Jika kita mengetik “Apa itu Esai?” atau “What is Essay?” melalui mesin pencari, si mbah Google akan mengumpulkan informasi itu dengan cepat lalu memberitahu kita informasi dasar tentangnya. Jumlahnya bisa ratusan ribu tulisan, coba deh kalau tidak percaya. Mulai dari apa itu esai, tipe, jenis, contoh, hingga bagaimana menuliskannya.
Apa Itu Esai?
Michel de Montaigne dalam tulisan Muhidin M.Dahlan yang berjudul Inilah Esai disebutkan bahwa Montaigne ini adalah orang yang menerbitkan edisi pertama esainya pada paruh akhir abad 15 yang berjudul “Of the Vanity of Words”. Montaigne memberikan definisi tulisannya itu sebagai “percobaan”.
Esai merupakan bagian dari sastra non-fiksi yang dengan sombongnya mengomentari segala hal dan tentang apa saja (kata Filsuf Aldous Husley). Esai adalah cerminan, meditasi, percobaan dalam pengungkapan gagasan yang diekspresikan secara licin dengan bahasa yang “lentur”, kata Mointagne. Sesuatu yang longgar, demikian kata esais Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun.
Esai itu bukan puisi. Akan tetapi esai tidak diperkenankan untuk hadir tanpa rasa proteika. Esai bukan cerita pendek, bukan novel, bukan repertoar teater, namun esai diharuskan bercerita, diwajibkan mengekspresikan suasana, itupun cerita dan suasana harus merupakan kandungan yang implisit, tersirat, atau samar. Sebab kalau bukan, ia dituduh sebagai puisi atau cerita pendek atau novel atau repertoar teater – lanjut Cak Nun
Saya pun sibuk memikirkan apa sebenarnya esai itu. Karena jika diandaikan seperti gaya hidup, ia gaya hidup yang tidak linier. Penuh kejutan, mencoba-coba seperti coba sana sini para perintis usaha, dan tak melupakan kesenangan setelah bekerja sangat keras, adalah gaya hidup seorang esais. Begitulah kira-kira Muhidin M.Dahlan menyampaikan dan saya meng-amin-kan.
Sebagai seorang penulis newbie, saya ingin berbagi dari apa yang telah saya baca lewat buku karya Muhidin M.Dahlan yang berjudul Inilah Esai. Hal menarik di sana yang akan selalu saya ingat untuk dipraktikkan adalah bagaimana caranya menggali sumur untuk menimba bahan tulisan kita.
Menimba Bahan Esai
Sebagaimana dengan karya ilmiah populer lainnya, esai disusun atas material data (sumber) lalu diikat dengan plot (kerangka), dan dipertajam dengan posisi sudut pandang kita sebagai penulis (biasa disebut keunikan perspektif) lalu dinarasikan dengan bahasa yang luwes, tidak kaku seperti buku pelajaran. Hehe..
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah menentukan topiknya terlebih dahulu. Lalu setelah selesai menentukan topik, pencarian sumber untuk penulisan esai adalah langkah berikutnya yang harus dilakukan. Atau bisa juga dibalik, fleksibel sih, sesuai dengan keinginan teman bloger. Nah, paling tidak ada lima sumur dimana kita bisa menimba sumber esai tersebut.
1. Perpustakaan
Sumber esai saya selama ini bisa jadi dari buku, majalah, ataupun koran. Semua bahan tersebut adalah penghuni perpustakaan. Jadi jika teman bloger bingung mencari sumber berupa teks tertulis, perpustakaan adalah tempat yang tepat dengan banyak ragam dan corak tulisan.
2. Subyek Manusia
Sumber selanjutnya bisa juga dari manusia itu sendiri atau yang biasa saya sebut sebagai para ahli yang mendukung teori atau data yang telah saya temukan dari buku. Namun, jika tidak ditemukan dari buku bisa jadi manusia yang menjadi sumber penulisan kita adalah sumber yang akan memberikan pengembaraan yang mengasyikkan dan penuh kejutan, karena kita tidak tahu sebelumnya.
3. Subyek Flora dan Fauna
Bisakah hewan dan tumbuhan menjadi sumber tulisan kita? Saya jadi teringat dengan buku 100 Hari Melihat Diri, dimana tokoh utamanya berdialog dengan tumbuhan yang dirawatnya. Justru tumbuhan-tumbuhan itulah yang memberikan banyak pelajaran hidup bagi tokoh utamanya. Nah, berkaitan dengan esai ini, flora dan fauna adalah ekosistem darimana kita mendapatkan suasana.
Karena esai itu bukan cerpen atau novel, tapi ia adalah cerita. Kita bisa mengisahkan bagaimana jerit pilu hutan-hutan yang dibakar, atau bagaimana ketika hewan langka yang dilindungi di Pulau Komodo kini terancam populasinya karena ada pembangunan taman Jurassic yang mengancam kehidupan komodo di dalamnya.
4. Ruang-ruang Imajiner
Michael Pearson menuliskan, “ruang-ruang imajiner”. Buku karangan Michael Person tersebut adalah esai yang menyusuri ulang kota-kota nyata yang dijadikan nyawa imajinasi lahirnya sebuah tempat/ruang dalam cerita. Maksudnya, esai juga bisa berasal dari ruang-ruang imajiner yang kita ciptakan sendiri. Akan berbeda ketika kita menyusuri kota-kota di malam hari, menggali ide dan wawasan dari kehidupan malam kota. Dibanding ketika kita membaca atau menggali ide di kamar, sendirian.
Sebagaimana Michael Person yang menggali idenya lewat membaca novel dari sebuah tempat yang berbeda dan ia menuliskannya.
Demikianlah seorang esais yang memiliki cara berbeda-beda dalam menggali ide.
5. Internet
Masih ingat tidak di tahun 90-an ketika lembar revolusi internet memasuki Indonesia? Mulai dari kemunculan internet protocol dan layanan surat elektronik. Peralihan aktivitas manusia dari dunia nyata ke dunia maya yang kemudian muncullah industri pencari nomor satu di dunia yang bernama Google.
Google yang diluncurkan Larry Page dan Sergey Brin pada tahun 1998 ini datang dengan tujuan menjadi mesin pencari nomor satu di dunia dalam satu kalimat yang optimistis : “mengumpulkan semua informasi dunia agar mudah diakses dan memberi manfaat bagi orang banyak”.
Sebagaimana yang telah diungkapkan dalam buku Everybody Lies bahwa dunia data yang umumnya hanya kita dapatkan ketika membuka buku yang berbaris di rak, kini dengan mudah bisa didapatkan dengan hanya melalui mesin pencari Google. Kini, internet menjadi salah satu sumber utama dari mana sumber tulisan ini ditimba dengan cepat dan luas nyaris tanpa batas.
Sebenarnya tulisan yang dibukukan oleh Muhidin M.Dahlan ini tidak hanya menjawab kesibukan pertanyaan yang berlalu lalang di dalam kepala kita tentang apa itu esai. Namun, ia banyak memberikan pengetahuan dan referensi tentang gaya penulisan oleh tokoh-tokoh ternama, jurnalis, hingga akademisi. Saya jadi tahu banyak mengenai esai, dan tidak lagi memiliki sudut pandang yang sempit mengenai batasan-batasan yang selama ini saya pahami dari pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.
Selain menjawab pertanyaan tentang esai, kita juga dapat mengetahui bagaimana jalan menyingkap sebuah esai, bagaimana menuliskan paragraf pengunci, hingga cara menutupnya. Paket komplit yang harus teman bloger baca walau di tengah kesibukan. Ditambah ada bonus 100 judul esai yang bisa kita cari lalu pelajari. Mulai dari penulis ternama Tirto Adhi Soerjo, Rosihan Anwar, Sindhunata, Marco Kartodikromo, hingga Njoto, Sukarno, Hatta, hingga Abdurrahman bin Wahid serta Joko Widodo.
Jadi, apakah masih sibuk memikirkan esai? Yuk mulai nulis!
Inilah Esai oleh Muhidin M.Dahlan
Penerbit : I:BOEKOE, Bantul, DIY
Edisi Revisi, Oktober 2019, 206 halaman
4/5
Pencerahan yang bagus tentang esai, makasih Mbak Jihan