Pertama kali lihat buku ini di rak toko buku dekat kasir, langsung tertarik. Covernya lucu dan aku banget. Haha

Biasa ya, orang tuh kadang beli buku memang karena merasa “ini tuh aku banget” and thats happened in Mari’s book. Am I There Yet yang ilustrasinya lucu dan menggambarkan sesuatu yang “duuhh aku banget” termasuk salah satu cerita di dalamnya, kisah perjalanan Mari yang penuh petualangan dari kota ke kota, bahkan dari negara satu ke negara lain.

Mari yang saat itu agak linglung karena kehilangan Ayahnya bahkan tak tahu dimana Ayahnya dikuburkan selain koordinat tempat dimana tulang belulang ayahnya ada.

Lalu tiga atau empat bulan setelahnya dia putus dengan pacarnya. Menyedihkan memang, tapi jalan penuh liku yang dilalui Mari mendorongnya untuk terus maju. Setiap putaran, belokan, pemberhentian, atau jalan zig-zag yang dilaluinya tidak membuatnya tersesat. Bahkan mendorongnya untuk terus maju dan mengubah perjalanannya menjadi jauh lebih lancar dan lurus. Itulah yang terjadi saat Mari mulai menemukan apa yang ada dalam dirinya, hakikat kedewasaan yang selama ini ia cari.

Umurnya dua puluh delapan tahun, dan ia merasa targetnya untuk menikah ternyata sudah lewat. Tak mengapa, beginilah hidup, akan selalu ada yang berjalan tidak sesuai dengan rencana yang kita buat.

Pekerjaan demi pekerjaan dilalui Mari hingga dia mengenal batas dirinya sendiri. Karena mengenal batas diri dan menyakiti diri sendiri itu berbeda. Begitulah, menyakiti diri sendiri tidak akan membuat kita lebih kuat, alih-alih mencoba menemukan batas diri.

Perjalanan menuju kedewasaan (seperti halnya aku) adalah sesuatu yang bahkan kita tak tahu dimana ujungnya. Kapan kita menjadi dewasa? Sudahkah kita menjadi dewasa?

Sudahkah pekerjaan ini membuat diriku dewasa? Merasa nyaman dan “inilah diriku”?

Mengutip tulisan Mari di akhir paragraf bab “Anatomi Orang Dewasa”, bahwa

Menjadi dewasa adalah proses, perubahan yang terus berjalan hingga kamu menjadi seseorang yang selalu kamu impikan.

Teruslah menggali pengalaman, hadapi tantangan dan jangan lupa bersenang-senang.

Terimakasih Mari inspirasinya, salam hangat dari Indonesia.