yang dimulai dengan keikhlasan, kesungguhan, serta konsistensi ini akan menjadi harapan baru bagi kemajuan pendidikan bangsa ini.

Semoga seluruh relawan Sekolah Pesisi Juang yang terus berjuang dan berdampak untuk kemajuan bangsa ini selalu diberi kesehatan dan juga hati yang selalu lapang. Inspirasi perjuangan ini tentu tidak boleh berhenti di Mataram, tapi harapannya bisa menjadi pilot project serupa di daerah-daerah lain yang belum terjamah.

Sumber :

Satu Indonesia Awards 2025

itnmalangnews.id

rri.co.id

Wawancara melalui daring

https://sekolahpesisijuang.tanahjuang.com/

 

 

Leave a Comment